BAB 12

17.7K 266 76
                                    

Mas Yoshua benar-benar berangkat ke kantor seusai jam makan siang. Dalam hati aku sedikit menggerutu, yang lebih kutujukan pada Alvin, sekretaris suamiku. Tapi kemudian aku hanya bisa mendesah pasrah menerimanya. Toh, hari ini aku akan kedatangan Shania dan Aneska.

Sekitar sejam yang lalu aku mendapatkan pesan dari Shania, katanya mereka akan datang sore ini. Alasannya cukup sederhana sebenarnya, mereka malas berpanas-panasan ria di jalan, kendati keduanya menggunakan mobil. Itulah sebabnya mereka memutuskan untuk mampir sore hari saja.

Yah, tidak masalah, sih. Pada akhirnya, aku pun menggunakan waktu luangku dengan melanjutkan novel onlineku saja.

Waktu berlalu tanpa terasa. Tahu-tahu aku mendengar suara bel pintu depan yang dibunyikan. Sedikit tergesa, aku beringsut turun dari atas sofa untuk membuka pintu. Mbok Inah sedang berada di belakang, tapi aku sudah memintanya. menyiapkan beberapa cemilan untuk disuguhkan pada kedua temanku.

"Ochaaaaa!! Huweee gue kangen banget sama looo!" Aneska terlihat rusuh menghambur memelukku begitu kubuka pintu untuk mereka.

"Gue juga kok, Nes. Lo masih aja gak berubah btw." aku balas memeluknya.

"Maksud lo, gue tetep cantik, kan?"

"Tetep alay kayak biasanya."

Shania terbahak mendengar ucapanku. Sementara Aneska langsung memasang wajah cemberut. Aku tidak serius sebenarnya. Sebab, Aneska yang dulunya kerempeng, kini terlihat lebih berisi dan padat. Tubuhnya yang tidak terlalu tinggi membuatnya terlihat menggemaskan. Ditambah dengan pipinya yang sedikit tembam dengan rambut pendek, membuat dirinya semakin imut saat cemberut begitu. Ah, kurasa Eric akan sangat terkejut jika melihat penampilan Aneska yang sekarang.

"Jahat banget sih lo, Nyai. Padahal gue udah bela-belain dateng kesini loh, demi ketemu lo doang." Rutuk Aneska.

"Bercandaa, yaampun. Masih aja ya lo sensian."

"Lo makin cakep aja, Cha, semenjak jadi istri orang." kali ini Shania yang berkomentar.

Gadis bersurai panjang sebahu itu juga tampak lebih mempesona dari terakhir kali aku melihatnya. Tubuhnya yang tinggi semampai dan ramping terkadang membuatku iri. Ya, wajar, sih.

Shania merupakan seorang model.

Tentu saja ia harus menjaga kecantikan fisiknya. Meski begitu, aku juga tidak kalah semampai, kok. Hanya saja mungkin tubuhku sedikit lebih berisi darinya.

"Ya, dong. Emangnya lo doang yang perawatan. Kalo Ocha nggak perawatan, bisa kabur cuy suaminya." Aneska yang menimpali perkataan Shania. Ia nyelonong masuk begitu saja bahkan sebelum aku mempersilakan.

"Heh, tau diri dong woy. Rumah orang ini." tegur Shania.

Aku hanya tergelak melihatnya, "Gapapa, Shan. Yuk, masuk."

Aku mengajak mereka berdua duduk di atas sofa.

"Gimana rasanya jadi istri seorang sultan, Cha?" Aneska bertanya, kini ia menyandarkan tubuhnya santai di sofa, layaknya berada di rumah sendiri.

"Ada-ada aja lo. Jelas gue seneng, lah."

"Sialan, lo. Merendah dikit, kek. Malah bangga."

Aku kembali tergelak melihat wajah kesalnya.

"Suami lo kerja, Cha?" tanya Shania.

Aku mengangguk, "Tadinya dia mau libur sih sehari, eh, gak taunya ada berkas yang kelewat belum ditandatangani. Ya udah, terpaksa ngantor deh. Kalo gak lagi lembur biasanya jam 5 atau jam 6 sih pulangnya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TERJERAT PESONA ADIK IPARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang