Sudah beberapa jam mereka menunggu tapi masih belum juga terjadi apa-apa. Berulang kali Jemy mendongak ke angkasa dan yang dia lihat hanya lalu lalang burung camar yang mulai seperti mengejek mereka dengan ocehannya.
"Mungkin tidak ada jalur penerbangan yang melintas di sini, " kata Adam dan Jemy langsung buru-buru menoleh padanya.
"Oh, sial sekali hidupku karena bertemu denganmu. "
"Sebaiknya kita nikmati saja dulu pantainya, lihatlah ini pulau yang indah. "
"Terserah kau saja!" Jemy memilih berdiri karena bosan cuma duduk dan menunggu.
Adam memang benar mengenai pulaunya yang indah dan berpasir putih seperti surga. Pohon-pohon kelapa, burung camar dan laguna dengan airnya yang hijau nan jernih. Jemy sudah berkeliling dan kakinya mulai terasa sakit dan perih. Ternyata berjalan tanpa alas kaki cukup menyakitkan apa lagi begitu hendak menginjak tanah dengan butiran kerikil yang lebih besar dan bercampur pecahan cangkang kerang, Jemy sudah coba berjinjit-jinjit tapi percuma, kakinya semakin terpincang-pincang. Gadis itu mulai memperhatikan benda apa saja yang tersangkut di bibir pantai. Coba menemukan sesuatu yang bisa dia pakai sebagai alas kaki. Sampah plastik adalah material yang paling banyak dibawa arus, botol-botol bekas minuman, kaleng, styrofoam, bahkan galon-galon besar juga ada. Bertapa mengerikannya ulah manusia yang sudah mengotori tiap sudut planet ini. Bahkan tempat yang belum pernah mereka injak pun bisa ikut mereka kotori. Tapi dalam kondisi seperti ini barang-barang sampah tak berguna yang biasanya hanya mereka abaikan itu bisa jadi sangat berharga.
Jemy kembali menghampiri Adam yang sedang menjemur sepatunya di atas karang. Pria itu masih terkejut melihat Jemy kembali dengan sepasang sendal jepit beda jenis dan warna. Bahkan sepertinya sendal yang dia pakai itu kana semua. Sungguh sebenarnya Adam ingin tertawa jika bukan karena wanita itu lebih dulu menegurnya.
"Jangan tertawa!"
Bayangkan saja bagaimana wanita yang biasanya mengenakan sepatu Louboutin tiba-tiba harus memungut sampah untuk dia pakai.
"Sudah kubilang jangan tertawa!" bentak Jemy sekali lagi. Karena Adam masih belum mau berpaling dan bahkan sengaja melipat tangan di dada seolah sangat menikmati pemandangan di depannya.
Bukannya takut pria itu jadinya malah benar-benar tertawa.
"Silahkan kau gila sendiri di sini!"
Jemy hanya berdesis kesal baru kemudian segera berpaling mengabaikannya.
"Kau mau kemana?" heran Adam melihat Jemy berjalan ke dalam pulau.
"Mencari air!" tegas gadis itu lumayan ketus.
"Untuk apa?"
"Itu hal pertama yang diajarkan untuk bertahan hidup. Kita bisa hidup selama dua minggu tanpa makanan tapi kita akan segera mati dalam tiga hari tanpa minum.
"Dari mana gadis sepertimu bisa tahu hal macam itu?" cemooh Adam seolah tidak percaya sama sekali.
"Kau pikir aku hanya menyaksikan America's Next Top Model. Aku juga mengikuti tayangan Bear Grylls!"
"Mungkin aku akan lebih memilih minum air kelapa dari pada air dari tanah yang juga diminum binatang."
"Tunggu saja tiga hari kau akan diare dan lebih cepat mati karena dehidrasi," acuh Jemy tetap pergi mengabaikan pria manja di belakangnya.
Tadi sebenarnya Jemy sudah mencicipi air di laguna, tapi semuanya payau dan tidak bisa diminum. Karen itu dia pikir ia harus masuk lebih dalam lagi jika ingin menemukan sumber air.
Jemy mulai menyibak semak-semak hampir setinggi lutut karena memang sama sekali tidak ada jalan setapak yang menandakan jejak keberadaan manusia. Tepian pulau sebenarnya tidak terlalu lebat karena tanahnya masih berpasir tapi beberapa semak dan pandan berduri tajam harus tetap dia hindari apa lagi dengan pakaiannya yang minim seperti ini. Jemy juga tidak tahu jika duri-duri tersebut bisa saja beracun, dia harus waspada karena mereka sedang tidak memiliki persediaan medis sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURVIVAL LOVE
RomanceBACAAN DEWASA! Seperti apa rasanya terdampar di pulau berdua hanya dengan seorang pria super kaya yang merupakan calon kakak iparnya. Tidak ada air tawar, tidak ada makanan, tidak ada tempat berteduh, pakaian pun sampai harus bergantian. Tapi tetap...