BAB 9

14.7K 192 5
                                    

'Sayang, maaf ya malam ini aku harus lembur lagi. Mungkin besok pagi baru bisa pulang.'

Aku mendesah pelan usai menerima pesan teks dari Mas Yoshua. Ya, tidak apa-apa. Lagipula aku sudah biasa juga tidur sendiri. Setelah memberikan pesan balasan singkat pada suamiku, aku pun meletakkan ponsel di nakas tempat tidur.

Tenggorokanku terasa kering, jadi aku bermaksud ingin ke bawah untuk mengambil air minum. Ah, hampir saja aku ceroboh lagi. Saat ini aku tengah mengenakan lingerie tipis, jadi aku pun bermaksud membalut tubuhku menggunakan jaket milikku. Tak ingin kejadian waktu itu terulang lagi, saat Kenzo tanpa sengaja melihatku mengenakan pakaian tipis ini.

Ah, sudahlah. Lebih baik aku tak mengingat kejadian memalukan itu lagi.

Aku sedikit merapatkan tubuhku saat membuka pintu kamarku. Kulihat pintu kamar Kenzo juga tertutup, meski lampunya masih dalam keadaan menyala. Ya, ini baru pukul 8 malam, pasti dia masih belajar.

Ngomong-ngomong soal belajar, tadi sepulang sekolah aku tidak jadi memberikan les privat pada Kenzo, sebab dia pulang sedikit lebih sore dari biasanya karena mengikuti pelajaran tambahan di sekolah. Aku merasa kasihan melihatnya kelelahan. Meski dia sempat mengatakan dia baik-baik saja, aku menyuruhnya untuk beristirahat saja alih-alih memberikan les privat padanya. Untungnya, dia menuruti ucapanku.

Malam ini cuacanya cukup dingin, sebab memang sudah memasuki musim penghujan. Kurasa malam ini hujan akan turun. Yah, padahal akan lebih baik kalau ada Mas Yoshua. Sayangnya, dia malah kerja lembur.

Sesampainya di dapur, aku menyalakan lampu. Sebenarnya aku sedikit takut pergi ke dapur malam-malam sendirian begini. Tentu saja, rumah sebesar ini hanya dihuni oleh beberapa orang. Dan sekarang, hanya aku dan Kenzo di rumah. Sekalipuh aku bukan penakut, tetap saja bayangan-bayangan aneh terkadang suka mampir menghantuiku. Namun, aku mencoba menepiskan pikiran-pikiran negatif demi mengambil air minum untuk membasahi kerongkonganku.

Tadinya aku sempat membayangkan, Kenzo yang tiba-tiba datang mengagetkanku seperti yang terjadi tempo hari. Tapi sepertinya dia terlalu asyik belajar, kecil kemungkinannya dia akan turun ke dapur juga. Ya, kecuali dia juga merasa haus sama sepertiku.

"Kak.."

Byuurr!

"Uhuk-uhuk!" Aku spontan tersedak dan menyemburkan kembali air minum dari mulutku mendengarnya.

Sumpah demi apapun aku sangat terkejut, tak menyangka jika Kenzo benar-benar datang mengagetkanku.

"Maaf, Kak. Aku udah bikin Kakak kaget. Kakak gapapa, kan?" aku melihat Kenzo kini memasang wajah cemas sekaligus merasa bersalah. Aku jadi tak tega memarahinya.

"Nggak papa kok, uhuk! Cuma kaget dikit aja." aku mengumpat dalam hati karena jaket yang kukenakan jadi basah ketumpahan air minum.

Tanpa sadar, aku spontan membuka zipper jaket milikku bermaksud mencegah agar airnya tak merembes sampai ke dalam. Namun, detik itu juga aku langsung tersadar dengan apa yang kulakukan. Terlebih saat menyadari tatapan Kenzo yang tampak aneh saat itu.

Dengan cepat, aku pun menutup kembali zipper jaket milikku, lalu dengan sedikit gugup kuletakkan kembali air minum ke dalam kulkas. Well, Ocha si Perempuan Ceroboh telah kembali.

"K-kamu juga haus?" tanyaku basa-basi.

Kenzo tak terdengar merespon. Pun demikian halnya denganku, tak berani menatap ke arahnya sama sekali.

Aku pun berdehem kecil guna mengusir rasa gugupku, "Y-ya udah, aku tinggal ke atas, ya."

"Kak."

TERJERAT PESONA ADIK IPARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang