BAB 3

22.7K 193 7
                                    

Malam harinya, aku menunggu kepulangan Mas Yoshua di kamar. Ya, beberapa menit yang lalu dia mengirim pesan, mengatakan bahwa malam ini ia tak jadi lembur. Ah, aku jadi tidak sabar menanti kepulangannya.

Aku tersenyum sendiri mengingat pesan nakal Mas Yoshua yang mengatakan tak sabar ingin segera pulang dan melanjutkan ritual kami yang tertunda pagi tadi. Ck, sudah jadi suami tapi tetap saja mesum. Ya, selama masih pacaran, kami berdua memang agak nakal sih, biasalah anak muda kalau pacaran pasti tidak lepas dari hal yang berbau mesum.

Tapi aku dan Mas Yoshua hanya sebatas ciuman saja kok. Tidak pernah lebih dari itu. Paling jauh paling cuma raba-raba saja. Aduh, kalau ingat lagi jaman kami masih pacaran waktu itu, aku jadi malu sendiri. Pertama kali diajak ke rumah ini untuk dikenalkan dengan keluarganya adalah pengalaman paling menegangkan dalam sejarah hidupku. Tentu saja, aku hanyalah seorang anak dari keluarga biasa. Pasti merasa minder dan semacamnya saat dikenalkan dengan keluarga besarnya yang dari kalangan bangsawan.

Untungnya, orang tua Mas Yoshua tidaklah sekolot seperti sinetron di televisi, di mana hanya mau menerima seseorang yang sederajat dengan mereka untuk menjadi pasangan anak-anak mereka. Sebaliknya, mereka sangatlah ramah dan hangat. Tidak heran kalau sifat itu diturunkan pada Mas Yoshua. Aku sungguh beruntung mendapatkannya.

Tapi lain halnya dengan respon Kenzo waktu itu. Aku ingat saat itu dia masih kelas 1 SMA. Sifatnya sama sekali bertolak belakang dengan Mas Yoshua. Cenderung pendiam, bahkan nyaris tak pernah tersenyum. Tapi mungkin benar apa kata Mas Yoshua, itu karena aku belum kenal lebih jauh saja dengannya. Buktinya hari ini aku baru tahu kalau ternyata Kenzo tidaklah seburuk itu.

Ah, benar juga. Aku harus menceritakan pada Mas Yoshua tentang apa yang baru saja terjadi hari ini. Pasti dia senang karena aku berhasil memulai metode pendekatanku dengan lancar.

Tok. Tok. Tok.

Aku terkejut mendengar suara pintu yang tiba-tiba diketuk dari luar. Apa itu Mas Yoshua? Tapi ini bahkan belum pukul 9 malam. Lagipula kalaupun itu Mas Yoshua, dia tak mungkin mengetuk pintu lebih dulu.

"Siapa?" tanyaku.

"Kenzo, Kak."

Oh, Kenzo rupanya. Untuk apa dia malam-malam begini datang ke kamarku? Karena penasaran, aku pun beranjak dan membuka pintu. Kenzo terlihat berdiri di depan pintu dengan ekspresi datar miliknya. Tapi seperti biasa, dia tetap terlihat tampan dan fresh.

"Kenapa, Ken? Kamu ada perlu?" Tanyaku.

"Chargerku rusak. Boleh pinjam punya Kakak gak?" balasnya.

"Oh, iya, boleh. Bentar, ya, aku ambilin."

Aku masuk lagi sebentar untuk mengambilkan charger milikku dan kembali lagi di hadapannya.

"Ini."

Kenzo menerima charger dari tanganku, tapi ia tidak lantas pergi. Melainkan justru memperhatikanku. Dan jika aku tidak salah, dia memperhatikanku dari ujung kaki hingga ujung kepalaku. Melihat itu, aku segera sadar bahwa saat ini aku hanya mengenakan lingerie tipis. Ya, awalnya aku sengaja mengenakannya untuk menyenangkan suamiku, tapi tidak kusangka ternyata Kenzo ikut melihatnya.

Dengan sedikit canggung, aku refleks setengah menutupi dadaku menggunakan kedua tanganku. Wajahku terasa panas karena menahan malu.

Tapi ternyata Kenzo tak memberikan respon apapun selain tatapan datar miliknya. Aku jadi penasaran apa yang ada dalam pikirannya saat ini. Apakah dia mencaciku dalam hati karena seolah sengaja memamerkan tubuhku padanya seperti ini? Ya Tuhan, rasanya aku ingin menghilang saja dari hadapannya.

"Makasih.." ucapannya pun seketika menyadarkanku.

"O-oh, iya, sama-sama.." bodohnya aku justru terlihat gugup di hadapannya.

TERJERAT PESONA ADIK IPARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang