Drrtt... Drrrttt...
Ponselku bergetar di atas meja nakas sebelah kasurku. Karena sudah larut dan Akupun memang sudah bersiap-siap untuk tidur, ku buat ponselku dalam keadaan mode getar.
Adam Serhan
Tertulis nama berondong itu di layar ponselku. Karena sejak tadi siang Ia menelfonku di resto, Aku langsung menyimpan nomornya di kontak HPku.
Malam-malam begini. Mau apa dia? Lebih baik diangkat atau tidak ya? Ah nanti kalau ku angkat dia kira Aku mengharapkan telfon darinya. Tapi tidak juga sih. Toh wajar kan sekedar mengangkat telfon? Tapi ini tengah malam.
Setelah lama berpikir akhirnya panggilan masuk dari Adam pun berakhir juga.
"Eh udah mati." Ku simpan lagi ponselku di atas nakas.
Beberapa detik kemudian ponselku bergetar lagi.
Tertulis nama Adam lagi di layar.
Ah sudahlah ku angkat saja. Aku mulai menghitung. "Satu... Dua... Tiga... Empat... Lima." Ku geser ke atas gambar telefon berwarna hijau.
"Assalamualaikum sayang. Sudah tidur ya?" Sahutnya dari sebrang sana.
"Dih. Apaan sih." Jawabku kesal, namun hatiku rasanya berdegup kencang mendengar suara beratnya yang memanggilku dengan kata sayang.
"Eh kok ngga sopan sih? Kalau orang memberi salam itu harus dijawab dong. Ayo ulangi."
Yaampun anak iniiii. Memangnya dia siapa mengatur-aturku seperti itu!
"Iya iya waalaikumsalam. Ada apa?"
"Baru juga ketemu tadi siang. Tapi udah kangen lagi. Gimana dong?" Ucap Adam dengan nada manja.
Huwaaa rasanya jantungku benar-benar mau meledak! Tak tau lagi harus menanggapinya dengan cara seperti apa. Aku hanya terus terdiam sambil mencoba mengatur nafasku, menjaga irama jantungku agar tetap bisa tenang.
"Kok diem sih? Aku ganggu kakak ya?"
"Sebenarnya ada perlu apa kamu menelfonku tengah malam begini? Kamu ngga ada kerjaan lain ya?"
"Kerjaan? Ada kok. Banyak malah. Aku ingin menjelaskan yang tadi di resto."
"Memang apa yang perlu dijelaskan?"
"Yaa perempuan itu. Kakak ngga mau tau siapa perempuan itu?"
"Kenapa aku harus tau?"
"Ah kakak nih banyak tanya."
Lalu Aku diam lagi.
"Ya sudah. Aku hanya ingin memberi tau kalau perempuan itu hanya temanku. Tidak lebih."
"Ooh."
"Udah? Itu saja?"
"Lalu aku harus gimana?"
"Awalnya kukira kamu cemburu. Tapi ya sudahlah. Toh Aku masih harus berusaha untuk membangun kepercayaanmu padaku. Apapun tanggapan darimu, Aku masih belum menyerah. Besok Aku akan datang ke rumahmu."
"Hah? Untuk apa? Kamu selalu datang ke rumahku. Kamu tuh ngga ada kerjaan atau apa sih?"
"Sudah ku bilang kan tadi. Aku punya banyak kerjaan. Tapi Aku tetap ingin menemuimu."
"Terserah deh."
"Ya sudah. Besok siang Aku ke rumah. Jangan kabur!"
"Untuk apa Aku kabur dari rumahku sendiri?"
"Aduh jangan judes-judes terus dong.. Gemesin banget kalau kamu lagi ketus gitu."
Aku tak menjawab. Senyumku mulai tampak di wajahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Berondong Biasa
RomanceLelaki tinggi dan tampan itu adalah teman adik laki-laki ku! Krriieettt... Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka. Mulutku menganga mataku membulat sangat terkejut. Karena baru saja Aku melihat seorang lelaki bertubuh tinggi keluar dari kamar man...