03. Boneka Minions dari orang spesial?

253 35 0
                                    

Kesialan menimpa Aretha lagi lagi. Berangkat sekolah kesiangan dan datang ke sekolah gerbang sudah ditutup sehingga membuat dirinya sekarang harus berdiri ditengah lapangan sambil menghormat kearah sang bendera merah putih yang berkibar.

Tidak sendiri, Aretha dihukum dengan seorang cowok yang belum diketahui namanya oleh Aretha. Tapi, Aretha mengenalinya. Dia... Teman satu kelasnya.

"Anak baru udah dihukum aja," tanpa ada angin tanpa ada hujan, cowok di samping Aretha itu berkata. Dia, Agam.

Aretha melirik sekilas dan langsung menatap lurus, tidak berniat menjawab.

Agam menurunkan tangannya, dia rentangkan karena pegal. Menengok kesamping dimana ada Aretha berdiri. Tadi Agam sempat misuh misuh karena terlambat dan berakhir dihukum, namun, sekarang tidak, malah, Agam beruntung terlambat dan dihukum karena dia bisa dekat dengan Aretha -- yang dia yakini, sangat yakin bahwa sahabat masa kecilnya.

"Udahlah mending kita bolos aja gimana? Ngantin," berkata mengajak, Agam menaikan satu alisnya menunggu respon dari Aretha, "dari pada dihukum gini, pegel, gak enak!" Lanjutnya.

Aretha menggelengkan kepalanya, "lo, aja, gue engga!"

"Haisssss......"

"AGAM ANGKAT TANGAN KAMU HORMAT!! BUKAN MALAH NGAJAK NGOBROL ANAK ORANG!!" tiba tiba dilantai dua, seorang guru yang memberikan hukuman pada Agam dan Aretha berteriak.

"SIAP PAK!!" Ujar Agam dengan berteriak. Suaranya yang menggelegar dan sangat dalam itu membuat Aretha menutup telinganya.

"Ganteng juga suaranya, dalam." Batin Aretha kagum, menyukai.

.
.

Setelah dihukum Agam tidak langsung ke kelas melainkan melarikan diri kekantin belakang, bukan kantin melainkan warung. Warung mang Ujang. Seperti warung biasanya, warung itu menyediakan jajanan, makana, rokok dan kopi. Lebih disukai oleh murid murid cowok karena menjual rokok.

"Mang Ujang, enpio satu batang!" Teriak Agam sambil meloncat duduk di bangku kayu panjang. "Kopi piala diseduh, airnya yang banyak," sudah kebiasaan dan mang Ujang sudah hapal. Rokok enpio dan kopi piala. Murah, dan hemat apalagi airnya banyak.

"Siap den!" Mang Ujang memberikan dua jempol.

Sembari menunggu Agam membuka ponselnya, berdering nyaring tampak banyak notifikasi yang masuk. Sudah makanan sehari hari Agam mendapatkan banyak notifikasi. Dari teman dan kebanyakan dari ciwik ciwik yang--mugkin menyukainya.

Pesan paling atas setelah pesan ibundanya yang diarsip yaitu pesan dari grup sahabat sahabatnya yang di dinamai 'FIVE A TWINS CEUNAH!'

'FIVE A TWINS CEUNAH!'
Anda dan teman sengklek anda lainnya

Agung: BESTie agamku kamu di mana sayang?

Alan: jika kamu sudah di berikan rezeki bisa sekolah, maka jangan menyia-nyiakan rezeki dan kesempatan itu.

Andre: DI HUKUM BUK TETI RASAIN LO!

Anton: bunda Lo nitipin Lo kegua, katanya jangan nakal

"Masyaallah bundaku...." Dengan bibir yang mengapit sebatang rokok Agam menggeleng. Bundanya ada ada saja, menitipkan dirinya pada teman. Padahal kan dia sudah besar?

Me: warung belakang, mang Ujang. Ngopi

Setelah membalas, Agam menutup ponselnya dan menyeruput kopi piala itu dengan nikmat sampai suara seruputan itu terdengar. Bergantian, menyedot rokok dan menyeruput kopi. Sudah seperti bapak bapak mas kamling.

kesalahan | Agam [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang