Chapter 17- self prepare

3.8K 372 45
                                    

Happy Reading💞
Don't forget to Vote&Comment 💞

.
.
.
.

Sejak sampai di cafe beberapa jam yang lalu setelah pulang dari kampus Karin dan Jevano memilih menghabislan waktu berkencan dicafe sebelum keberangkatan pria itu ke Bandung. Sejak tadi Karin lebih banyak diam, Jevano merasa tidak nyaman melihat Karin yang seperti orang linglung. Jevano menyentuh jari Karin membuat gadis itu menoleh.

"Ada apa?,". Karin menatap Jevano didepannya, ia menggeleng pelan.

"Kamu aneh dari kemaren diem terus, aku ada salah ya?,". Karin masih menggeleng.

Jevano menghela nafas. "Apa aku gak usah berangkat ke Bandung aja?,". Ia sedikit khawatir pada istrinya. kenapa Karin tiba-tiba murung, ia jadi tidak tega meninggalkannya.

"Jangan, kamu kesana buat kerja. Masak masih anak baru udah mau absen,". Karin meyakinkan Jevano.

"Kalau gitu kamu ikut aja,". Karin menolak, ia beralasan tidak mau membolos kuliah, karena jatah bolosnya sudah ia pakai semua. Alasan sebenernya ia tidak bisa, karena harus ada yang ia selesaikan dan berharap selama satu minggu Jevano di Bandung urusannya akan selesai.

Jevano melihat jamnya, Pak Ardi sudah menelfon dan mengatakan telah menunggunya didepan cafe.

Cup...

"Baik-baik dirumah kalau ada apa-apa kabarin,". Karin tersenyum mengangguk. Netranya mengikuti langkah Jevano, melihat mobil yang membawa Jevano telah meninggalkan pelataran Karin mengambil ponselnya dari dalam tas.

"Gia, gue di cafe La Rouge. Meja pojok dekat cendela,".

Karin mengetuk-ngetukkan Jarinya pada Meja. Sesekali ia menyesap jusnya agar merasa tenang. Pikirannya kacau, ia tidak ingin hal yang telah ia kubur diungkit kembali.

"Sorry lama,". Karin hanya mengangguk, membiarkan Giana mengambil duduk didepannya.

"Maksud lo kemarin apa?,". Karin mengigit bibirnya.

"Gia lo percayakan kejadian di foto itu gak kaya gitu?,". Giana menyipit, Karin menyodorkan foto seorang wanita setengah telanjang tengah berciuman ditengah-tengah club dengan seorang pria dari samping yang terlihat tidak jelas.

Karin bisa melihat wajah Giana yang terkejut sama seperti dirinya kemarin.

"Bangsat, dapet dari mana lo?,". Giana mendesis, menatap Karin menuntut penjelasan. Karin membukakan roomchatnya dengan nomor tidak dikenal.

"Gia, gue gak lakuin itu,". Karin memegang tangan Giana. Matanya tampak menahan tangis.

"Zion, kita harus cari dia sekarang!,". Karin menggeleng, menahan Giana yang hendak berdiri.

"Gak, urusan gue sama Zion udah kelar gue gak mau berurusan sama si kembar lagi,". Giana menghela nafas ia kembali pada duduknya.

"Karin, gue saat itu gak ada disana, dan gue gak pernah tau apa yang lo lakuin sama Harjun. Disana cuma ada Zion, Alex dan Harjun". Giana menatap Karin memberi pengertian pada gadis itu.

"Alliya,". Giana bingung kenapa Karin malah menyebut nama mantan Harjun.

"Alliya disana, dia yang ngasih gue minuman itu,".

"Kalau emang salah satu mereka Zion, kenapa dia dukung gue nikah sama Jevano?,".

"Tapi dia yang nelfon lo buat dateng waktu itu,". Karin tidak sanggup, air mata yang ia tahan sejak kemarin meluncur begitu saja. Ia malu atas perbuatan yang tidak ia lakukan, ia takut Jevano percaya dan berpikiran buruk tentangya.

Play Love - JENRINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang