10

4 3 0
                                    

Tampa disadari waktu telah cepat berlalu
Sedangkan kita masih diam di tempat.

Setelah tadi pagi Reisha pulang dengan keadaan yang bisa dibilang tidak baik-baik saja, Reisha jadi tidak bisa mengikuti pembelajaran hari ini dan memutuskan untuk beristirahat dikamar. Reisha mencoba mengingat kejadian tadi malam, tapi ia tidak mengingat apapun.

Ting! Pertanda ada yang mengirim pesan di ponsel Reisha. Mendengar ponselnya berbunyi, Reisha mengambil dan membuka ponselnya itu.

Adhitama Elvan Syahreza

[Nggak sekolah?

nggak enak badan]

[Gue mau jelasin soal tadi malam

[Lo sakit?

Pusing]

[Pulang sekolah gue ke rumah lo.

Nggak usah]

Reisha menutup aplikasi berbagi pesan itu, dan merebahkan tubuhnya ke kasur empuk yang sudah dua bulan ia tiduri. Tak lama setelah merebahkan dirinya, Reisha terlelap dalam tidurnya.

🍁🍁🍁

Bel istirahat telah berbunyi, membuat tidak sedikit siswa berbondong-bondong pergi ke kantin. Sebagian lain ada di dalam kelas, bahkan ada juga yang di perpustakaan. Namun berbeda dengan yang lain, Elvan menggunakan waktu istirahatnya di belakang sekolah yang sepi dari keramaian siswa. Elvan merebahkan dirinya di atas bangku yang sudah tidak terpakai lagi. Saat Elvan sudah merasa nyaman terlelap, tangisan seorang perempuan membangunkannya.

"Lo kenapa nangis di sini?" tanya Elvan dari samping perempuan itu.

"Lo yang di lapangan basket itu, kan?"tanya Zera.

"Iya, tapi gue nggak tau nama lo," ucap Elvan.

"Nama gue Zerania," ucap Zera sambil mengangkat tangannya untuk mengajak Elvan bersalaman. Melihat Elvan tidak menanggapi, Zera menurunkan tangannya.

"Kenapa nangis?" tanya Elvan.

"Lo tau Aksha, kan? Lagi-lagi dia buat gue malu di depan banyak orang," ucap Zera.

"Yaudah jangan membuat diri Lo malu," ucap Elvan sembari menyandarkan punggungnyanya ke tembok.

"Maksud lo?" tanya Zera.

"Jangan deketin dia lagi, apa susahnya," jawab Elvan yang kemudian meninggalkan Zera di belakang sekolah.

Zera membersikan air matanya. Merasakan Elvan hendak pergi, Zera mengejar Elvan. Namun Elvan sudah tidak terlihat lagi.

Pembelajaran sudah selesai satu jam yang lalu, namun Elvan belum meninggalkan kelasnya. Masalah yang ada di rumahnya membuat Elvan malas untuk pulang. Alhasil, dirinya masih di pojok kelas menikmati kesunyian. Ponsel yang berdering di dalam sakunya membuat Elvan terbangun, terlihat di layar ponsel bahwa mamanya yang menelepon. Elvan memencet tombol merah namun ponselnya tetap bergetar. Elvan memencet tombol hijau, namun tidak ada suara dari si penelpon.

"El ... pulang," ucap mamanya.

"Elvan nggak mau pulang, Ma," ucap Elvan.

"Pulang! Atau semua ATM dan fasilitas kamu, Mama blokir," tegas mamanya. Elvan yang tidak suka dengan pembicaraan, mematikan panggilan dan pergi keluar kelas.

Saat Elvan sampai di gerbang sekolah, terlihat Zera yang tengah berdiri di tepi jalan dengan pandangan ke kanan dan kiri.

"Ngapain, Ze?" tanya Elvan.

"Nungguin ojol gue," jawab Zera

"Bareng gue aja,"ajak Elvan

"Boleh? Tapi gue harus ke toko buku dulu," tanya Zera yang dijawab anggukan oleh Elvan.

"Udah?" tanya Elvan untuk memastikan Zera duduk dengan benar.

"Dah ..."

Elvan melajukan motornya menuju toko buku yang ditunjukkan Zera. Setelah sampai di toko buku, Zera masuk ke dalam dengan Elvan di belakangnya.

"El ... kalau lo ada urusan pulang duluan aja," ucap Zera yang melihat Elvan menatap layar ponselnya terus menerus.

"Beneran?"

"He-em, nanti Abang gue lewat sini  Lo pulang duluan aja," ucap Zera.

Kemudian Elvan berlari keluar dan melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Athterae

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang