Adam benar-benar masih duduk bersandar di batang kayu tiang gubuk mereka ketika Jemy terbangun lebih dulu di pagi hari. Bohong sekali jika Jemy tidak mulai terharu dengan semua yang sudah dilakukan pria itu untuknya. Adam benar-benar merawatnya dengan baik meski masih sulit dibayangkan seorang Adam Harris bisa menjadi pria yang bisa memanjat kelapa dan menangkap ikan dengan tombak. Jemy bergerak pelan-pelan dari pangkuannya agar Adam tidak terbangun.
Jemy merasa tenggorokannya sudah tidak terlalu sakit lagi meski kakinya masih terpincang-pincang saat harus berjalan. Dia berniat untuk membersihkan semua benda yang mereka bawa kemarin dan menjemur yang masih basah setelah menyisihkan beberapa botol obat luka.
Jemy baru sadar jika sekarang mereka memiliki gunting, benda yang dulu kelihatanya sangat sepele tapi sekarang bisa jadi barang yang sangat luar biasa berharga. Gadis itu coba memotong sedikit ujung rambutnya yang semakin susah untuk disisir dengan jari karena terlalu panjang. Tidak lupa Jemy kembali menambahkan goresan di batang kayunya dan tidak terasa sudah hampir tiga minggu mereka di sini. Jemy mendongak menyaksikan burung camar yang sedang berkelahi di udara untuk berebut makanan. Burung yang lebih kecil kalah dan terpaksa menyerahkan hasil tangkapannya. Sepertinya di manapun kompetisi untuk bertahan hidup tetap ada. Bahkan tidak sedikit manusia yang hidup di perkotaan besar juga saling berbuat curang demi untuk merampas milik yang lain. Kehidupan memang penuh drama dan kompetisi tak peduli siapa dan di manapun mereka berada. Tiap kali diam sendiri seperti ini Jemy pasti akan segera teringat lagi dengan pekerjaannya dan seolah langsung ada yang berdenyut di otaknya. Karena semakin dipikirkan rasanya juga hanya jadi semakin berat, karena dia tetap tidak bisa melakukan apa-apa meskipun jadwal di kepalanya berbaris-baris. Tapi tiap kali juga Jemy akan segera ingat semengenaskan apa dirinya sekarang.
Jemy langsung melihat sepasang sendal di kakinya yang beda warna dan kana semua. Kukunya yang patah-patah dan pucat. Apa lagi jika dirinya harus bercermin. Tapi untungnya mereka tidak memiliki cermin jadi ia tidak perlu melihat wajah jeleknya dengan kulit terbakar.
Ketika bangun Adam sempat panik karena tidak mendapati Jemy tapi ia segera lega begitu melihat gadis itu sedang duduk di batang kayu sambil memakai kemejanya dan sudah membuka buah kelapa yang langsung ia tawarkan padanya.
Adam ikut duduk di sebelahnya untuk minum sebagian.
"Apa sudah jauh lebih baik?" tanya pria itu dan Jemy mengangguk sambil tersenyum.
"Kau memotong rambutmu," Adam baru sadar ketika menyentuh ujung rambut Jemy yang sudah di kepang dua dan di ikat dengan tali perban luka yang dia buat simpul kupu-kupu. Terlihat polos dan agak lucu tapi sepertinya Adam suka.
"Aku akan mencari ikan."
Adam sudah bangkit berdiri mengambil tombak dan jaring ikannya yang tersampir di dahan anak pohon kelapa. Selama Adam mencari ikan untuk sarapan mereka Jemy melanjutkan pekerjaannya. Menjemur semua yang basah dan membersihkannya. Semua benda yang mereka bawa kemarin adalah barang-barang yang sangat berharga. Sekarang mereka punya sendok, piring, pisau kecil, Gelas dan teko stanless yang bisa dia gunakan untuk merebus air dengan lebih layak.Jemy pikir sepatunya mungkin sudah di telan hiu dan dia harap hiunya bakal tersendak. Adam juga membawa jaring-jaring besar yang dia potong dari bagian belakang kapal. Jaring-jaring yang biasnya dipakai untuk bersantai sambil berjemur ketika berlayar.
Pagi itu Adam mendapatkan tangkapan ikan yang lumayan dan mereka bisa makan sangat kenyang dengan umbi talas dan ikan segar yang terasa manis di atas piring mengunakan sendok dan garpu. Dulu siapa yang menyangka jika mereka akhirnya bisa juga menikmati makanan yang benar-benar mereka usahakan sendiri seperti ini. Mereka berhasil bertahan hidup dan tidak khawatir bakal kelaparan lagi walau belum tahu kapan bisa pulang.
Menjelang siang Adam mulai membenahi kembali gubuk mereka. Dia menggunakan kain layar untuk melapisi atap agar tidak bocor lagi saat hujan. Adam juga menambah dinding di sekelilingnya agar mereka tidak terlalu kedinginan saat malam. Menambah alas dengan papan agar tidak langsung menempel di tanah dan melapisinya dengan kain layar. Setelah hampir empat Hari memodifikasi gubuknya akhirnya tempat itu jauh lebih layak untuk di tempati dan melindungi mereka dari cuaca. Sekarang sekeliling gubuk mereka sudah memiliki dinding dengan bagian depan yang bisa di buka tutup keatas sehingga bisa menjadi atap yang lebih luas di siang hari.

KAMU SEDANG MEMBACA
SURVIVAL LOVE
RomantizmBACAAN DEWASA! Seperti apa rasanya terdampar di pulau berdua hanya dengan seorang pria super kaya yang merupakan calon kakak iparnya. Tidak ada air tawar, tidak ada makanan, tidak ada tempat berteduh, pakaian pun sampai harus bergantian. Tapi tetap...