Bismillah
04 April 2022Happy birthday to me! Happy sweet seventeen ♥️♥️
Cerita ini adalah hadiah ulang tahun dari diriku sendiri, aku mohon. Apresiasinya terhadap cerita ini dengan vote, komen dan follow akun wattpad ku.
Sesuai janji, aku publish squel dari 'menikah dengan CEO?' ramaikan dengan vote dan komen.
[PROLOG]
🌵🌵🌵
Didalam kamar yang pencahayaannya remang remang, gadis cantik dengan rambut acak acakan menangis dengan tersedu, tubuhnya bergetar, keringat terus bercucuran. Dia takut, semakin mengeratkan pegangannya pada selimut, dia meringis merasakan perih di bagian selangkangannya.
Brengsek!
Gadis cantik yang sudah tidak berbentuk itu melihat kesamping, tepatnya disebelah ia, ada lelaki tampan yang sedang terlelap dengan lelapnya, dengkuran halus bahkan terdengar.
Senyaman itu dia tidur? Tidak kah lelaki itu merasa bersalah telah mengambil kehormatannya?
Bayang bayang malam tadi, Dimana saat ia digarap oleh lelaki itu... Membuat dirinya kembali menangis, memukul dadanya kuat demi menghalau rasa sesak. Pipinya sudah sangat basah karena air mata, ini.... Hanya mimpi kan? Bagaimana kalau ayah dan abangnya tahu? Mereka.... Pasti kecewa.
"Maafin Retha.... Ayah, Abang, maaf."
🌵🌵🌵
"Bund!"
Sudah hampir kelimanya dia memanggil sang bunda, tapi, belum juga mendapatkan respon "Mah!" Kembali berteriak, sekarang sebutannya diganti; asalnya bunda menjadi mama. Itulah Agam, dia seperti bunglon, sering berubah ketika memanggil sang ibu, kadang bunda kadang Mama.
"Mah!" Sekali lagi.
"Bunda di dapur sayang!" Akhirnya, sang bunda merespon juga.
Agam Januarga Abraham, lelaki yang sebentar lagi akan berumur 18 tahun itu melangkah menuruni anak tangga untuk menemui sang bunda tercinta.
Sampai di dapur Agam melihat sang bunda yang sedang membuat kue, dia tersenyum dan langsung memeluk tubuh bundanya dari belakang. Kebiasaan yang sudah mendarah daging "bund.... "
"Kenapa?" Aya menepuk kepala anaknya yang berada di bahu, anaknya ini sudah besar namun masih saja manja. Manjanya melebihi adik adiknya. Standar manjanya sama dengan sang ayah, Andra.
"Aku... Melakukan kesalahan."
Aya terdiam, ibu dari tiga anak itu tidak mengeluarkan suara, beberapa detik kemudian ibu tiga anak itu terkekeh "nginjek ayam warna warni Al lagi?"
Agam menggeleng "bukan."
"Terus?"
"Aku ngambil mahkota anak orang, Mah."
......
"ARETHA AYUDIA PRICAHYA!"
DOR
DOR
BRAK
Dengan wajah merah padam menahan amarah, dadanya kembang kempis, lelaki paruh baya itu terus saja mengetuk pintu kamar anaknya dengan beruntal. Otot otot dilehernya menonjol, pertanda memang benar lelaki paruh baya itu sangat marah.
"Ayah... Sabar," sang anak sulung memegang lengan ayahnya, menyuruh ayahnya itu untuk sabar dan jangan emosi, dia takut, penyakit jantung ayahnya akan kambuh.
"Sabar kata kamu? Kasa.... Adik kamu..." Dia menjadi menyendu, mata yang di kelilingi kerutan itu berkaca kaca.
"Kasa ngerti ayah."
"Retha keluar!"
Didalam, yang diteriaki menggeleng dengan menelungkupkan wajahnya pada lipatan paha. ARETHA menggeleng dengan air mata terus aja mengalir, dia takut. Takut akan kemarahan sang ayah.
"ARETHA KELUAR KAMU! SEBELUM PINTU INI BENER BENER AYAH RUSAK!"
Kembali, suara teriakan itu terdengar. Aretha semakin mengeratkan pelukan pada kakinya, seolah olah dia sedang... Menyembunyikan perutnya.
"ARETHA!"
"AYAH MAAF!" dia menjerit dengan meraung, takut menyelimuti dirinya. Rahasia yang selama ini dia tutupi akhirnya terbongkar juga, ayah dan abangnya sudah tahu.
Retha harus bagaimana?
"Ayah, biar Kasa yang tanganin, ayah sebaiknya istirahat. Biar Kasa yang bujuk Retha."
Jodi, lelaki paruh baya itu mengangguk. Memegang dadanya yang sesak "ayah kecewa sama Retha Kasa," lirih Jodi sebelum pergi dari sana.
"Angkasa juga ayah," dia memperhatikan punggun rapuh ayahnya. Bukan hanya ayahnya yang kecewa dirinya pun kecewa. Dia... Abang yang tidak berguna.
"Keluar, dek. Gapapa, kita gak akan marah."
"Abang ..."
"Iya ini Abang, jangan nangis. Abang disini, jangan takut."
Perlahan, Aretha berdiri. Tangan gemetarnya membuka gagang pintu, seketika tangisannya langsung keluar, "maaf...." Retha menghambur pada pelukan sang Abang, Angkasa Yudika Pratama.
Angkasa mengangguk "ini salah dia bang, bukan Retha!"
"Abang percaya, ayo kita jelasin ke ayah."
🌵🌵🌵
"kalau dengan kesalahan bisa dapetin kamu, itu jalan yang aku ambil, aku sayang kamu!"
"Tapi, gak gitu caranya... Ini fatal, kamu egois!"
"Ya! Aku egois! Aku Agam Januarga Abraham, lelaki egois!"
TUAN KAKTUS YANG EGOIS
🌵🌵🌵
Sedikit cuplikan cuplikan dalam ceritanya.
Semoga kalian suka,vote komennya yang banyak ya! Ayo ramaikan lapak Agam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
kesalahan | Agam [On Going]
Novela Juvenil[Squel Menikah dengan CEO?] Blurd Kesalahan, adalah jalan yang gue ambil demi mendapatkan Lo, gue egois. Ya, itu gue, Agam Januarga Abraham. Agam, dia... Tuan kaktus yang egois.