Bagian 9: Aneh tapi Ganteng

192 35 11
                                    

"Emang harus lagu anak-anak? Gue nggak apal, Bang."

Hari ini Kamal tidak ikut ngamen, karena sedang demam. Daniel memutuskan untuk Kamal beristirahat di rumah dan juga ditemani oleh Ben. Kini hanya mereka bertiga yang mengamen, sejak tadi Terry terus mengeluh soal lagu yang ingin dinyanyikan olehnya. Awalnya Terry menolak untuk bernyanyi, tetapi Steve memaksa.

"Masa kecil lu ngapain aja?" tanya Daniel, karena merasa heran dengan Terry yang tampaknya pusing sekali hanya untuk disuruh bernyanyi.

"Main Barbie," jawab Terry dengan jujur.

"Ya udah, lagu Barbie aja lu nyanyiin," balas Daniel yang membuat Terry merasa tertekan.

"Gue cuman mainin boneka nya, Bang. Lagu girlband aja, gimana?" tawar Terry. Daniel hanya bisa menghela napasnya pasrah dan kemudian menjawab, "iya, terserah. Cepetan, keburu siang."

Terry mengangguk, kemudian mereka mulai bermain dengan alat musik masing-masing. Terry bernyanyi, sambil mengocok beras ke atas dan ke bawah.

"Em ... Just ... Em ... Yeah ... Hem ..."

Seketika Daniel dan Steve langsung memberhentikan mereka bermain musik. Steve menghampiri Terry dan langsunb menepuk bahunya dari belakang.

"Lu nyanyi apaan, Ter? Kok nggak bernada?" tanya Steve. Terry menunjukkan deretan giginya, lalu menjawab, "gue juga nggak apal, Bang."

Steve memijit pelipisnya, kemudian ia membuka suaranya lagi. "Lagu 'anak kambing' aja, tau 'kan?"

"Oh, tau, yang lagunya begini bukan," Terry menjeda ucapannya, otaknya kembali berputar untuk mengingat-ngingat. "Mana dimana, anak kambing saya. Anak kambing saya ada di ..."

Seketika Terry terdiam, ia memiringkan palanya sambil mengetuk-ngetuk dagunya. Kemudian ia bertanya, "anak kambingnya ada dimana?"

Steve terdiam, ia juga ikut berpikir tentang kelanjutan lagu itu. Daniel menghela napasnya, kemudian ia menghampiri mereka.

"Ya udahlah, nyanyi nanana na aja," final Daniel yang membuat Steve dan Terry mengkerutkan keningnya secara bersamaan.

"Nanana na?" tanya Steve yang tidak mengerti dengan apa yang dipikirkan Kakaknya.

"Iya, terserah lu nanana gimana. Intinya nanana na ."

Terry hanya bisa diam dan memilih untuk menurut. Ia bernyanyi sesuai Daniel perintahkan. Terdengar aneh, tapi Terry berusaha tidak peduli. Dari awal lagu dan nada tidak pernah jelas dan juga tidak nyambung, namun anehnya banyak para gadis yang berlalu-lalang sempet memberi mereka uang.

"Wah, lumayan, nih. Dapet lima ratus, lebih banyak dibanding kemarin," ucap Steve yang saat ini mereka sedang istirahat di depan minimarket. Terry yang sedang meminum soda, seketika langsung tersedak, lagi.

"Lu kenapa keselek mulu? Kalau minum pelan-pelan, Ter," tegur Daniel sambil menepuk-nepuk punggung Terry. Setelah batuknya mereda, Terry membuka suaranya.

"Gue heran, kita main musik juga nggak ada nadanya, nyanyinya juga nggak jelas. Kok bisa dapet duit ratusan ribu?" tanya Terry yang membuat kedua temannya tertawa.

"Karena kita ganteng," ucap Steve yang masih tertawa bersama Daniel. Terry hanya diam, tidak ikut tertawa. Pantas saja yang sering memberi uang bernominal besar, yaitu para gadis. Bahkan, ada beberapa yang sambil tersenyum genit ke arah Terry atau mungkin merapalkan doa sambil memberi uang.

"Semoga salah satu dari mereka jadi jodoh gue."

Walaupun suaranya lirih, tetapi Terry masih bisa mendengar itu. Setelah langit mulai gelap, mereka memutuskan untuk pulang, tidak lupa juga mereka membawa nasi serta lauk untuk makan malam.

Setelah sampai, mereka makan bersama diruang tamu. sampai, mereka makan bersama diruang tamu. Terhitung sudah tiga bulan lebih Terry hidup bersama mereka, awalnya risih dan merasa aneh. Tetapi, Terry menjadi terbiasa dengan mereka. Bahkan, ia ingin lima bulan tidak cepat berlalu, Terry nyaman dengan rasa kebersamaan di dalam rumah kost ini.

"Gimana? Bisa?" tanya Kamal dengan suara serak. Kondisinya sudah lumayan membaik, tetapi bibirnya masih pucat dan juga masih terlihat lemas.

"Bisa, nggak usah khawatir. Terry pinter nyanyi, kok," balas Steve yang membuat Kamal tersenyum lebar ke arah Terry.

"Hebat lu, Ter. Besok-besok berdiri di samping gue aja, nyanyi bareng-bareng," kata Kamal sambil mengacungkan jempolnya. Terry hanya bisa tersenyum sambil menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal. "Hehe, iya."

"Lagu apa yang tadi lu nyanyi buat ngamen?" tanya Ben sambil memiringkan kepalanya, menatap Terry.

"Nanana na," jawab Terry sambil tersenyum lima jari. Awalnya Ben dan Kamal terdiam, setelah itu mereka mengangguk.

"Oh ya, tau. Itu lagu darurat yang biasanya dipake kalo gue lagi bosen," ucap Kamal dengan santai. Terry terperanga, untuk yang kesekiankalinya ia merasa aneh.

Teman KostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang