:
Jendra terbangun, kala terik matahari menyilaukan pandangan nya saat ia merasa tirai terbuka perlahan memaparkan bias yang membuat wajah nya sedikit tertekuk.
Perut nya sedikit berat, karna ada tangan kekar yang memeluk nya erat. Keduanya masih ada di bawah selimut saling memeluk dengan lampu temaram. Sekitar jam dua pagi kemarin mereka berdua sampai di rumah Jendra karna Jendra tau kalau hari ini hanya ada Rasi di rumah dan karna itu dengan kesadaran nya yang tunggal setengah semalam karna mengantuk, Jendra bilang pada Mada untuk ke rumah nya saja bermalam, karna kalau ke kosan yang ada malah perjalanan semakin panjang.
Saat mendudukkan dirinya untuk mendapat kesadaran penuh, tiba-tiba saja pintu kamar diketuk "masuk" itu yang Jendra katakan.
Pintu pun dibuka, menampakkan Rasi yang membawa nampan berisi dua gelas kopi yang aroma nya saja sudah bisa tertebak kalau itu adalah liong bulan.
"Selamat pagi a' , semalam Jendra pulang sama temen Jendra dan nginep disini deh" ucap Jendra, namun tiba-tiba saja dari arah belakang perut nya kembali di rengkuh oleh Mada yang masih berada di alam mimpi nya.
Rasi melihat itu, ruangan terasa cangugung maka dengan cepat Jendra menunjukkan kekehan kikuk dan perlahan melepaskan tangan Mada dengan sedikit kesal di dalam hatinya, ini anak kebo banget heran.
"Mada kebiasaan gini a', sering tidur sama pacar nya kali ya jadi suka ngigo peluk orang" Ucap Jendra dengan canggung.
Rasi tersenyum, lalu membuat isyarat dengan tangan lentik nya "yasudah kasian Mada sudah jadi kebiasaan nya untuk tidur sambil memeluk kamu, selamat beristirahat lagi"
Deg!, Jendra pun menatap kosong kepergian Rasi yang menutup pintu kamar nya pelan, perlahan kepalanya menunduk menyadari kalau Rasi sudah menebak perihal mereka, atau memang tentang mereka— Gamada dan Jendra sudah Rasi ketahui dari jauh-jauh hari?.
Menyingkirkan selimut nya, Jendra pun dengan cepat turun dari tempat tidurnya dan berjalan cepat keluar dengan menutup pintu perlahan dengan rapat.
Sementara Mada tersadar dari dunia mimpi nya sedari tadi kemudian beranjak dari kasur nya dan mengikuti kemana Jendra pergi.
Menatap tubuh mungil itu dari belakang, membuat Jendra terasa sesak seperti cekatan yang berulang kali datang untuk membuat hembusan nafasnya menjadi tertatih karna membayangkan jika kaka nya itu dalam hati terdalam nya menangis perih jika tahu adik yang jauh dari kata sempurna ini telah berjalan jauh dari ketetapan norma dan aturan dari tuhan.
"A' rasi?"
Yang di panggil perlahan terdiam, kedua tangan nya yang sedang mencuci piring itu seolah membeku— air mata itu masih turun, bingung mau menghapus bagaimana karna Jendra sudah terlanjur tahu kalau Rasi menangis— tertera dari punggung pria itu yang bergetar menahan Isak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] JUANDRA | MarkNo
Teen Fictiona markno lokal au ; warn bxb content. "mereka bilang, kisah kita tak pantas untuk di pantaskan" © lokarasi, 2O22