Salam Perkenalan

4.1K 89 5
                                    

Lagi-lagi harus bangun pagi. Aku membuka jendela kamarku. Menghirup udara segar di hari Minggu yang tenang.

Padahal ini hari Minggu. Aku libur bekerja. Tapi Mingguku tentu tidak sama dengan Minggu yang dirasakan orang-orang di luar sana. Aku harus membantu Ibu beres-beres untuk bersiap membuka kedai mie, usaha milik keluarga kecil kami yang sudah berjalan selama 2 tahun.

Setelah Ayah meninggal, Ia meninggalkan Aku, Ibu dan Adik laki-lakiku. Kami bekerja keras untuk membiayai kehidupan kami. Selain dari gaji pensiunan Ayah, Ibu membuka kedai mie. Lalu Aku bekerja di salah satu perusahaan Advertising yang terkenal di Bandung. Adikku baru lulus SMA. Sekarang sedang sibuk mendaftar kuliah.

"Aku mau daftar di Surabaya ka."

Refleks tanganku mengetuk kepala adik lelakiku satu-satunya. Tentu saja dia sangat kesal, terlihat jelas dari raut wajahnya.

"Berisik deh! Kaka kan udah bilang, kamu kuliah di Bandung aja. Ngapain sih jauh-jauh!"

Ibu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kami beradu mulut. Sudah biasa. Ibu pasti tidak heran. Usia kami terpaut 8 tahun. Cukup jauh. Adikku yang baru berusia 18 tahun. Dan Aku yang kini berusia 26 tahun. Itulah salah satu hal yang membuat kami sering berbeda pendapat.

Ibu menyuruhku mengambilkan gunting yang biasanya selalu disimpan di laci meja dapur.

"Ngga ada bu." Jawabku.

"Kemarin Saga pake. Ada di kamar."

"Ambil sana." Ujarku.

"Kaka aja dong. Aku kan lagi sibuk."

Saga hanya duduk bersantai di salah satu meja pelanggan. Ia mengelap sendok dan garpu sambil sesekali merebahkan kepalanya di atas meja.

Aku berjalan lalu mengetuk kepalanya dengan salah satu sendok yang baru saja selesai Ia bersihkan.

"Kak Mareta!!!"

Wajah Saga terlihat kesal. Aku tertawa sambil berlalu berjalan cepat menuju kamar Saga di lantai dua.

Saat masuk ke kamar Saga, Aku melihat kamarnya sangat berantakan. Sampah makanan ringan dan botol kosong berserakan di mana-mana. Aku menghela nafas. Berdecak kesal melihat bad cover yang juga tidak dilipat dan berantakan sampai lantai.

Ini anak jorok banget sih. Dia tidur di kamar apa di tempat sampah! Umpatku dalam hati menahan kesal.

Akhirnya kutemukan gunting yang tergeletak di atas meja belajarnya.

Krriieettt...

Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka. Mulutku menganga mataku membulat sangat terkejut. Karena baru saja Aku melihat seorang lelaki bertubuh tinggi keluar dari kamar mandi dengan kaos hitam dan celana boxer di atas lutut. Ia keluar dari kamar mandi dengan menggosok-gosokan handuk ke rambutnya yang basah.

"Aaaaaaaaaaa!!!!" Aku berteriak sangat keras. Tentu saja membuat lelaki yang sedaritadi mukanya masih tertutup handuk terkejut.

Ia pun ikut berteriak.

"Aaaaaa!!!!!" Kami berteriak bersamaan.

Bbraakkkk...

Pintu kamar Saga terbuka seperti ada yang mendorongnya dengan sangat kuat.

"Aduh kaka sorry sorry, Saga lupaaa."

Saga masuk ke dalam kamar dan menarikku dengan cepat keluar kamar.

"Siapa ituuu? Tiba-tiba ada di kamar mandimu!" Aku mencubit keras lengan Saga karena masih sangat terkejut melihat lelaki asing di kamar Adikku.

Lelaki itu mengikuti kami keluar kamar. Lalu menundukkan kepala memberi salam pada Ibu yang ikut datang juga menghampiri kami.

"Pagi tante. Maaf sudah membuat keributan pagi-pagi sekali." Ucap lelaki itu sangat sopan.

"Dia teman Saga bu. Dia baru pindah ke komplek ini beberapa hari yang lalu. Orangtuanya sedang keluar kota, jadi rumahnya kosong. Dan dia kehilangan kunci rumahnya bu. Jadi Aku ajak dia menginap di rumah." Tutur Saga panjang lebar.

"Oh begitu. Kalau begitu ayo kita turun, sarapan bersama. Ibu sudah menyiapkan sarapan untuk kita. Sepertinya cukup untuk?"

Ibu menghentikan ucapannya lalu menunjuk ke arah teman adik laki-laki ku itu.

"Adam bu." Jawabnya dengan senyuman dan suaranya yang berat.

"Ya Adam. Semoga menu sarapannya cocok untukmu ya." Ibu kembali tersenyum padanya.

Mataku tak berhenti menatapnya. Tubuhnya yang tinggi dan aroma sabun dan sampo dari tubuhnya menarik perhatianku. Tanpa sadar mulutku terbuka saat sedang memerhatikannya.

"Ngapain kamu ka? Lagi mikir jorok ya?" Saga menutup mulutku yang terbuka dengan menaikkan daguku agar membuat mulutku tertutup rapat.

"Dasar adik sinting!" Balasku mendorong tubuh tinggi Saga dengan bahuku. Lalu berlalu meninggalkan Saga di belakang.

Brrrukkk...

Tiba-tiba saja Aku menabrak tubuh seseorang yang berdiri di depanku.

Adam yang terkejut karena tertabrak langsung menoleh ke arah belakang. Aku yang belum sempat mengendalikan keseimbangan tubuhku hampir saja terjatuh ke belakang. Tapi saat itu juga Aku terselamatkan karena Adam segera menarik pinggangku yang hampir terjatuh.

Posisi yang sangat tidak nyaman. Jarak kami sangat dekat. Tubuh kami bersentuhan. Membuat jantungku berdetak dua kali lebih cepat.

Aku buru-buru berdiri membenarkan bajuku dan rambut panjangku yang agak berantakan.

"Thanks."

Adam membalas dengan senyuman.

"Sama-sama Ka Mareta."

Gila segila-gilanya. Berondong ini manis banget!!

Bukan Berondong BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang