cw; homophobic, hars word, society issue.
:
Lagi-lagi masih di ruangan yang sama seperti lusa kemarin, dengan orang-orang sama yang duduk melingkar tanpa beralas kursi, hanya tikar juga makanan ringan di depan mereka masing-masing.
Masih di kasus yang sama, yaitu pilihan Jendra tentang melepas Gamada atau Juandra.
Cakra memberi amanat sebelum obrolan di mulai tadi, jangan ada kekerasan satu sama lain jika ada hal yang tidak mengenakkan terjadi karna katanya mereka itu sedang berbicara dengan sodara sendiri, Mada hanya terkekeh ragu mendengar nya.
"apa keputusan yang lo ambil Kajendra?" tanya Tendra dengan menatap Jendra yang sedang menghisap batang nikotin berfilter itu.
Nafas Jendra pun dihembuskan, menghasilkan asap yang mengudara lalu sekejap hilang dibawa angin lalu, matanya memandang dingin rahang nya juga mengeras mendengar pertanyaan yang tak pernah ingin ia jawab, namun semua menuntut nya "meninggalkan Juandra itu mustahil buat gue" katanya.
Satu ruangan sedikit menghembuskan nafas lega mendengar panglima kebanggaan nya itu urung diri untuk mengundurkan diri dari Juandra, namun di sebelah Jendra ada Mada yang menatap resah, pria itu sudah pasrah.
Watla yang berada di ujung ruangan terkejut mendengar ucapan dari Jendra, gadis itu menatap tak percaya apa yang baru dikatakan sang panglima Juandra "kalian memberi pilihan yang ngga adil sama sekali menurut gue" perkataan Watla membuat Kaesang mendengus kasar.
"heh cil, ga adil segi mana nya sih? lo ngga akan bisa tetap berjalan di antara dua pilihan lo akan berat sebelah" itu ucap kaesang.
"kalian yang memberi pilihan sulit, andai pandangan kalian tidak menghakimi pasti ngga akan jadi berat, Jendra layak untuk Juandra dan juga layak untuk Gamada. dan menurut gua pilihan yang kalian kasih untuk Jendra terlalu basi tau ga, menurut gua citra Juandra ngga akan rusak begitu saja, hei mereka hanya menjalankan naluri sebagai manusia yang punya rasa"
Jakas mendengar itu, tertawa lah dia menatap Watla yang masih bersikeras membela dua makhluk yang menurut Jakas tidak layak disebut sebagai manusia yang pantas "Watla gua lihat-lihat dari kemarin lo hanya membela Mada dan Jendra, gua nilai opini lo tuh bagus-bagus tapi apa yang bagus ngga layak buat mereka yang lebih bagus dibakar sampai hangus, tindakan mereka hanya sampah— apa kata lo tadi? mereka hanya menjalankan naluri sebagai manusia? memang hidup hanya tentang naluri aja, ah ngga hidup itu tentang ketetapan dan aturan apa jadinya manusia kalau terus memakai naluri nya tanpa akal sehat? mereka berdua itu sakit dan lo membiarkan nya? apa yang terjadi kalau seumpama nya mereka jadi pembawa wabah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] JUANDRA | MarkNo
Novela Juvenila markno lokal au ; warn bxb content. "mereka bilang, kisah kita tak pantas untuk di pantaskan" © lokarasi, 2O22