I know you're ready for the sparks to fly [Epilog]

267 33 11
                                    

2.2k

Antrian mobil yang menuju ke parkiran gedung tempat Wooyoung melakukan resital tarinya ramai, membuat San menggerakkan kakinya tidak sabar. Untuk kampus seni berskala lokal seperti kampusnya Wooyoung pun memiliki murid yang cukup banyak –karena tidak banyak jumlah kampus khusus seni yang negara mereka punya. Masih sekitar sepuluh mobil lagi hingga mencapai pintu gerbang parkir dan San mulai mengetukkan jarinya pada kaca jendela.

Sebuah tangan mengusap-usap lututnya yang membuat San kembali rileks. Tanpa mengalihkan pandangannya dari kaca jendela, San meletakkan telapak tangannya yang lain di atas tangan tersebut dan menggenggamnya erat. Tanpa melihat sekalipun San tahu kalau empunya juga sedang tersenyum sepertinya.

Ia duduk bertiga dengan Yunho dan Mingi di kursi penumpang, selagi Yeosang mengemudikan mobilnya dengan Tante Jung duduk di kursi sebelahnya. Mereka berdua sedang berbincang pelan sambil menunggu mobil di depan mereka kembali berjalan.

Perhatiannya teralih pada Mingi yang duduk di sebelah Yunho. Jarinya meremas pegangan buket bunga yang ada di pangkuannya, wajahnya sendiri menghadap ke luar jendela. Ia terus mengetuk lantai mobil dengan sepatunya, kakinya tidak ingin berhenti bergerak. San tidak tahu kenapa Mingi kelihatan gugup begitu seperti dia sendiri yang akan tampil di atas panggung. Mereka sudah sering datang ke sini untuk menonton Wooyoung.

Mingi mengikuti sarannya untuk mengajak Wooyoung berkeliling sepulang menjemputnya dari kampus. Mereka malah jadi rutin melakukannya dan itu dibuktikan dengan semakin seringnya Wooyoung berbagi informasi (terkadang, terlalu banyak informasi) tentang Mingi padanya setiap kali mereka bertemu.

(Tapi suatu hari, Wooyoung pun luluh dan akhirnya meluapkan seluruh pikiran tentang Mingi padanya.

"Aku tuh heran kenapa dulu gak pernah sadar. Tapi, tahu gak, akhir-akhir ini rasanya indraku jadi peka, kaya aku tiba-tiba super sadar sama apapun yang Mingi lakuin. Kaya- aku bahkan ngitungin nafas dia pas lagi nginep kemarin dan itu- sesuatu? Aneh banget? Aku beneran merasa udah jadi orang mesum... Atau hal apapun deh! Yang dulu gak pernah aku sadari itu jadi terpampang jelas di depan wajahku dan- Dan aku gak tahu harus ngapain."

Wooyoung kehabisan nafas setelah mengeluarkannya dalam satu tarikan. San hanya menepuk-nepuk kepalanya gemas. "Itu artinya perasaan kamu udah mulai senada sama perasaan dia, Woo," tanggapnya menahan tawa geli.

Wooyoung hanya mengeluarkan suara "oh" kecil, lalu duduk termangu sambil menumpu dagu di telapak tangannya. Dan tentu saja San tidak melewatkan tarikan lembut dari ujung bibir yang muncul selagi Wooyoung menyembunyikan separuh wajah dalam tangannya sendiri.)

Walau begitu Wooyoung masih belum memberitahu rencananya, tetapi itu bukan masalah lagi bagi San.

Setelah pengumumannya di kolam renang waktu itu, bersamaan ajakan kencan yang sempat terbahas, Yunho berubah. Jika San pikir sebelumnya Yunho memang berubah, maka dia lebih berubah lagi.

Mana San tahu sebelumnya kalau Yunho bisa seniat itu hingga, contohnya, menyewa satu ring lapangan sepatu roda setelah mendengar celetukkan San yang ingin mencoba saat mengomentari salah satu video yang ditontonnya. Mereka sama-sama payah saat melakukannya, hingga akhirnya menelpon ketiga teman mereka untuk melihat mereka sama-sama kepayahan dikalahkan sepatu roda juga. Hari mereka berakhir dengan penuh tawa dan badan yang sakit. Tapi, yang membuat San tersentuh itu bagaimana Yunho menyimpan ucapan San dalam kepalanya, juga hal-hal yang ia lakukan untuk mewujudkannya.

Contoh lainnya itu adalah Yunho yang sepertinya betulan tidak ingin menjauhkan diri dari San. Tentu saja mereka juga punya aktivitas mereka masing-masing, tapi ketika berkumpul, Yunho langsung bergravitasi mendekatinya tanpa banyak ucapan. Sadar dengan waktu bersama mereka yang semakin menyingkat, San meladeni seluruh tindakan Yunho yang menjadi jauh lebih... manja padanya. Ia tidak mempermasalahkan itu. San sendiri balik menyirami Yunho dengan afeksinya, membalas waktu lampau yang dulu mereka habiskan untuk memberikan batasan untuk satu sama lain.

My town is coming alive ; yunsanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang