Kumohon

25 7 8
                                    

Setel lagu Gone-Rosè mungkin lebih menghayati?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setel lagu Gone-Rosè mungkin lebih menghayati?

...

Hari ketigabelas.

Sudah ada seminggu lebih. Namun tanda-tanda kehadiran Harsa maupun Jea tak terlihat, walau hanya sekali.

Aku sendiri juga bingung, disaat aku bertanya kepada teman-teman kemana perginya Jea, semua memberi jawaban sama. Hanya gelengan kepala tanda tak tau.

Untuk roomchat line tetap sama. Pesan terakhir Harsa hanya kala itu, saat mengajakku bertemu di taman. Tapi mana? kemana dia? Aku sudah lelah, aku paling benci seperti ini. Sungguh.... Apa memang mencintai seseorang itu serumit ini? Semenyakitkan dan menyayat hati?

Hari keempat puluh tujuh

Aku benci diriku sendiri. Yang seharusnya fokusku terarah pada kegiatan belajar semuanya buyar begitu saja saat mendengar nama Harsa dan pengakuan dari Jea.

Kalau dia memang benar menyukaiku sedari SMP, kini kemana? Apa melupakan cinta lama semudah itu? Setidaknya berilah alasan. Kumohon... aku benci sekali... rasanya hatiku sedang di permainkan tanpa ampun.

Hari keenam puluh tiga.

Dua bulan berlalu membosankan. Kegiatanku masih sama, sekolah-pulang-sekolah-pulang. Tidak ada, tidak ada lagi pemuda dengan earphone di telinganya yang duduk di kursi sebrang, tidak ada lagi lelaki yang selalu memberikan barang-barangku yang tertinggal, tidak ada lagi... seseorang yang bertanya keadaanku dan mau menampung tumpahan keluh yang kurasakan.

Dia hilang.

Dia pergi.

Tanpa pamit, dan tanpa kejelasan.

Hari kesembilan puluh satu.

Harsa... kamu kemana? aku ingin bercerita hari ini. Ayah mengizinkanku untuk ikut kelas melukis gratis, aku sungguh ingin pergi bersamamu kesana, Ayah memberiku dua tiket. Tapi apa gunanya? Kamu saja tidak ada, harus bagaimana lagi?

Harsa... aku benci kamu. Ini sungguh tidak adil, sebenarnya kamu dimana? kemana? Apa hanya aku yang merasakan kerinduan tiada henti ini?

Hari keseratus lima puluh.

Apa kabarmu... Harsa?

Ah, Jea juga? Apa kalian baik-baik saja? Kuharap begitu ya?

Hari ini aku belajar tentang ilmu manajemen. Aku berusaha mengerti dan tidak memberontak, ternyata tidak se-membosankan itu! Kuharap kalian cepat kembali. Apa pun itu, aku sungguh berharap yang terbaik.

Hari ke... seratus tujuh puluh dua.

Aku merasa sendirian sekarang. Bolehkah aku memintamu untuk datang?

Harsa, ingatkah saat kita kabur dari rumah waktu itu? Kamu berjanji jika diriku merasa kesepian, aku bisa datang kepadamu.

Sekarang aku ingin datang, tapi kamu dimana?

Harus berapa lama lagi aku menunggumu tanpa seutas kabar?

Harus sampai kapan tidurku tak nyenyak?

Satu hari? Satu bulan? Atau satu tahun?

Pulang... kumohon pulanglah Harsa. Ayo... ayo temui diriku, ayo katakan aku mirip bulan lagi... Harsa! ini perintah, sungguh ini adalah perintah. Jika kamu berani ingkar lagi, aku akan pastikan semuanya selesai. Akan kubereskan semua perkara hati ini, jika mau, sekarang pun bisa!

...

Aku menatap bingung Kak Sekar—tetangga fashionable yang pernah kuceritakan tempo hari. Dia berjalan tergopoh-gopoh sembari memanggil namaku, sepertinya sedang buru-buru.

Wangi mawar yang terkesan lembut langsung menguar, Kak Sekar menyodorkan sesuatu kearahku, lalu tersenyum, "Hei, Lun. Ini ada yang mengirimkan paket, tapi sepertinya malah nyasar kerumahku."

Aku menggaruk pipi karena sebelumnya tak merasa membeli barang online atau semacamnya. Tapi mau tidak mau tetap kuterima.

"Eh? oke, terima kasih ya Kak!"

Perempuan cantik itu hanya menunjukkan jempol, memperbaiki helaian rambutnya, lantas meminta pendapatku.

"Luna, kalau kapan-kapan butuh lipstik lagi tinggal kerumahku ya? Astaga, aku baru saja di beri lipstik!  warnanya cantik bukan?"

Aku mengangguk setuju saat melihatnya, memang sangat bagus, apalagi Kak Sekar yang pakai. Tapi... untuk apa aku memintanya lagi? Toh tidak akan ada kencan atau pertemuan setelah insiden kala itu.

"Cocok tuh, pasti Kak Jevan tambah suka!" candaku iseng. Nama itu adalah kekasih Kak Sekar, dan hari ini adalah hari Minggu, pasti mereka akan bertemu. Ya Tuhan... aku sampai hapal begini ternyata?

Dapat kudengar kekehan ringan keluar dari bibir cantiknya, Kak Sekar pamit pergi.

Buru-buru masuk kerumah, aku membuka isi kotak itu dengan penasaran. Ringan, isinya sangat ringan. Aku menatap heran beberapa amplop di sana. Apa ini uang? Kalau pun iya, orang gila mana yang mau mengirimiku uang siang bolong begini?

Saat kuambil salah satunya. Tiba-tiba saja atmosfer di sekitarku terasa aneh, deru napasku tercekat beberapa detik, tanganku gemetaran mengambilnya. Aku sungguh berhati-hati, membuka mataku lebar lebar.

Dari Harsa Astama
Untuk Aluna Danishwara

"Ha... Harsa?"

...

Ha... Hayoo!

 Hayoo!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
April Wishlist ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang