27. Sikap Manusia yang Berubah Setiap Waktunya

64 12 1
                                    

HALOOOOWWW
MASIH ADA YANG NYANTOL GAK NIH DI CERITA AGAM??
MAAF YEE UDAH LAMA GAK UPDATE!!

SELAMAT MEMBACAAAA..

....

Setelah selesai drama stiker dan anak ayam Aretha tiba tiba minta untuk tidur siang karena matanya sudah memberat minta untuk di tidurkan. Entah ada angin apa Aretha minta untuk ditemani tidur siang, bukan hanya itu saja Aretha juga meminta Agam untuk mengelus perutnya. Agam sampai tercengang terkejut tidak mengerti dengan situasi yang dihadapinya sekarang.

"Jangan berhenti." Aretha berguman, dengan mata terpejam dia menarik tangan Agam yang berhenti mengelus perutnya.

Agam kicep, kembali mengelus perut Aretha dengan lembut dan penuh akan kehati hatian. Memandangi akan wajah damai Aretha, mata tertutup dihiasi bulu mata lentik. Bibir terkantup sangat menggemaskan berwarna pink natural.

"Setan baik mana yang masuk ketubuh lo sampai buat jantung gue dari tadi lompat lompat?" Agam menggelenkan kelapalanya, memang benar jantungnya dari tadi tidak berhenti berdebar.

Bayangkan!

Bayangkan posisi Agam saat ini!

Tangan sebelah kanan menjadi bantalan kepala Aretha, dengan tubuh menyamping menghadap Aretha seperti ibu menyusui dan tangan kiri yang senantiasa tidak berhenti mengelus perut Aretha yang sudah berisi makhluk kecil namun perut itu belum terbentuk masih terlihat rata.

Agam tidak lelah malah dia menyukai kegiatannya, bibirnya terus berkedut hingga kedua pipinya terasa pegal.  Mata yang sudah dari sananya sipit semakin sipit kala bibirnya membentuk lengkungan bulan sabit.

"Dari dulu lo selalu cantik Aretha." Agam merunduk, mencium hidung aretha pelan hati hati. "Hidungnya lucu kecil, gemesin!" Agam geregetan. Bayangan indah masa depan berputar di kepalanya. Dimasa depan saat babynya sudah lahir, cantik, ganteng dan memiliki hidung kecil mungil seperti milik Aretha. Agam punya keinginan untuk anaknya, Agam ingin anaknya lahir mirip dengan Aretha.

"Kalau babynya mirip ibunya, gue gak perlu sedih kalau suatu saat nanti Aretha milih jalannya sendiri."

....

"Ta, gue izin keluar ya mau nongkrong sama temen-temen.  Pulang malem." Dari tangga Agam berucap sembari memakai jaket kulitnya. Keadaan cowok itu sangat rapi, menjinjing sepatu hitam plat putih nya.

"Hmm."

"Lo gapapa kan dirumah sendiri?" Agam duduk disamping Aretha, memakai sepatu nya. Sesekali melirik Aretha yang fokus dengan handphone nya.

"Gapapa." Aretha menjawab dengan mata terus fokus pada handphone sesekali bibirnya menerbitkan senyum kecil. Agam berdecak dan dadanya sakit. Pasti sedang bertukar pedang dengan Raja.

"Takut gak?"

"Nggak."

"Beneran?"

"Iya."

"Atau lo kerumah bunda aja ya? Gue titip lo ke bunda."

Aretha berdecak, ia menyimkan handphone nya di samping mendelik pada Agam yang terus saja bertanya. "Ck, gak usah Gam. Kalau mau keluar keluar aja, gue gak takut di rumah sendiri. Gak bakal ada apa-apa juga."

"Tapi gue takut ada apa-apa, takut lo kenapa napa. Apalagi lo lagi hamil muda lagi. Kalau ada makhluk yang nempel sama lo gimana?" Agam menaikan alisnya. Pirasatnya tidak selalu mengarah pada kebaikan kalau mengenai Aretha, ada saja ketakutannya. Raut khawatir Agam membuat Aretha menghela napasnya berat. Terus? Kalau emang khawatir kenapa pula Agam mau keluar? Udah aja dirumah padahal jaga Aretha. Dasar Agam, pikir Aretha.

kesalahan | Agam [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang