Bagian 4: Kumpulnya Para Bujang

191 36 1
                                    

"Oh, maaf gue nggak tau," ucap Ben dengan santai, setelahnya ia memberikan sekotak susu almond yang tadi diminum kepada Steve. Yang lebih tua menggoyangkan kotak susu almondnya, nyatanya terasa ringan, pertanda susunya sudah habis diminum oleh Ben.

"Ganti susu almond gue!" omel Steve, karena tidak terima susu almond satu-satunya diminum habis oleh Ben.

"Pake susu gue?" tanya Ben sambil menunjukkan wajah polosnya.

"Nggak gitu, bego." Ben merotasikan bola matanya, dengan santai ia membuka snack milik Steve. "Nama gue Ben, bukan Bego."

Steve menggertakkan giginya, ia mengusap dadanya, berusaha melapangkan dadanya. Selama ini yang paling sering mencuri atau merebut minuman Steve hanyalah Ben, tidak ada yang lain. Terry menatap yang lebih tua sambil tersenyum tipis, tangannya menarik lengan Steve agar duduk di sampingnya, lalu menepuk-nepuk bahu Steve.

"Udah, nanti gue beliin, kapan-kapan," ucap Terry guna menenangkan Steve. 

Saat mereka berempat sedang asik menonton siaran televisi, tidak lama kemudian seekor anjing masuk dan langsung menghampiri Terry. Awalnya Terry terkejut, namun saat melihat anjing yang tiba-tiba duduk di pangkuannya, menjadi gemas.

"Lucu banget, anjing siapa ini?" Terry mengusap kepala anjing yang berwarna cokelat susu, serta bulunya yang cukup lebat. Ben melirik ke arah Terry, lalu membuka suaranya.

"Anjing gue," katanya. Terry mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian ia bermain-main dengan bulu anjing.

"Namanya?" tanya Terry tanpa menoleh ke arah Ben. "Anjing gue, disingkat jadi Ague."

Terry mengerutkan keningnya sejenak. Namanya unik, tapi aneh. Kemudian Terry menggendong anjing milik Ben, mengangkatnya ke udara. 

"Anjingnya cantik," puji Terry sambil tersenyum menatap anjing milik Ben. 

"Bay the way, anjing gue jantan."

Terry terdiam. Namun tak lama kemudian, seorang lelaki bertubuh kekar masuk ke dalam kost. Terry membelalakkan matanya saat melihat lelaki itu, ia tidak percaya bisa bertemu lagi dengan lelaki yang ia temui di gang sempit waktu itu, ia juga masih ingat tentang uanganya yang dirampas olehnya.

"Lu kan ..." Terry menjeda ucapannya, menatap lelaki itu dengan tatapan tajam. Dengan anehnya, lelaki itu tersenyum sambil menepuk-nepuk bahu Terry sambil berkata, "oh, anak kostan baru, ya? Nama gue, Daniel." 

"Dih!" umpatnya dalam hati. Setelah itu, Terry  menepis tangan lelaki itu dari pundaknya. "Lu yang ngambil duit gue, kan?"

"Ha?" Lelaki itu menatapnya dengan tatapan bingung, yang membuat Terry merasa kesal.

"Iya, itu lu. Waktu itu lu keliatan lagi mabok, dan ngambil duit gue, kan?!" sentaknya. Daniel terkejut dan kemudian membulatkan mulutnya.

"Oh, itu—"

"BALIKIN DUIT BULANAN GUE!" sela Terry sambil mendorong bahu Daniel dengan kasar. Walau lelaki itu hanya merasa seperti tersenggol, padahal Terry sudah mendorongnya sekuat tenaga.

Karena sudah kembali ingat dengan peristiwa yang dimaksud Terry, kemudian Daniel tersenyum tanpa berdosa sambil menunjukkan deretan giginya. "Anu, nanti ... Nanti gue ganti di akhirat."

Sayangnya, Terry tidak bisa, ia tidak terima. Terry hanya ingin uang bulanannya kembali. Dengan berani, Terry menarik kerah baju milik Daniel.

"Sialan, balikin uang gue!" 

Para penghuni kost yang awalnya tenang menonton televisi, seketika langsung terkejut. Steve menghampiri mereka, berusaha memisahkan Terry yang sepertinya ingin saling baku hantam.

"Wah, wah sabar Terry! Harap tenang, jangan berantem," pinta Steve sambil menarik tubuh Terry agar menjauh dari Daniel. Setelahnya Terry sadar, bahwa ia terselubung oleh amarahnya. Ia menarik napasnya sejenak, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

"Bang, emang bener lu yang ngambil duit dia?" tanya Steve kepada Daniel.

"Ya, mungkin? Gue nggak sadar waktu itu. Tapi uangnya udah nggak ada, udah gue pake." Steve menghela napas dengan berat, kemudian ia menatap Terry.

"Maafin abang gue ya, Terry," ucapnya yang membuat Terry terkejut. Lelaki yang merampas uang bulanan ternyata Kakaknya? Anak sebaik Steve?

Terry terdiam untuk beberapa saat, rasa kesal masih ada saat melihat lelaki yang bernama Daniel itu, tetapi ia juga merasa tidak enak dengan Steve, karena yang selama ini dirinya tahu, Steve itu sangat baik dengannya.

 "Iya, gue maafin," jawab Terry dan berusaha mengikhlaskan uang bulanannya. Steve tersenyum, kemudian ia memeluk Terry. "Makasih, gue tau lu punya hati yang seindah berlian."

Terry terkekeh dan kemudian membalas pelukan Steve. "Nggak usah gitu, lebay."

"Sebagai gantinya, lu ikut klub band kita aja, gimana?" kata Daniel secara tiba-tiba. Terry dan Steve melepas pelukan mereka. 

"Klub band?" tanya Terry sambil melayangkan tatapan bingung ke arah Daniel.

"Iya, kita ngamen di pinggir jalan." 

"What?!"

Terry sontak terkejut, bukan karena ia tidak pandai bernyanyi. Hanya saja, ia merasa aneh dengan orang-orang di sekelilingnya, Terry merasa pekerjaan itu sangat rendah dan hasilnya juga tidak seberapa.

"Nggak usah malu. Kita nggak mandang skill nyanyi, yang penting kita ganteng," ucap Ben sambil merangkul pundak Terry, yang lain pun mengangguk setuju dengan apa yang diucapkan Ben.

"Lu mau ikut kan, Terry?" tanya Daniel sekali lagi, untuk memastikan.

"G-gue ..." Terry menarik napasnya, mungkin ini jalan satu-satunya agar ia bisa mendapatkan kembali uang bulanannya. "Oke, gue ikut."

Teman KostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang