5

4 3 0
                                    


Sabar menyakitkan, diam menyiksa, bicara juga percuma

"Bisa-bisanya Noval milih istri dan anak seperti mereka." Ucap Hanum sambil menunjuk Reisha dan Widia yang datang sambil membawa baskom isi air dan handuk di pundaknya.

Mendengar Reisha di hina oleh mertuanya itu rasanya Widia ingin membela namun apa daya ia yang juga di jadikan babu oleh mertuanya itu. Widia pura- pura tidak melihat Reisha agar tidak sakit hati dan melanjutkan aktivitasnya.

Widia mengangkat satu kaki milik mertuanya kemudian mengelapnya mengunakan handuk.

"Ma ... Mama ngapain seperti itu?" Tanya Reisha yang masih di dalam ruangan yang sama.

"Mama kamu sekarang yang akan menjadi pelayan saya kamu jangan ikut campur." bukan Widia yang menjawab melainkan Hanum.

" Tapi mama istri nya papa Noval, dan mama seharusnya tidak perlu melakukan hal seperti itu." Ucap Reisha.
"Noval itu anak saya, dan kalian hanya numpang disini." Ucap Hanum dengan santai.

Reisha mendekati Widia " mama mama berdiri aja, biar Rei yang bilas kaki nenek," Kata Reisha.

" Udah biar mama, kamu masuk kamar, jangan ganggu mama!" Ucap Widia dengan nada tinggi.

🍁🍁🍁

Sesuai perintah ibunya Reisha memasuki kamar, walaupun rumah ini besar dan hidup Reisha serba kecukupan. Namun dalam hati kecilnya ia merindukan masa masa dulu ketika ia pulang malam karena harus berkerja, dan harus masak di pagi hari untuk sarapan sekolah. Hidup sederhana namun banyak kebahagiaan.

Reisha tertidur di kasurnya dengan seragam masih tertempel di badannya. Hari pertamanya masuk sekolah membuatnya letih hingga membuatnya tertidur.

Tok ! Tok.! Tok!

Suara ketokan pintu membuat Reisha terbangun dari tidurnya, ia bergegas membuka guna mencari tau siapa yang mengetok pintu kamarnya tersebut.

" Papa, nunggu Lo di meja makan," Ucap Alfan anak sulung Noval.

"Reisha mengangguk dan menutup pintu kamarnya, kemudian Menganti seragam sekolahnya dengan baju yang ada di dalam lemarinya.

"Mau makan aja lama nunggu Lo," ucap Zera sambil menatap sinis.

"Maaf " jawab Reisha mendengar ucapan Zera.

Reisha menarik kursi makan, tiba-tiba hamun mencekam erat tangan Reisha.

"Kamu makan setelah kami selesai makan." Ucap Hanum singkat.

Reisha menatap semua orang yang ada di meja makannya mulai dari Alfan, Hanum, Zera, dan Noval. Namun , tidak ada yang menghiraukan keberadaannya. setelah sadar bahwa mamanya tidak ada Reisha mencari dimana Widia berada. Dilihatnya Widia duduk bersama pelayanan di dapur dan sedang mengobrol bersama.

" Ma ... Mama nggak makan?" Tanya Reisha.

"Nanti kalau nenek kamu sudah selesai makan," jawabnya.

"Mama juga di usir dari meja makan, sama nenek?" Tanya nya lagi.

"Rei, mereka ingin makan bersama tanpa kita apa salahnya kita nunggu nanti mereka selesai makan,"Jawab Widia lirih.

Setelah mendengar ucapan mamanya Reisha tidak ingin bertanya lagi. Karena ia tau bahwa mamanya menahan kesedihan dihatinya.

Setelah semua selesai makan kini saatnya Reisha dan ibunya yang makan Reisha melihat hanya ada sepotong paha ayam dan sedikit sayur yang tersisa. "Rei kenapa diam saja ayo makan." Ucap ibunya itu Sabil memakan nasi tanpa lauk itu.

"Mama aja yang makan, Reisha nggak lapar,"Ucap Reisha sambil meninggalkan meja makan dan pergi ke kamar nya.

"Bener kata Elvan, nggak ada yang traktir gue makan selain dia." Ucap Reisha, dengan badan terlentang melihat atap kamarnya.

Setelah kepergian Reisha kedalam kamarnya, ada rasa tidak tega di dalam hati Widia terhadap putrinya itu. Yang menentang keras pernikahannya bersama Noval.

Widia memasuki kamarnya, setelah membersihkan meja makan. Noval sudah menunggunya di tepi ranjang.

"Wi, maafin aku nggak bisa bela kamu di hadapan ibu," Ucap Noval.

"Iya, aku tau." Jawabnya dengan memaksa dirinya tersenyum.


Athteraeathteraest
#abishathorayalitterae
#atl
#cipkaryaAtl
Athterae

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang