BAB 10

15.8K 155 8
                                    

Aku membuka kedua mataku secara perlahan. Mematikan alarm dari ponsel milikku yang sengaja kunyalakan setiap pagi. Masih dengan memicingkan kedua mata, kudapati Mas Yoshua yang kini tertidur pulas di sampingku.

Ah, aku jadi merasa bersalah karena sudah mengabaikannya semalam. Tapi mau bagaimana lagi? Aku sangat mengantuk hingga tak mampu menahannya lagi. Jam kini menunjukkan pukul enam pagi. Aku sedikit beringsut mendekati Mas Yoshua dan memperhatikan wajahnya sejenak. Bahkan saat sedang tidur begini pun dia masih terlihat sangat tampan. Secara perlahan, aku mendekatkan wajahku padanya, kemudian memberikan kecupan singkat di bibirnya. Ya, anggap saja permintaan maaf karena aku sudah menolaknya semalam.

Ah, tapi tunggu dulu. Kalau aku tidak salah mengingat, sepertinya ada yang aneh semalam. Terlepas dari bagaimana dia menciumku yang sedikit lebih agresif dari biasanya, aku juga ingat dengan wangi tubuhnya yang berbeda. Refleks, aku mendekatkan wajahku pada tubuh Mas Yoshua. Aneh, seingatku semalam wangi tubuhnya berbeda. Tapi sekarang ini adalah wangi khas Mas Yoshua yang biasanya.

Ck, sepertinya semalam aku hanya terlalu mengantuk sehingga salah mencium aroma tubuh suamiku sendiri.

Secara perlahan, aku pun turun dari tempat tidur, kemudian keluar dari kamar. Ya, alih-alih pergi ke kamar mandi, aku merasa tenggorokanku kering hingga memilih pergi ke dapur untuk mengambil air minum.

Di saat aku hendak menuruni anak tangga, aku berpapasan dengan Kenzo yang baru saja naik. Tubuhnya tampak berkeringat dengan sleeveless hitam dan boxer motif garis dengan warna senada miliknya. Tanpa sadar, aku meneguk salivaku sendiri melihatnya. Bukannya apa, Kenzo sungguh terlihat-ekhem, seksi mengenakan pakaian itu, sedikit menampakkan kulit tubuh atletis miliknya yang bersih. Terlebih dengan wajah penuh keringat begitu.

"K-Kenzo, abis olahraga?" ucapku berbasa-basi. Berusaha sebisa mungkin untuk bersikap normal.

Kenzo mengangguk, "Tadi jogging bentar di luar."

"O-oh.. Syukur deh, aku seneng kamu udah pulih lagi kayak biasanya."

Kenzo hanya tersenyum sebagai respon, membuatku lagi-lagi membeku karenanya. Sungguh, aku senang dia lebih sering tersenyum belakangan ini, kendati itu tetap tak begitu baik untuk jantungku.

Untuk sesaat, kami berdua hanya diam di tempat, tanpa suara, namun tatapan kami masih bertemu. Entah kenapa, aku seperti merasakan sesuatu yang aneh saat itu. Tatapan Kenzo, rambut depannya yang basah oleh keringat, juga desah nafasnya yang sedikit memburu akibat usai berolahrga. Tanpa sadar, aku salah fokus menatap bibir tipis berwarna kemerahan miliknya yang kini sedikit terbuka. Meski jarak antara kami saat ini tidak terlalu dekat, aku masih bisa mendengar desahan nafasnya.

Dadaku mendadak bergemuruh tak normal. Entah kenapa ingatanku mendadak kembali lagi pada kejadian semalam. Ya, kini aku ingat. Wangi tubuh Mas Yoshua yang semalam, itu sangat mirip dengan parfum yang biasanya dikenakan oleh Kenzo. Lalu, apakah mungkin--

"Kak? Kakak gapapa?" teguran Kenzo seketika menyadarkanku.

"Eh, y-ya? Ng-nggak papa, kok. Maaf, tadi ngelamun dikit." responku.

"Lagi ada masalah, ya?"

"Enggak. Nggak ada apa-apa. Y-ya udah, aku tinggal dulu kalo gitu. Mbok Inah udah dateng, kan?"

Kenzo hanya mengangguk kecil sebagai respon.

"Ya udah, kamu mandi aja dulu. Aku mau bantu-bantu Mbok Inah di dapur."

"Kakak masak hari ini?"

"Enggak, Mbok Inah yang masak kayak biasanya. Kenapa emangnya?"

TERJERAT PESONA ADIK IPARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang