APPLIQUE. 10

6 0 0
                                    

"Rasanya Prisha yang memang salah tidak mau berubah kak."

Tak ada jawaban dari ucapan Prisha. Laki-laki yang menemaninya menjemput Wandra hanya terdiam.

"Harusnya Prisha kalau jalan tuh memang fokus berdua. Atau kalau diajak sering naik mobil ke kampus tuh mau." ucap Prisha sambil memainkan kunci mobil yang ia bawa.

"Kalau Prisha berubah pasti ga mungkin lak Bayu ninggalin Prisha dan milih Gina."

Yang diajak bicara membuka tutup botol air mineral dan meminumnya.

"Jujur, nyeselnya Prisha ini bikin Prisha susah move on akhirnya." ucap Prisha sambil menghela napas panjang.

"Maaf ya kak, ngelantur banget ceritanya. Padahal awal-awal berterima kasih sama kado kakak. Eh malah keinget Bayu."

"Prisha..."

Yang dipanggil hanya menoleh ke laki-laki yang duduk di samping kirinya.

"Prisha mau dikasih tanggapan atau mau cerita aja? Biar enak, kakak balesnya."

Prisha mengerutkan dahi. Kaget ada orang yang terus terang seperti ini.

"Mungkin bisa dua-duanya kak." jawab Prisha.

Sembari menatap ring basket di depannya, Ia berkata.

"Dulu mama kakak pernah cerita, kalau mencintai itu tidak pernah meninggalkan dalam hal yang tidak selesai."

Katanya sambil menutup botol air mineral.

"Sebagai contoh sesuatu yang tidak pernah selesai itu sesuatu yang tidak pernah diomongkan sebelumnya. Tidak selesai dalam egonya, tidak ingin menghargai dan mendengarkan pasangannya. Hingga tidak menyelesaikan perasaan, malah memberi perasaan ke orang lain."

Prisha yang mendengar itu malah makin menatap pria di dekatnya.

"Jadi kalau realistisnya menurut teori mama kakak, Bayu yang salah. Dia tidak selesaikan dirinya bareng Prisha. Egois namanya."

Prisha masih menatapnya.

"Perasaan menyesal Prisha tidak salah.
Belum move on juga tidak salah. Pasti kenangan indah banyak keinget."

Prisha mengangguk setelah ditatap lelaki itu.

"Tapi perasaan selesai itu jauh lebih baik untuk membuka jalan cerita baru yang lebih menyenangkan. Prisha juga akan lebih siap bertemu hal-hal baru tanpa adanya beban. Lebih enteng." katanya sambil tersenyum di kalimat terkahir.

"Kak Ega, jadi kakak Prisha aja yuk."

Ega yang sedari tadi menanggapi Prisha mulai tersadar bahwa ia memberikan senyuman pada Prisha.

Ia segera menatap ring basket lagi.

"Nanti Yugo ga punya kakak."

"Yaah iya juga." Prisha tertawa kecil.

Sambil mengayunkan kakinya Prisha berkata "Makasih ya kak Ega."

Ega hanya berdehem.

*

"Ga nyangka kak Prisha ikut. Padahal kata papa kemarin kak Ega yang jemput."

"Dah kangen banget sama kamu adek" katanya sambil merangkul dan mencium pipi Wandra.

"Kak, masih di sekolah tauk."

Prisha kelepasan, untung saat itu lokasi parkiran belakang yang tidak banyak orang.

"Okay karena sudah kumpul semua, Yuk kita makan. Udah ditunggu ayah."

"Eh om Nathan udah pulang kak? Kata Wandra di luar kota sampai lusa."

Dengan senyum mekar, Prisha menjawab "Kebetulan kemarin tuh bisa selesai cepet. Meski masih bisa dapat kesempatan nginep di hotel ayah udah langsung cus pulang."

"Wih beneran kak?" kata Wandra penuh antusias.

"kalau ga percaya tanya tuh Kak Ega."

"Beneran kak?"

"Seperti yang diinfokan kakamu Dra. Yuk, udah sore gini. Pm Nathan juga dah nunggu."

Semua mengiyakan.

APPLIQUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang