Percaya

417 12 3
                                    

"Dam, hari ini mama mau temenin papa dines ke Bali. Mungkin sekitar 5 hari di sana. Sabtu Mama Papa sudah pulang lagi. Jaga rumah ya."

"Iya siap ma. Tenang aja."

Adam menutup telfon setelah perbincangan singkat dengan mamanya. Orangtua Adam memang sangat sibuk bekerja. Jarang sekali ada di rumah.

Ini hari minggu, Adam merasa lelah karena permainan basket kemarin di kampusnya. Ia terlambat bangun, sehingga tidak sempat bertemu dan berpamitan langsung dengan orangtuanya. Bukan berarti orangtuanya tidak peduli, namun orangtua Adam tak tega membangunkan anaknya yang tertidur pulas setelah dari pagi sampai sore ada kegiatan di kampusnya, lalu malamnya harus begadang bekerja di depan laptop.

Adam melihat ponselnya yang sudah ramai dengan banyak notif grup whatsapp yang masuk. Tapi tak ada satupun yang Ia tanggapi.

Lalu Adam membuka chat Mareta dan mengklik foto profilnya.

Kangen juga..... Batinnya.

Tak ada telfon bahkan chat dari Mareta. Padahal Adam menunggunya sedari kemarin. Bahkan Adam tak sempat mengirim chat duluan karena terlalu sibuk.

"Hai sayang.."

Pesan singkat yang Adam kirim pada Mareta.

Adam menuruni tangga menuju ruang tv di lantai bawah. Rasanya lelah sekali dan ini waktu yang tepat untuk bermalas-malasan. Baru saja Ia rebahkan tubuhnya di sofa.

Tingnong..Tingnong..

Suara bel rumah berbunyi. Adam berjalan malas membuka pintu rumahnya.

Seorang wanita cantik berkulit putih, memakai kaos hitam, celana training abu, dengan rambut diikat ekor kuda, tengah berdiri di depan pintu rumahnya. Ia menyambut Adam dengan senyuman.

"Kak Mareta?" Adam melotot

"Hah? Tumben manggil kak Mareta.. Biasanya namanya aja."

Adam nyengir kegirangan. Melihat orang yang sangat Ia nantikan tak disangka sekarang berdiri di hadapannya.

"Nih dari Saga." Mareta menyodorkan goodie bag yang berisi beberapa buku.

Sebelum Adam mengambil goodie bagnya, Ia menarik lengan Mareta untuk mengajaknya duduk di kursi teras. Tanpa menolak ajakan Adam, Mareta menuruti tarikan tangan Adam.

"Kok kamu yang antar? Bukan Saga?"

"Saga sedang mengantar ibu ke rumah temannya. Lalu dia titip Aku. Yaudah sekalian Aku antar, abis pulang jogging juga jadi sekalian deh."

"Rajin banget sayangnya Aku.. Cape ya? Mau Aku ajak masuk ke rumah tapi Aku lagi sendirian. Kalau ada tetangga lihat bisa bahaya. Kalau kepergok tetangga, nanti kita bisa disuruh nikah sekarang. Aku kan belum siap.."

"Ih Adam! Apaan siiih."

"Hahahahaha."

Adam mengambil goodie bag yang dibawa oleh Mareta ke dalam rumah.

"Tunggu sebentar." Sambil beranjak dari tempat duduknya, Adam masuk ke dalam rumah dan tak lama keluar lagi dengan membawa segelas teh manis dingin.

Mareta memerhatikannya dengan tersenyum.

"Makasih Dam."

"Sama-sama cantik."

Pipi Mareta merona. Bukan hanya karena lelah setelah jogging, tapi ditambah rasa malunya setelah disanjung Adam.

"Mama Papa kemana Dam?"

"Dines keluar kota."

Adam tampak sangat kelelahan, tidak seperti biasanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bukan Berondong BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang