Aretha melamun dibalkon kamarnya seorang diri. Raut wajahnya menampakkan kesedihan dan kehampaan. Hembusan napas berat lagi lagi keluar dari bibir keringnya. Kejadian tadi malam, saat dirinya bertelepon dengan Raja, sungguh itu membuat hati Aretha sakit dan tak rela. Aretha bukan satu dua kali menjalin hubungan dengan lelaki, namun, sosok lelaki seperti Raja baru ia temui. Lelaki pengertian, romantis, tak menutupi perasaan, hangat, manis, itulah sosok Raja bagi Aretha. Aretha pernah menyakinkan dirinya bahwa ia tidak boleh kehilangan sosok itu, Aretha harus mengenggamnya demi keberlangsungan kebahagiaannya. Namun apa boleh buat? langkah lelaki yang katanya sahabat masa kecilnya terlalu cepat dan tidak beraturan hingga membuat dirinya mau tidak mau menerima karena sudah kepalang terjadi. Pepatahnya, nasi sudah menjadi bubur. Namun, padahal ada arti lain dari pepatah itu, bukankah bubur lebih mahal dari pada nasi?
Hari hari berlalu, masih sama, Aretha menjalani harinya hanya berpatok itu itu saja sekarang. Dan sudah berhari hari Agam tidak ada kabar juga tidak menemuinya. Biasanya lelaki itu selalu saja memberikan kabar meski hanya lewat pesan atau telepon. Aretha tidak terlalu memikirkan, toh sama saja mau Agam memberi pesan ataupun tidak hidupnya tidak akan berubah.
"Aku kangen kamu, Ja," Aretha memandang foto lelaki yang sedang mencium pipinya di sebuah pigura coklat. Pilu tatapannya. Selesai hubungannya tapi momennya masih saja terasa. Iya, iti foto Aretha dan Raja dengan backround jalanan. Foto itu diambil saat Aretha dan Raja menghabiskan malam minggu keliling menggunakan motor.
Flasback on
"Aaaaaaaaaa!" Aretha merentangkan tangannya, semilir angin malam berhembus sehingga rambutnya yang teruruai menari mengikuti arah angin. Tawa senang itu keluar, tangan yang merentang itu langsung memeluk pinggang sang kekasih ketika mendapat teguran. "Peluk aku sayang, jangan gitu nanti kamu jatuh," meski tidak rela karena masih ingin merasakan dengan bebas angin malam Aretha menurut saja meski dengan wajah di tekuk.
Raja terkekeh melihat wajah mengemaskan itu lewat kaca spion, Raja mengenggam tangan yang melilit perutnya, mengusapnya pelan dan halus terkadang memaikan cincin yang tersemat dijemari itu. Aretha tersenyum, menyimpan dagunya pada bahu Raja, bersandar dibahu yang membuatnya nyaman itu sembari merasakan jalanan kota yang ramai juga indah.
"Terimakasih udah memperlihatkan keindahan malam padaku ya, Raja." Katanya dengan mata berbinar.
"Apapun untuk kamu, Ta. Aku senang kalau kamu senang. Aku akan banyak mengenalkan apapun yang belum kamu tahu dan kamu rasakan. Seperti saat ini, keindahan kota di malam hari."
"Apapun, ya?"
"Apapun." Raja membawa tangan Aretha pada bibirnya, seolah mencium punggung tangan itu dibalik helm.
"Tapi, ingatkan aja aku kalau semisal aku lupa."
"Aku percaya kamu gak akan lupa, Ja."
Raja terkekeh atau ucapan Aretha. Sepercaya itu Aretha padanya. Raja senang mendengar fakta itu.
...
"Ihhh kebiasaan aku lagi serius tahu! Jangan ganggu duluuuuu...." Aretha menyingkirkan tangan Raja dari perutnya, tangan lelaki itu tidak mau diam terus saja menggelitiknya. Sungguh, Aretha sudah sangat lelah buku yang sedang dibacanya tidak tamat tamat karena terhambat karena gangguan Raja.
"Raja!"
"Apa sayang?"
"Iiissssssh!"
Raja cengengesan terkekeh, bahagia mengerjai pacarnya yang sedang membaca novel yang baru dibelikannya. Raja suka raut wajah Aretha saat kesal, itu imut dan lucu tentunya sangat sangat berkali-kali lipat menggemaskan.
Raja berhenti, lelaki berkulit tan itu memeluk Aretha dari samping menyimpan dagunya pada bahu Aretha yang mungil, mengintip pada halaman buku yang menjadi bab yang sedang Aretha baca.
KAMU SEDANG MEMBACA
kesalahan | Agam [On Going]
Novela Juvenil[Squel Menikah dengan CEO?] Blurd Kesalahan, adalah jalan yang gue ambil demi mendapatkan Lo, gue egois. Ya, itu gue, Agam Januarga Abraham. Agam, dia... Tuan kaktus yang egois.