HAPPY READING
.
.
.
Karin mengerjap mata bangun dari tidurnya, kemudian ia tersadar mendapati jas Jevano yang menyampir pada tubuhnya yang artinya hal semalam itu benar terjadi bukan sekedar mimpi. Karin menghela nafas matanya menatap kesekeliling mencari keberadaan pria itu. "Kamu sudah bangun? Mencari suamimu?,". Ia menoleh mendapati mamanya telah sadar.
Karin segera berjalan mendekat. "Dia pergi membelikanmu mak-". Karin memeluk tubuh ringkih mamanya membuat wanita itu diam tidak melanjutkan perkataanya lalu tersenyum tipis dengan tangan terulur mengelus surai legam milik anaknya.
"Bagaimana kondisi mama? ada yang sakit? aku akan memanggil dokter terlebih dahulu,". Gerakan Karin ditahan oleh mamanya, wanita itu menggeleng dengan senyum.
"Duduklah, dari mana kau tahu mama disini?,". Karin diam ia menghela nafas. "Zion,". Ucapnya.
"Lalu dimana dia? biasanya jam segini dia sudah ada disini,". Mata Anin mencari-cari Zion biasanya lelaki itu akan merecoki pagi harinya dengan membawa bunga atau menemaninya sarapan. Tapi, anehnya hingga menjelang siang pun lelaki itu tidak ada. Karin menatap mamanya dalam diam.
Anin curiga dengan absennya Zion hari ini, "kamu enggak berbicara yang aneh-aneh dengannya kan?,"
"Kenapa tidak pergi ke US?, dan kenapa berbohong padaku? apa bocah itu juga yang memintamu tetap disini?,". Anin menghela nafas.
"Jangan salahkan Zion, mama yang memaksanya membantu mama!,".
"Kenapa?, Bukankan jika aku menikah mama berjanji akan berobat lebih baik lagi,". Karin tidak habis pikir apa yang dipikirkan mamanya. Apa ia berniat untuk tidak sembuh dan berniat meningglkan dirinya sendiri setelah perjuangan yang ia lakukan selama ini.
"Mama tidak berjanji,". Anin menghela nafas, tangannya terulur meraih tangan Karin.
"Karin, mama hanya ingin menikmati kedamaian hidup barangkali cuma sebentar,". Karin menatap mamanya lekat, ia menelisik mata sayu yang terlihat pasrah itu.
"Jadi, mama berniat meninggalkanku sendiri atau memang telah membuangku?,". Dengan cepat Anin menggeleng.
"Bukan begitu, mama sudah lebih tenang karena ada Jevano disampingmu. Jadi izinkan mama egois sekali ini hmm?,". Karin mengepalkan tangannya menahan emosinya, lalu berdiri. "Memangnya selama ini mama tidak pernah egois?,".
"Gianna dan Winna sudah mengaturnya. Lusa mama berangkat!,". Setelah mengatakannya Karin melangkah meninggalkan ruang inap tidak mengidahkan panggilan Anin yang terus memanggilnya. Bahkan dia melewati Jevano yang tersenyum hendak menyapanya dengan membawa dua kantong kresek yang berisi makanan. Membuat laki-laki itu bingung, dan memutar arah mengikuti gadis itu.
"Karin.. Karin..,". Karin tidak mengidahkan panggilan Jevano dan memilih pergi kearea taman rumah sakit. Dia hanya ingin menenagkan fikirannya. Mengingat keinginan untuk egois dari mamanya membuatnya tersenyum miris. memang selama ini ia tidak egois. Bahkan sejak ia kecil mamanya hanya mementingkan dirinya. bahkan, ketika ia berusaha mendekatkan diri dengannya ia hanya berusaha menuruti keinginana mamanya. Bahkan, ia menurut ketika diminta menikahi kekasih orang lain.
"Berhenti, kau ini kenapa?,". Jevano mencekal lengan Karin menghentikan langkah gadis itu. Karin hanya mentap Jevano tajam, ia berontak melepaskan tangannya. "Lepaskan!, aku sedang tidak ingin berdebat,". Lirihnya membuat Jevano menyeretnya kearah parkiran, mendorong gadis itu masuk kedalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Play Love - JENRINA
RomanceRomansa sepasang manusia yang berawal dari perjodohan keluarga. Katrina Zhafiya Ardelard harus menikahi salah satu putra keluarga Orlando untuk membayar hutang perusaahan keluarga yang terancam collaps. Sosok Orlando yang akan dinikahinya adalah...