"Kalau aja ga makan rujak banyak-banyak"
🌟🌟🌟
Sejak tadi pagi, Yogan tidak bergerak sekalipun di kasurnya. Perutnya terasa perih mungkin akibat makan rujak kemarin. Yogan tahu betul tidak bisa makan makanan pedas. Tapi kemarin itu malah dirinya memaksakan makan makanan pedas.
Keringat dinginnya mulai berceceran di sekitar kepala dan lehernya. Yogan seka keringatnya dengan tisu yang terletak di sebelah meja kasurnya. Sebelumnya ia sudah mengirim pesan kepada Kael untuk titip kehadiran atau absen tak masalah. Kebetulan mata kuliah hari ini sekelas dengan Zenoo dan Kael.
Mengetahui temannya sedang sakit, Kael segera menghubungi Yogan. Menanyakan kabar apakah laki-laki rantauan dari Jakarta itu baik-baik saja.
"Beneran engga apa-apa?", tanya Kael dari sebrang sana.
Yogan menggigit bibirnya sebentar. Bohong kalau dirinya baik-baik saja. Pada kenyataannya kondisi Yogan tidak baik-baik saja. Tetapi teringat pesan Ajun tempo lalu, Zenoo tidak boleh ke kosan barunya. Pasti dimana ada Kael, disitu juga ada Zenoo.
"Engga apa-apa. Gue butuh istirahat aja", balas Yogan.
Setelah Kael menanyakan kondisi Yogan, jari jemari laki-laki itu mencari kontak temannya yang lain. Semoga saja temannya ini bisa dan mau merawat Yogan yang sedang sakit barang sedikitpun.
"Ji, lagi sibuk?", tanya Yogan.
"Engga terlalu sih. Kenapa?", tanya Oji berbalik melontarkan pertanyaan.
"Gue sakit nih. Barang kali lo bisa ke sini", jawab Yogan.
"Share lock kosan baru lo. Gue sama Jijel otw", kata Oji.
"Oke"
🌟🌟🌟
"Kos nomor berapa?", tanya Oji.
"Tiga",
Oji mematikan sambungannya.
"Nomor berapa Ji?", tanya Jijel.
"Tiga", jawab Oji.
"Lah, di depan kita dong", kata Jijel.
"Lah, iya ya", sahut Oji.
Ojipun mengetuk pintu kosan Yogan. Terdengar suara Yogan untuk mempersilakan Oji dan Jijel masuk sebab pintunya memang sengaja tidak dikunci.