Petualangan singkat

24 8 9
                                    

Suara decitan nyaring menghentikan lamunanku, Harsa sudah beranjak bangkit dari kursi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara decitan nyaring menghentikan lamunanku, Harsa sudah beranjak bangkit dari kursi. Dia menatapku dan bus bernomor 07 secara bergantian, lantas terulur lah tangan kekar itu kearahku.

"Ayo pulang."

Aku masih diam di tempat. Menatap uluran tangan yang sudah mengambang satu menit seakan minta di genggam. Menghela napas panjang, kubenahkan posisi tas ransel yang tergeletak.

"Harsa..."

"Tadi ayah pulang untuk membahas soal bakat dan minat di wawancara, aku... tidak mau pulang kerumah."

Kulirik perlahan, tangan itu turun. Dia ikut diam membisu, sedangkan diriku menunduk, membiarkan rambut pendekku menggantung di terpa angin.

Dua menit diam. Dua menit pula supir bus itu menunggu kami. Tapi diluar dugaan, tepat saat klakson berbunyi Harsa melambaikan tangan kearah sang supir. Membiarkan bus 07 itu melesat pergi tanpa kehadiran kami.

"Baiklah, ayo pergi dari rumah bersamaku, Luna!"

Sepertinya aku baru sadar perasaanku kala itu. Kukira gejolak menggelitik yang selalu kurasakan dengan Harsa hanyalah sebuah respon alami tubuh.

Nyatanya, aku tengah di mabuk cinta.

Nyatanya, aku tengah di mabuk cinta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Luna, cepat sini naik!"

Aku melotot kaget. Apa lagi kali ini? Tadi Harsa mengajakku berkeliling menggunakan sepedah yang tergeletak dekat kafe, entah milik siapa. Tapi saat kutanya, Harsa bilang dia akan tanggung jawab jika terjadi sesuatu. Astaga... aku sungguh pening di buatnya.

Lalu sekarang menyuruhku untuk memanjat pembatas jalan, sedangkan si empu malah berlarian kesana kemari di hamparan rumput. Karena tak kunjung mendapat respon, Harsa meraih tanganku untuk duduk di rerumputan yang terasa dingin.

Kami diam sejenak saat melihat cahaya terang menyorot. Tak jauh dari tempat kami, ada kereta yang hendak melintas. Kulirik, ternyata Harsa memeluk lututnya sambil menunggu kereta itu lewat, aku pun ikut-ikutan.

April Wishlist ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang