APPLIQUE. 6

16 0 0
                                    

"Seperti pernah melihatku? Mau tanya kita pernah bertemu dimana?"

Prisha tersedak air putih yang ia minum setelah mendengar ucapan Ega. Ega dengan santai memberikan tisu yang dia ambil dari depannya.

Prisha mengelap mulut dan segera menatap Ega.

"Kak, lo beneran bisa baca pikiran orang ya?"

Ega bergumam sambil masih mencoret desain baju di hpnya.

"Ya maksudnya, Prisha emang lagi mikirin kayak pernah lihat kakak. Baru aja mau tanya."

"Ya anggep aja gitu Prisha." jawabnya santai sembari mengganti jenis brush gambarnya.

"Kak please, ngeri jadinya."

Sebelum lanjut Prisha mengingat tempat dimana ia dan Ega bertemu, pak Nathan dan Hengky kembali ke parkiran dan segera masuk mobil.

"Loh kak Hengky sekarang yang nyetir?"

"Iya dia ngotot mau nyetir. ya sudah, ayah jadi bisa santai di belakang sama nak Ega."

Hengky tersenyum "Sebenarnya saya dan Ega mau gantian dr mulai berangkat sampai pulang. Tapi tadi pagi pak Nathan ga mau digantiin. Ya sekarang aja."

"Oooh" mulut Prisha membentuk huruf o.

"Mau pulang sekarang om, atau mau mampir kemana dulu?"

"Udah cukup, yang kita butuhkan sudah dapat. Paling yang tadi aja yang kurang Hengky, request meja baca."

Hengky menuruti dan segera melakukan.
Hari itu seperti info dari pak Nathan, dia akan mengajak Ega memilih kain untuk toko bukunya, karena Ega tidak berani sendiri Hengky diikutsertakan.

Sosok Hengky sangat membantu Ega, ia dengan mudah bersosialisasi dengan baik.

Setelah 1 jam perjalanan, mereka akhirnya sampai di rumah pak Nathan.

"Makasih ya nak, mampir dulu buat minum ya."

Ega melihat ke arah Hengky, seakan tahu maksudnya, Hengky langsung menolak "Izin langsung ya om, mau ada kegiatan juga sama adik saya. Sudah ditunggu di rumah Ega bareng Yugo."

"Iya om, kita jadinya langsung pamit."

Nathan tidak bisa memaksa. Mereka pun pamit kepada Nathan dan Prisha.

*

Sekarang di rumah Ega bukan hanya Sean, Yugo dan Hengky. Ternyata Sean mengajak temannya Wayan.

"Loh Wayan, kenapa kesini juga?"

"Tadi mau balikin komik milik Sean kak, katanya ga di rumah, jadinya disuruh ke sini."

"Owlaah."

"Ini Kak Ega ya?" kata Wayan menunjuk ke Ega.

"Iya bener."

"Izin bertamu ya kak."

"Iya selow aja, main-main bareng sana kalian. Ambil makanan juga boleh di kulkas."

"Ga usah dikasih tahu Yugo juga bakal ajak kakak-kakak makan sih." kata Yugo sambil tersenyum.

Hengky Mengikuti Ega ke dalam kamar, sepeti posisi Sean biasanya, Hengky juga sudah berbaring di ranjang Ega.

"Tadi pak Nathan ga sengaja keceplosan..." Hengky membuka percakapan.

"Hah?"

"Beliau keceplosan kalau Prisha habis diselingkuhin. Jadinya dia ngajak Prisha sekalian jalan-jalan biar refreshing sedikit."

"Iya emang."

"Lo udah tahu?"

"Hmm tahu kalau Prisha diselingkuhin? Iya."

"Kok bisa?"

Akhirnya Ega menceritakan apa yang ia dengar di parkiran FISIP saat itu. Hengky mendengarkan dengan saksama.

"Duh padahal Prisha orang nya baik kalau gue lihat dari auranya. Kenapa bisa diselingkuhin coba." kata Hengky dengan nada sedikit kesal.

Ega mengangkat bahunya "Entah, namanya penyakit selingkuh Ky, siapa yang tahu. Dasarnya emang si cowok ga setia kan."

"Iya juga sih." Hengky setuju. "Udah lah malah ngomongin tetangga." tambahan ya.

"Ya Lo yang mancing."

"Iya juga." Hengky meringis.

*

Malam itu sepeti biasa rutinitas Prisha adalah memasukkan buku yang harus ia bawa besok saat kuliah. Setelahnya membuka grup bersama Shindu, Keisya dan Mirza. Ternyata mereka sedang membahas mengenai Mirza yang ketahuan bolos ngeband ketuanya.

Prisha tertawa membaca chat di grup tersebut.

Kemudian ia menggulir lagi chat miliknya. Beberapa dari grup kelas dan chat teman kelas lainnya. Namun kemudian Ia terdiam dengan nama Bayu yang juga mengirim pesan padanya.

✉️
"Besok sore, gue dan Gina akan balikin hadiah dari lo yg pernah gue terima. Dirumah kan?"
✉️

Pesan dari Bayu itu membuatnya menghela napas.

Lalu ia mengetik.

✉️
"Langsung buang aja, gue juga ga perlu. Ga usah ke rumah."
✉️

Tapi tidak ada balasan dari Bayu. Hari itu memang Prisha berhasil melupakan krkesalannya pada Bayu. Namun malam itu Bayu berulah lagi, ia berencana mengembalikan semua barang yang pernah diberikan Prisha. Membuat ia mengingat ucapan dan pengkhianatan Bayu.

Prisha bergegas ke kamar Wandra. Ia mendapati Wandra sudah berbaring miring ke kananan. Prisha segerael mendekat dan memeluk Wandra layaknya guling.

"Oh kak Prisha, kenapa?"

Prisha tidak menjawab. Wandra membiarkan ya hingga akhirnya waktu sudah berjalan 5 menit.

"Kak sampai kapan mau peluk Wandra?"

"Sampai besok pagi."

Kata Prisha polos memeluk Wandra dalam posisi jadi guling.

"Kakak mau tidur sama Wandra sekalian?"

"Tergantung."

Tanpa sadar Prisha menangis di belakang Wandra. Wandra tentu kaget, dia menepuk tangan Prisha.

"Siapa yang bikin kak Prisha sedih?"

Prisha tidak menjawab.

"Padahal kakak baik, kenapa ada yang sakiti kakak ya?"

Wandra membiarkan Prisha menggunakannya sebagai guling dalam keadaan menangis. Prisha pun akhirnya tidur dengan Wandra.

APPLIQUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang