Keesokan harinya, aku mengantar Mas Yoshua berangkat kerja sampai teras depan. Aku melambai padanya seiring dengan mobilnya yang bergerak pergi meninggalkan halaman rumah. Beberapa saat kemudian, aku melihat Kenzo baru keluar sembari mengenakan sepatunya. Di mulutnya tergigit sebuah roti panggang. Aku sedikit terkejut melihatnya, pasalnya aku yang membuat roti panggang itu dan bermaksud akan memakannya setelah ini. Tak kusangka ternyata diambil alih oleh Kenzo.
"Ken, kamu gak sarapan dulu?" tanyaku.
Kenzo menggeleng. Usai mengikat tali sepatunya, ia mengambil alih roti yang semula digigitnya.
"Gak keburu, jadi aku makan roti ini aja." katanya kemudian.
"O-oh, ya udah. Hati-hati di jalan, ya. Jangan ngebut-ngebut bawa motornya." aku berpesan, hal yang menurutku sangatlah wajar diucapkan oleh kakak kepada adiknya.
Tapi tanpa disangka, Kenzo justru menatapku lekat, seolah ucapanku aneh atau semacamnya.
"K-kenapa, Ken?" tanyaku bingung sekaligus sedikit canggung.
"Gak papa. Makasih roti panggangnya." usai mengatakan itu, Kenzo berlalu dari hadapanku dan berjalan menuju garasi untuk mengambil motor miliknya. Bisa kulihat ia berjalan sembari mengunyah roti panggang di tangannya. Sekilas, aku seperti melihat ia tersenyum saat itu. Aku tertegun dibuatnya. Ya, jadi dia tahu kalau roti panggang itu aku yang membuat. Ya sudahlah, tidak apa-apa. Toh aku bisa buat lagi nanti. Lagipula aku masih kenyang sehabis sarapan bersama Mas Yoshua tadi.
Tapi tetap saja, entah kenapa aku merasa sedikit aneh, seolah-olah Kenzo hanya mau memakan apa yang kubuat. Seperti yang terjadi semalam, ia lebih memilih makan dengan telur ceplok buatanku alih-alih ayam kecap masakan Mbok Inah yang sebenarnya masih sangat enak.
Tak ingin berlarut-larut memikirkannya, aku hanya mengangkat kedua bahu ringan, kemudian beranjak masuk ke dalam rumah.
Seperti biasa, kegiatanku hanya duduk-duduk santai atau rebahan saja di rumah. Tapi sebenarnya aku tidak sepenuhnya menganggur. Ya, aku adalah seorang penulis yang suka menulis novel di beberapa aplikasi Wattpad. Hanya sebuah hobi yang telah kulakukan sejak masih di SMA, tapi beberapa kali aku mendapatkan hasil yang lumayan dari tulisanku.
Baru saja aku bermaksud ingin melanjutkan menulis di salah satu platform, sebuah notifikasi pesan muncul di bar bagian atas ponselku.
Pesan obrolan di group chat teman-teman kampusku dulu.
Alumni '22
<Reunian kuy. Dah lama gak ketemuan nih - Shania
<Leh ugha, kuylah dijadwal kapan - Alexa
<Lo kangen sama gw apa gimana nih, Shan? Tetiba ngajak reunian - Eric
<Gak jadi lah, tetiba males gw - Shania
<Yaelah segitunya amat lo sama gw, Shan :( - Eric
<Hayuklah cuss, boring juga nih gw di rumah mulu, kaga ada juga yang dateng ngelamar - Aneska
<Kode gak nih? @Lucas - Eric
<Lo ngapain pake ngetag-ngetag orang, Bego? - Aneska
<Ups, santuy dong, Nyonya, becanda aja loh ini :v - - Eric
<Sorry, gw skip. Lagi sibuk - Lucas
<Dih, sibuk apa sok sibuk lo? -
Shania
<Sibuk apa takut ketemu mantan terindah? Ups - Alexa
<Tag orangnya gak nih? - Shania
<Tag ajalah, lama! @Ocha - Eric

KAMU SEDANG MEMBACA
TERJERAT PESONA ADIK IPAR
Romance"Kak, boleh minta tolong?" Sepasang hazel pekat itu menatap lekat padaku, "Ada yang butuh ditenangin di bawah sana. Kakak bisa kan bantu tenangin?" Dan sialnya, hanya dengan senyuman tipis yang nyaris jarang ditunjukkannya pada siapapun, nyatanya be...