Pecundang

27 9 5
                                    

Dari Harsa Astama,
Untuk Aluna Danishwara

"Ha... Harsa?"

Suaraku patah-patah, rasanya seperti mati rasa. Tubuhku bingung untuk bereaksi, aku berusaha membuka surat pertama itu dengan kekuatan yang kupunya. Tanganku rasanya lemas, tiba-tiba saja mataku mulai berair.

Ya Tuhan, Luna... jangan menangis. Ayo segera buka suratnya, mengapa dirimu begitu lemah sekarang?

Sambil berkali-kali mengusap air mata di pipi, aku membaca isi surat itu secara seksama, dengan teliti, tanpa melewati satu huruf pun.

Halo Luna.

Aku merindukanmu.
Jangan pernah berfikir hanya kamu yang sedang merindu lho!

Eh? entah, apakah kamu juga rindu kepadaku? Apalah itu, maaf kalau sok tau.

Bagaimana kabarmu? Baik? Syukurlah, aku juga... perlahan sudah membaik. Aku ingin bertemu denganmu sesegera mungkin, kalau bisa detik ini juga.

Apa kamu banyak berubah? Atau jangan-jangan aku yang lebih banyak berubah? Ah entah, kita lihat saat bertemu nanti ya?

Aku ingin memberi kejelasan dari semua pertanyaan yang ada di kepalamu, maaf belum bisa memberi jawaban langsung. Apa aku bisa di sebut pengecut?

Apa aku menyukaimu, mengagumimu, mencintaimu?

Iya. Kamu tau jelas saat Jea bercerita, bukan? Itu bukan cerita karangan, itu sungguhan, aku menyukaimu sejak kita tumbuh menjadi remaja.

Sekolah kita dulu hanya bersebelahan. Aku bersekolah di asrama khusus laki-laki, sedangkan kamu di sekolah biasa.

Kamu tau? Aku sering memperhatikanmu lewat jendela gudang. Kamu dulu suka duduk sendirian di bawah pohon mangga ya? Kamu memakan bekalmu sendiri, mengerjakan sesuatu sendiri, mendengar musik sendiri. Tau dimana letak konyol nya? Aku yang saat itu hanya bisa melihatmu dari jendela ingin sekali menemanimu disana.

Aku suka kamu. Tatapan matamu mirip seperti Mama. Aku suka, sangat suka. Rasanya hangat, aku seperti melihat bayangan Mama selintas di dalam netra coklat sabit milikmu.

Dulu rambutmu panjang, sering memakai jepit pita di sebelah kiri, lalu suka membawa earphone kemana-mana agar tidak terusik oleh anak-anak lain.

Disitu, dimana seorang Harsa menyadari kalau dirinya sedang jatuh hati untuk pertama kalinya. Rasanya dunia seperti penuh bunga, kemanapun mataku menatap selalu ada sosok Luna. Di situ, Harsa menyerahkan semua waktu yang ia punya hanya untuk mengagumi pujaan hatinya.

Lantas jika aku mencintaimu, kenapa tiba-tiba pergi menghilang saat bulan April lalu?

Kamu ada disana, tapi sesuatu mencegahku untuk meraihmu.

Aku tau, aku tau betul kamu sangat mempertanyakan hal itu 'kan?

Akan kuberi tau, sebuah kisah yang tidak pernah kuceritan kepada siapapun. Kisah yang belum di sentuh oleh orang mana pun selain Jea dan kamu. Kisahku yang di peluk keputus asaan, dan kamu datang untuk mengulurkan sebuah harapan.

Waktu SMP itu. Aku adalah korban dari anak-anak yang berhati bengis. Setiap hari tidak ada celah untuk kabur dari perundungan, tubuhku selalu cantik di hiasi memar dan luka baret. Seperti kolektor luka, semuanya sudah pernah kurasakan.

Awal mulanya, aku tidak sengaja melihat salah satu temanku di rundung seperti itu juga. Dia anak orang kaya yang sakit-sakitan, tapi anak-anak berjiwa keji itu memanfaatkannya dengan sangat keterlaluan. Jayzel namanya.

April Wishlist ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang