Bagian 2: Dipalak

224 40 3
                                    

Saat diperjalanan, Terry melangkahkan kakinya dengan malas. Langit sudah mulai gelap dan ia harus melewati gang sempit yang pencahayaannya hanya dari terangnya bulan. Awalnya Terry tidak memikirkan apa-apa, tetapi dari kejauhan ia melihat bayangan seorang lelaki yang memiliki postur tinggi dan juga kekar. Terry cuek saja, dengan santai ia melewati lelaki itu. 

BUGH

Secara tiba-tiba lelaki itu meninju rahang Terry. Karena belum sempat menghindar, dirinya sudah terpojok di tembok, kemudian lelaki itu menarik kerah Terry dengan kasar. 

"Bagi duit."

Terry memegang lengan lelaki dihadapannya, lehernya terasa tercekik. Ia juga mencium bau alkohol dari mulut lelaki itu, Terry duga dia sedang mabuk.

"Nggak ada, gue bukan Ibu lu," tolak Terry.

"Sialan," umpatnya. Sebab kesal saat mendengar perkataan dari Terry, lelaki itu melayangkan satu pukulan lagi ke arah Terry. Kali ini, Terry dengan sigap menghindari bogem mentah darinya. Walaupun begini, ia juga sempat eskul taekwondo saat masih sekolah dulu.

"Serahin duit lu atau gue buat lu babak belur?" ancam lelaki itu sambil menatap Terry tajam. Terry menatapnya dengan tatapan mengejek dan kemudian membalas, "siapa berani?"

Sayangnya, semenjak dirinya sudah banyak dimanjakan dengan harta dan juga kasih sayang Ayahnya yang berlimpah, ilmu taekwondo nya tidak lagi berguna, ia cuman tau caranya menghindar. Dengan cepat Terry  melarikan diri saat melihat ada celah. Namun, kakinya sudah lebih dulu ditarik, dagunya menyentuh aspal dengan kasar. Dirinya ditarik kembali ke dalam gang oleh lelaki itu. Tanpa permisi, lelaki itu langsung merogoh sakunya dan mengambil uang milik Terry.

"Jangan, Bang. Ampun, balikin duit gue." Tampaknya lelaki itu tidak peduli, ia malah tersenyum puas saat melihat satu lembar kertas berwarna merah serta beberapa uang receh milik Terry.

"Bang, tolong jangan diambil. Itu buat makan gue sebulan, Bang," ucap Terry sambil memeluk kaki lelaki itu, yang membuatnya susah untuk berjalan. Lelaki itu menoleh ke arahnya, kemudian menyeringai.

"Nih, buat lu." Lelaki itu langsung melemparkan uang receh tepat di wajah Terry. Setelah itu dia pergi, meninggalkan Terry di gang, ia melihat uang yang diberikan lelaki itu, hanya tujuh ribu. Ia menghela napasnya berat, rasanya ingin berteriak, dirinya benar-benar tersiksa. Dan mungkin, untuk keesokkan harinya ia akan berpuasa.

•°-+-°•

Keesokkan harinya, Terry keluar dari kamarnya. Menikmati pagi harinya dengan pemandangan indah dari luar kostnya. Mengingat kejadian semalam, ia merasa murung dan rasanya mengeluh sambil memandangi langit. 

"Ya Tuhan, tolonglah Hambamu ini, Hambamu kelaparan. Kalau bisa request, hamba ingin ramen." Terry menutup matanya, mengingat dirinya yang suka memakan ramen di restoran, ia rindu dengan kuah hangatnya, sehingga cocok untuk sarapan di pagi hari.

Tak lama kemudian, Terry membuka matanya. Ia melihat seorang pemuda sedang membawa dua kantong plastik besar dan kelihatannya sedang kesusahan. Karena Terry anak baik, dengan senang hati ia menghampiri pemuda itu.

"Kayaknya lu keberatan, boleh gue bantu?" tawar Terry dengan nada ramah. Pemuda itu menoleh ke arahnya dan kemudian membuka suaranya.

"Badan gue emang segini, kalau mau ngeledek gue gendut, langsung aja." Terry tersentak dan kemudian langsung menggelengkan kepalanya.

"B-bukan. Maksud gue, lu keliatan perlu bantuan terus—" Belum selesai Terry dengan perkataannya, seketika pemuda itu langsung melempar satu kantong plastik, yang untungnya dengan sigap Terry menangkap.

"Iya, iya gue tau, nih. Makasih, ya."

Terry mengikuti langkah pemuda itu, dari belakang sambil membawa satu kantong plastik besar ditangannya. "Ini apaan coba isinya? Beratnya ngalahin beban hidup gue," batin Terry.

"Nah, kita udah sampai," kata pemuda itu sambil membukakan pintu kamarnya, mempersilahkan Terry masuk.

"Ini kamar lu?" tanya Terry sambil menatap sekeliling kamar milik pemuda itu, terlihat berantakan. Banyak barang-barang yang tidak tersusun rapih, sama persis dengan kapal pecah.

"Hehe iya, maaf berantakan." Pemuda itu tersenyum sampai menampakkan lesung pipinya. "Gue baru liat lu, anak kostan baru ya?"

Terry tersenyum dan kemudian mengangguk, lalu pemuda itu mengulurkan tangannya sambil berkata, "kenalin nama gue, Steve."

"Nama gue Terry, salam kenal," balasnya sambil menerima uluran tangan pemuda itu.

"Oh iya, Lu udah makan belum? Gue ada banyak makanan, nih. Sekalian tanda terima kasih dari gue." 

Terry tersenyum cerah saat melihat pemuda itu mengeluarkan sebungkus mie ramen instan dari salah satu kantong plastik miliknya. Kemudian Terry menjawab, "Belom, nih, hehe."

"Ya udah, ayo. Makan bareng."

Memang benar kata orang, rejeki itu tidak kemana. Walau sebenarnya Terry menginginkan ramen ala restoran, bukan mie instan. Tapi itu tidak masalah, yang penting ia harus tetap  bersyukur masih bisa mengisi perutnya di pagi hari.

Teman KostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang