20

2 1 0
                                    

Reisha berlari ke toilet. Mengeluarkan semua kesedihannya. Berharap bahwa hari ini mimpi buruk yang dulu ia sering alami, menolak kenyataan Reisha mencoba menjambak rambutnya sendiri. Rasa sakit sebagai tanda bahwa ini benar adanya. Namun rasa sakit ditinggalkan begitu saja oleh sahabat, merupakan rasa sakit yang paling pedih untuk diterima.

"El, kenapa lo tega!" bentak Reisha melihat pantulan dirinya di cermin.

"Ya lo emang mau pergi tapi katanya akhir pekan," ucap Reisha.

"Gue masih mau nikmatin waktu sama lo, katanya jaketnya suruh balikin," ucap Reisha memeluk lutut.

"Tiba-tiba gue kangen sama lo," ucap Reisha menatap kosong ke arah dinding.

🍁🍁🍁

Elvan berangkat lebih awal. Hari ini, ia sudah tak sabar melihat sahabatnya. Pagi ini kelas masih terlihat sepi hanya beberapa siswa yang sudah berangkat karena piket. Elvan menulis sebuah pesan untuk Reisha yang tadinya akan ia ucapkan langsung, namun tidak sampai. Elvan menutup buku itu kemudian memasukkannya ke dalam laci.
Sorak sorai para siswa membuyarkan lamunan Elvan. Seorang siswa kelasnya menuju ke meja Elvan sembari memperlihatkan beberapa foto yang membuat Elvan geram. Elvan menyobek semua foto itu membuat adu jotos berlangsung.
"MADSUD LO APA HAH!!" betak Elvan membuat riuh ruangan.

"MAKSUD GUE, KALAU ADA YANG ENAK KITA HARUS BERBAGI," ucap Tama meledek.

"BERANI LO NGOMONG KAYAK GITU DI HADAPAN GUE, BUGH!" ucap Elvan memukul dada Tama.

Adu jotos antara Elvan dan Tama berlangsung panas. Tidak ada yang mau kalah di antara keduanya ataupun menyerah, hingga satu korban terkena pukulan. Bukan Elvan maupun Tama, tapi Reisha.

Sedikit lama untuk Elvan menunggu Reisha sadar dari pingsannya. Elvan berjanji, bila nanti Reisha sudah sadar Elvan akan buat hari ini hari yang tidak akan terlupakan bagi Reisha. Yah, beberapa menit Elvan menuggu akhirnya Reisha sadar dari pingsannya.
Setelah sadarnya Reisha, ada sedikit pembicaraan di keduanya hingga mereka memutuskan untuk kembali melanjutkan kelas. Kekacauan di kelas sudah teratasi dan guru sudah mengajar.
Hari ini adalah hari terakhir Reisha akan bersama dirinya.  Bagi Elvan, kehidupan Reisha sudah membaik sekarang. Oleh karena itu, ia sudah siap meninggalkan Reisha.

Waktu tiba, Elvan mengajak Reisha ke sebuah tempat yang dulu menjadi favoritnya dan ingin membagikan kebahagiaan dengan Reisha. Sebuah tempat bernuansa desa dengan padi yang menguning dan air sungai yang jernih. Siapa yang tidak takjub dengan indahnya alam ini.

Tampak raut wajah bahagia Reisha, membuat Elvan tasnya tak tega mengingalkannya. Tapi bagaimanapun, ke luar kota adalah pilihan yang tepat bagi Elvan agar keluarganya tidak menyakiti neneknya. Hanya neneknya itu yang membuatnya merasa akan hidup. Seperti neneknya, Reisha juga salah satu orang yang membuatnya bertahan dalam hidup. Namun tidak mungkin bagi Elvan untuk membawa Reisha ikut serta. Bagaimanapun, Reisha kini sudah memiliki keluarga dan terlihat lebih bahagia.

Malam tiba, Elvan memastikan Reisha untuk memasuki rumahnya dengan jaket yang ia pakai. Berharap Reisha tidak akan melupakannya.

'Good night, Reisha. Gue harap hidup lo selalu bahagia, meski gue udah nggak sama lo lagi," ucap Elvan sebelum pergi meninggalkan kediaman Noval.

Sebenarnya lusa Elvan akan pergi, namun hari ini ia sudah memutuskan untuk tidak berangkat sekolah. Bila Elvan pergi sekolah hari ini, ia akan merasa bimbang akan keputusannya.

Athterae

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang