2

7 3 0
                                    

Jangan terlalu terpaku dengan masa lalu, karena hal itu tidak dapat membuat kisah yang indah terulang kembali.
🍁🍁🍁

Reisha yang tengah duduk sambil merenungkan ucapan Mamanya tadi pagi, dikagetkan dengan seseorang yang muncul tiba-tiba di hadapannya.

"Apa!?" tanya Reisha sedikit keras.

"Wah ... pasti belum makan nih, masih pagi udah marah-marah." Siapa lagi kalau bukan Elvan. Tak ada reaksi apapun dari Reisha, sehingga Elvan menggoyang-goyangkan badan Reisha.

"Hmm, apa lagi?" tanya Reisha malas.

"Belum makan, kan? Gue traktir."

Seketika mata Reisha terbuka lebar. Sesungguhnya Reisha sangat lapar. Karena sedari kemarin siang, ia memang belum makan apapun. Bukan karena tidak punya makanan. Sejak kedatangan Noval semalam dan perdebatannya dengan Widia, selera makannya tiba-tiba hilang.

Reisha menarik tangan Elvan menuju kantin selagi bel masuk sekolah masih cukup lama. Mengapa harus ditarik?  Karena Elvan seringkali berjalan lambat sambil tebar pesona. Hal itu sangat tidak disukai oleh Reisha.

"Kantinnya ramai," cicit Reisha dengan nada rendah agar tidak ada yang mendengar.
Elvan meliriknya, kemudian memandangi seluruh ruangan yang memang ramai pagi ini. Melihat ada sekumpulan siswi di ujung kantin, Elvan mendekati para siswi itu. Raisha tidak mendengar apa yang diucapkan Elvan, tapi setelah Elvan mendekati meja itu tak lama kemudian siswi-siswi yang berjumlah kira-kira 5 orang itu meninggalkan meja. Elvan melambaikan tangannya kemudian Raisha mendekat.

"Mau pesan apa?" tanya Elvan.

"Nasi goreng aja." jawab Reisha singkat.

"Gue pesenin dulu." Reisha mengangguk dan Elvan berjalan ke arah Mbak Siti, penjual nasi goreng di kantin sekolah ini.

Lima menit berlalu, Elvan kembali dengan membawa nampan yang berisi dua porsi nasi goreng dan dua gelas es teh manis.

"Buruan makan nanti keburu masuk," kira-kira itulah yang di ucapkan Elvan sebelum kesunyian melanda hanya ada detingan sendok yang beradu suara dengan piring.

"Gue tau Lo ada masalah, tapi gue nggak maksa buat Lo cerita ke gue," ucap Elvan yang seketika membuat Reisha tersedak.

Reisha menatap Elvan yang terus menatapnya untuk meminta jawaban.

"Mama, mau nikah lagi," kata Reisha jujur.

"Tante Widia mau nikah lagi? Kapan?" tanya laki-laki yang ada di hadapan Reisha itu.

" Kata Mama Minggu depan. Mama capek jadi janda, pengen nikah aja kayaknya," ucap Raisha.

Tidak ada yang bersuara selain helanan nafas milik Elvan yang meninggalkan Raisha dari kantin. Sebenarnya Raisha tahu apa yang dirasakan Elvan saat ini, tapi demi kenyamanan hati masing-masing Raisha memilih diam.

🍁🍁🍁

Seminggu berselang, akad nikah dilaksanakan di rumah Reisha. Tidak banyak yang diundang ke acara pernikahan ini, hanya sebagian orang yang dianggap penting oleh mamanya. Terlihat Widia— mama Reisha itu tersenyum manis dengan balutan kebaya putih. Setelah akad nikah, Noval berniat menginap satu hari di rumah Reisha. Dan besoknya, ia akan memboyong Reisha dan Widia ke rumahnya.

Akad terlaksana khusyuk, sekarang Reisha telah memiliki ayah baru. Reisha mengingat, baru kemarin rasanya ia bermain di halaman rumah bersama almarhum ayahnya, dan ibunya mengejar dirinya berlari sembari menyuapi dirinya.

"Reisha harus makan yang banyak biar cepat gede," ucap mamanya.

"Reisha nggak mau gede, Reisha maunya mama sama papa ada buat Reisha" jawabannya penuh tawa.

Ya, seperti itulah kenangan masa lalu Reisha. Walaupun hanya memori sederhana, namun akan teringat di benaknya selalu.

Malam tiba, kini Reisha tengah menyiapkan barang-barang yang akan dibawa ke rumah barunya besok. Saat memilih barang yang ingin dibawahnya, secara tidak sengaja Reisha melihat boneka kelinci kecil yang sedikit kotor. Jangan tanya lagi dari siapa boneka itu, Elvan yang memberikannya sebagai hadiah ulangtahunnya yang ke 6. Saat itu Fahri— ayah kandung Reisha tidak punya uang untuk merayakan hari ulang tahunnya. Reisha kecil menangis saat itu. Namun setelah seorang bocah laki- laki datang dan membawakan sebuah boneka, tidak ada lagi air mata menetes.

"Andai aja Elvan disini, entah kapan lagi aku bisa melihat bocah nakal itu lagi," ucap Reisha lirih.

Reisha bangkit dari duduknya, dan merebahkan dirinya di kasur empuk kesayangannya, sambil memainkan ponsel miliknya. Alangkah terkejutnya ketika orang yang dari tadi ada didalam pikirannya mengirimkan pesan.

Adhitama Elvan Syahreza

(3 panggilan tidak terjawab)
(2 pesan belum terjaeab )


Rei, Lo di rumahkan?.
Gue, otw rumah lo.

Iya, gue masih di rumah.


Reisha menutup aplikasi berkirim pesan itu, kemudian memikirkan apa yang akan terjadi besok. Apakah Reisha akan bahagia di rumah barunya itu atau malah sebaliknya. Reisha tersadar dari lamunannya, ketika seseorang mengetuk kaca jendela kamarnya.

"Sampai juga, lo. Sini, masuk," ucap Reisha sambil membuka jendela.

"Emangnya boleh?" tanya Elvan dengan nada sok polos.

Karena kesal dengan jawaban Elvan, Reisha berniat menutup kembali jendela kamarnya itu.

"Eh eh, jangan marah, iya gue masuk."

"Ngapain kesini? Gue ngantuk besok mau pindahan," tanya Reisha ketus.

"Jadi, lo besok ikut bokap baru lo ke rumahnya?" tanya Elvan. Reisha mengangguk.

"Ekem, ada yang mau gue omongin."

"Apa?"

"Jaga kesehatan di sana, jangan lupa makan. Di sana nggak ada yang mau kasih traktir lo makan," ucap Elvan dengan lirih,  sembari mengedarkan pandangannya ke seisi kamar Reisha. "Dan jangan lupain gue, karena gue nggak bakal bisa lupain lo," terdengar jelas bahwa Elvan tengah menahan tangis di depan Reisha. Reisha yang tidak tahu ingin bicara apa, hanya diam sambil mendengarkan sahabatnya yang berbicara.

"Tujuan gue ke sini, cuma mau bilang itu, dan ini ada hadiah buat lo," ucap Elvan sambil memberikan barang yang terbungkus oleh kantong plastik. "Gue pamit dulu ya, semoga Lo selalu bahagia." Elvan meloncat ke luar jendela.

"El ... Peluk boleh nggak?" minta Reisha dengan suara serak. Elvan berbalik, kemudian memeluk gadis kecil yang cengeng itu.

"Gue ... juga nggak bakal lupain lo, asal lo jangan lupain gue duluan," ucap Reisha lirih dan menarik dirinya dari dekapan Elvan dan kemudian menutup jendela kamarnya. Mereka saling melempar senyum dan melambaikan tangan.

Athterae
#athteraest
#abishathorayalitterae
#atl
#cipkaryaAtl
Athterae

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang