iii. Taman Heulang

807 83 3
                                    

:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

:

    "BELOK KA ARAH KANAN, TERUS ETA HILMY JEUNG DAMAR JALAN KA TAMAN HEULANG BISI STOP NA KA DINYA!" interupsi Jendra pada samping kanan dan kirinya, kedua motor yang di intrupsi oleh teriakan lantang dari sang panglima itu kemudian berpencar arah nya dari rombongan motor tersebut.

    Suara knalpot proliner itu terdengar nyaring, dan berpencar menuju arah yang berlawanan lalu dua motor selanjutnya tau akan kemana "KETEMU DI TAMAN JALAN ELANG NYA KABEHAN" teriak Jendra, lalu semua nya berpencar menuju arah yang di rasa benar.

    Kini jalanan tidak bergerumun dengan motor-motor usang itu, Kota hujan yang langit nya sudah mulai gelap dengan rintik nya yang sedikit demi sedikit turun membasahi luas nya jalanan kota ini.

    Dengan hujan yang semakin mengeras tidak membuat Juandra gentar untuk menemui mangsa nya, kini ketujuh pria yang sudah berpencar dengan jalan yang menurut mereka benar sudah titik di lokasi yang mereka tuju.

   Ketujuh motor itu di parkiran secara acak lalu setelah nya mereka pun berjalan memasuki taman yang nampak sepi, hujan semakin deras namun pandangan tajam Jendra tidak akan pudar dengan begitu saja dilihat nya Hilmy dan Damar sedang memegangi seorang bertubuh tegap itu yang sedang meronta-ronta memohon untuk di lepaskan.

   Menyadari emosi Jendra yang sudah naik pada puncak nya, Mada pun menepuk bahu Jendra agar tidak gegabah menghilangkan nyawa seseorang namun seolah acuh Jendra pun berjalan semakin cepat hingga akhirnya.

   Bugh!

   Bugh!

   Bugh!

   Pria berbaju putih dengan tulisan Prada itu pun tersungkur ke tanah setelah di hantam oleh tangan kasar atas kemarahan besar putra Andigala.

   Dengan cepat Jendra pun langsung menarik kerah dari pria yang sudah babak belur di hantam oleh bogeman itu "nama sia saha?" nada dingin dari panglima Juandra itu membuat semua nya bungkam.

   Bahkan anggota yang lain pun tak berani ikut campur dengan kemarahan seorang Kajendra, anggota lain memilih menepi sementara hanya ada Mada yang ada tepat di belakang Jendra.

    Bugh!

    Satu bogeman lagi sehingga anak itu benar-benar tersungkur hingga seperti nya pria itu tak sanggup bangkit lagi, dengan kekehan sarkas Jendra menekan perut pria yang sudah terbatuk-batuk itu dengan tenaga nya yang tak seberapa namun bisa membuat yang di tekan nya tak bisa bernafas lalu Jendra pun mendekat pada pria itu "aing nyaho, nama sia teh Calla pan? anak smansa bapa sia teh Jendral ibu sia teh wakil bupati tapi mun sia tong merasa sangenah na mentang mentang anak na penjabat!—" Jendra pun menatap lekat pria yang ada di bawah nya itu, dan semakin menekan perut nya dengan kaki nya hingga pria itu terbatuk-batuk "— sia tong macem macem anjing Jeung dulur aing!, mun sia macem macem deui RATA SIA DI TANAH KU AING!"

   Jendra pun melepaskan kaki nya dari perut si pria itu, lalu kemudian pria yang tak berdaya itu terbatuk-batuk dengan hilang nya rasa simpati juga empati membuat panglima Juandra tersebut acuh dan berlalu menuju motor nya kembali, dengan memakai slayer hitam yang sudah basah terguyur hujan itu Jendra menaiki motor nya kembali dan begitu pun anak Juandra yang lain.

    hanya Sandi yang menoleh kebelakang sebentar lalu kemudian bahu nya di tepuk oleh Jakas untuk segera lekas pergi takut Jendra kembali membara kemarahan nya.

•••

    Pintu berwarna putih itu di buka, setelah sekian lama Jendra tak kembali ke rumah akhirnya dia tiba lagi pada neraka nya.

    Saat ia masuk, yang dilihat adalah tubuh lelaki mungil yang sedang fokus duduk di meja belajar nya.

    Perlahan-lahan agar tidak mengagu Jendra pun menutup pintu nya agar tidak terdengar bunyi nya, Jendra pun berdenyut ngilu melihat pundak mungil itu "a' rasi" ucap nya reflek, padahal niat hati ia tidak akan mengagu kaka nya itu.

  Yang di panggil pun menoleh, matanya menatap kaget pada siapa yang datang ; Jendra dengan pakaian basah nya dan seluruh muka nya yang biru juga lebam.

   Rasi pun segera berjalan menghampiri adik nya itu, perlahan Rasi menyentuh pelipis adik nya yang nampak terdapat goretan yang sangat dalam juga rahang yang terdapat perban, kedua alis Rasi pun menampilkan reaksi sedih sementara dengan cepat Jendra mengeleng "ngga a', Jendra gapapa"

   Perlahan tangan Rasi pun digerakkan, mengisyaratkan sebuah kata yang dapat Jendra mengerti pasti maksud nya apa, seperti ini katanya "kamu kemana Jendra?, tidak pulang berhari-hari aa khawatir kamu kenapa-napa, di luar sana dingin kamu sama siapa disana?"

   "Jendra gapapa a' diluar sana, Jendra kesini cuman mau ketemu aa" katanya.

   Lagi-lagi Rasi pun mendengus kesal " aa takut kamu sakit di luar sana sangat dingin dengan nyaman, aa mohon jangan pergi lagi"

   Jendra pun terdiam, lalu menatap Rasi tanpa prakata lebih lanjut Jendra pun memeluk Rasi dengan dekap yang paling erat sampai-sampai Rasi dapat merasakan baju basah Jendra.

   "aa yang harusnya bilang ke Jendra, kalau aa sakit luka di batin disini ada Jendra a', Jendra yang akan lawan mereka yang buat batin aa tersiksa sedemikian pelik" ucap Jendra dengan suara parau nya, namun Rasi membulatkan matanya terkejut, apa Jendra terluka sedemikian parah karna membela dirinya kembali?.

   Ingin Rasi suarakan rasa kesal nya, karna selalu saja Jendra yang babak belur karna ulah nya namun tidak ada yang bisa ia lakukan selain menjerit dengan tangis dan meronta-ronta seperti saat ini, seperti ingin berkata ; mohon, jangan lakukan itu lagi jangan. Namun tidak ada yang bisa Rasi teriakan, batin nya tersiksa lebih perih saat melihat Jendra tubuh nya dipenuhi luka atas dirinya, dan selalu begitu.

   Namun Jendra yang paham, malah semakin memeluk erat tubuh mungil Rasi, Rasi pun sudah menangis deras namun Jendra hanya bisa mengusap bahu nya berharap agar reda namun apa yang bisa dilakukan atas perih nya batin seorang kaka yang melihat adik nya terluka bahkan hingga kering lagi atas dirinya?

    Jendra di dunia ini hanya punya Rasi dan Mada serta anak Juandra maka dari itu apa yang layak ia lindungi akan ia perjuangkan sedemikian mungkin keselamatan nya atas dasar apapun itu meski raga nya akan terbanting dan terluka hingga tak sadarkan diri ia tak perduli agar tidak melihat mereka yang berarti dalam hidup nya tidak hilang sia-sia.

   Sudah terlanjur lah kotor raga seorang Andigala, maka dari itu biarkan semuanya terlebur atas dasar dosa yang ia tabur agar nanti jika ia mati bisa terkubur semua karsa juga rasa perihal dosa hidup nya, jadi Jendra tak peduli karna ia sudah terlanjur menjadi pendosa yang sangat kekal yang tak ada harapan perihal surga yang dijanjikan untuk manusia yang sedang bermain peran di bumi, Jendra akan berada di jalan nya jika harus mati maka ia akan berada di jalan itu nanti.

JUANDRA

[✓] JUANDRA | MarkNoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang