"Si Adam kenapa sih? Suka dia sama kak Reta?"
Uhuk! Uhuk uhuk uhuk!
Pertanyaan Saga sontak membuatku terkejut. Dan susu coklat yang sedang kuteguk pun berantakan di baju setelah tak sengaja ku semburkan.
"Apaan sih. Jangan ngarang deh Ga." Aku sibuk membersihkan cipratan susu coklat di baju tanpa memandang ke arah Saga.
"Iya juga sih. Mana mungkin dia suka kak Reta." Jawab Saga sambil menuangkan jus mangga ke gelasnya.
Ish anak ini. Batinku.
"Memangnya kenapa? Kenapa ngga mungkin?" Tanyaku sedikit ketus.
"Yah pake nanya. Kak Mareta kan udah tua. Hahahahaha."
Takk!
Ku pukul kepala Saga dengan sendok yang diletakan di meja.
"Aaawww! Sakit tau!"
"Wleee!" Ejekku pada Saga karena merasa puas sudah memberi pelajaran padanya.
"Sudah sudah. Bertengkar terus." Ibu yang tiba-tiba datang dari arah dapur berhasil membuat Saga berhenti melawan dan langsung duduk di kursi meja makan.
"Hari ini ibu jadi kontrol?" Tanyaku kemudian.
"Jadi. Jam 8 ya. Siapa yang mau antar ibu?" Tanya Ibu menatapku dan Saga bergantian memberi isyarat.
Hari ini jadwal kontrol ibu ke dokter spesialis penyakit dalam. Beberapa hari yang lalu Ibu sering mengeluhkan sakit di kepalanya. Ternyata kolesterolnya sangat tinggi. Ibu juga terkena hipertensi. Jadi dokter menjadwalkan kontrol untuk ibu hari ini.
"Mareta aja ya bu. Mareta bisa izin atasan untuk cuti hari ini."
"Benar bisa?"
"Bisa kok bu. Tenang aja."
"Ya sudah. Ibu siap-siap dulu." Jawab ibu sambil berjalan keluar dari ruang makan.
"Bu, maaf ya Saga ngga bisa ikut. Saga mau ngerjain tugas kampus nanti."
"Iya ngga apa-apa. Sudah ada Kak Mareta kan yang jaga ibu."
Sambil menunggu ibu bersiap-siap, Aku memesan taksi online untuk mengantar kami ke rumah sakit. Tak selang beberapa lama, taksi online sudah datang dan menunggu kami di depan pagar.
"Ayo bu. Taksinya sudah datang."
***
"Tuh kan. Kata dokter ibu harus banyak istirahat. Sudahlah bu, biar mba Ayu dan mas Hilman yang menjaga kedai. Toh mereka juga sangat bisa diandalkan. Ibu cukup mengeceknya sesekali saja. Kalau ibu kelelahan lalu tiba-tiba pingsan gimana?" Nasehatku panjang lebar sambil duduk menunggu antrian di kasir obat.
Ibu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menggoyang-goyangkan kedua pipiku. "Cerewet."
Senyum yang Ibu berikan memberi sedikit ketenangan padaku yang sedari tadi memang terus mengkhawatirkan kesehatan ibu.
"Hei Ta."
Seorang lelaki datang dan duduk disampingku. Tapi tetap menjaga jaraknya.
Setelah mendengar seseorang seperti memanggilku tentu saja pandanganku langsung mengarah ke sumber suara. "Eh, Mas Dika? Sedang apa di sini?"
Mas Dika memberi salam pada Ibu.
"Habis jenguk teman. Kamu Ta?"
"Ini anter Ibu mas. Tapi ini sudah mau pulang kok." Jawabku dengan senyuman. Bukan karena senang. Hanya berusaha sopan.
"Mas antar ya."
"Ngga perlu mas. Kita bisa naik taksi online kok." Ku tolak tawarannya dengan tetap sopan. Walaupun aku yakin cara ini tidak berhasil. Lebih terdengar seperti hanya sekedar basa basi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Berondong Biasa
RomanceLelaki tinggi dan tampan itu adalah teman adik laki-laki ku! Krriieettt... Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka. Mulutku menganga mataku membulat sangat terkejut. Karena baru saja Aku melihat seorang lelaki bertubuh tinggi keluar dari kamar man...