...
Duduk diam di halte dan fokus membaca novel. Hari ini aku pulang malam, bukan karena keluyuran sana sini, tapi karena ada kelas malam di sekolah. Semacam kelas tambahan bagi siswa dan siswi yang berhasil masuk nominasi 15 peraih nilai terbaik di kelas mereka.
Bukan, aku bukan murid ambis yang sangat pintar. Lantas bagaimana? Anggap saja itu keberuntungan di bulan April karena aku berhasil mendapat peringkat ke-14 untuk ikut kelas malam. Benar-benar hoki, padahal kurasa setiap pelajaran fisika aku tidur tiduran di kursi pojok. Tapi ya sudahlah, nyatanya nilaiku kan lumayan bagus?
Aku membenahkan posisi buku di pangkuan, sedikit menyesal karena tadi tidak membawa jaket atau sweater. Sial sekali, udara pukul 9 malam ternyata sangat dingin.
"Luna, ya?"
Terlonjak kaget, aku melotot sedetik saat mendengar suara khas anak laki-laki berseru.
"Ah... benar ternyata!" ucapnya tersenyum. Nada suara itu jadi terdengar riang.
Bingung menanggapi apa, aku sebagai pemilik nama hanya tersenyum kaku sambil sedikit bergeser, bermaksud mempersilakan lelaki itu untuk duduk nyaman di sebelah.
Hening.
Kurasa, nyamuk pun pasti berpikir 10x sebelum melintas di hadapan kami. Suasananya canggung, kulihat pula, lelaki jangkung itu asyik diam memilin jari jemarinya.
"Oh ya, terima kasih buat ikat rambutnya," kataku memecah kesunyian. Sial! aku ngomong apa sih?
Ini... serius? Aku Luna? Aluna Danishwara kan?
Mungkin jika waktu bisa di putar, kejadian satu menit lalu akan masuk dokumentasi dan di pajang di sebuah museum bersejarah. Pasalnya, aku baru saja mengajak orang asing berbicara, sedangkan aku sendiri jarang bicara duluan pada teman-temanku.
Gila...
"Sama-sama, lain kali bawalah jaket meskipun tidak hujan."
Sekali lagi. Sekali lagi tubuhku dibuat mematung oleh ucapan laki-laki itu. Bagaimana bisa dia tau kebiasaanku yang selalu membawa jaket hanya di saat mendung?
Kini debaran jantungku bertambah kencang saat menyaksikan lengkungan kurva yang terukir manis di bibirnya. Sungguh, ini seperti mala petaka untuk kesehatan jantungku.
Oh April, ada apa dengan Luna?
✦
"Luna!" Itu seruan suara perempuan yang sedikit familiar di telingaku.
Jea. Perempuan berambut pendek yang sedang melambai kearahku itu bernama Jea.
Kami tidak terlalu akrab, tapi sekali dua kali sering mengobrol, saat agenda piket kelas, berpapasan di kantin, atau saat sesi olahraga. Tentu dengan Jea yang menyapa duluan. Dia cukup friendly, sifatnya yang mudah berbaur menjadikan suasana nyaman.
"Eh? Wah setelah kupikir-pikir selama hampir seminggu, sepertinya kita hampir mirip deh? Rambut pendekmu sangat serasi, enak di lihat lho!" Jea berucap santai. Aku mengangguk sambil terkekeh menanggapi, memang benar, banyak yang bilang bahwa rambutku yang pendek menghilangkan kesan horror di wajah.
"Itu apa?" tanyaku menunjuk sesuatu di genggamannya, Jea sontak mengalihkan pandangan.
"Ohh ini? ini gantungan kunci punyamu yang tertinggal di bus, aku di suruh Harsa untuk mengembalikannya. Sekalian memberi jus strawberry, ini sebenarnya misi rahasia. Aku harus memberikan padamu diam-diam, tapi ogah lah!" Setelah kalimat itu selesai, Jea menyodorkan dua benda itu secara bersamaan.
Aku menerimanya ragu-ragu. Saking larutnya dalam pikiran, Jea sudah ikut duduk di bangku taman sekolah, dia mengayunkan kakinya sambil menikmati hiliran angin siang. Hawanya cocok, apalagi kami sedang duduk di bawah pohon rindang.
"Untuk diriku? Tapi... buat apa?" aku tidak bisa menahan rasa penasaranku lagi.
"Sebelum kujelaskan, alangkah baiknya kamu minum dulu jusnya!" Jea dengan senang hati membukakan sedotan dan memberikan minuman itu padaku.
"Janji jangan terkejut ya, Lun?" Permintaan itu seperti bukanlah permintaan biasa, aku yang sedang meminum jus itu langsung berhenti.
Ada apa ini?
"Tau Kak Harsa? Cowok yang hidungnya mancung, tinggi, sering naik bus nomor 07 sama sepertimu hampir satu bulan terakhir ini, dia selalu pakai earphone kemana-mana. Sudah? Kenal kan?"
Aku mengangguk semangat, oh lelaki yang selalu duduk di sebrangku saat naik bus itu bernama Harsa. Syukurlah, dia bukan pria aneh, stalker, atau lebih parahnya orang cabul.
"Baru tau, namanya Harsa ya?" kubalas sambil cengengesan.
Jea melanjutkan omongannya, "Iya, dan alasan aku disuruh tadi karena dia suka padamu, Luna."
Detik itu juga, senyumanku redup.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
April Wishlist ✔
Fanfiction"Apa daftar keinginanmu di bulan April ini?" Keinginan Harsa di bulan April sangatlah sederhana, apalagi kalau bukan menjadi lelaki pujaan hati Luna? [TAMAT] •Short Story start/end:25 April-14 May 2022