x. Gamada tidak punya hal yang layak

314 43 0
                                    

🗒️; coba dengarkan lagu nadin amizah bertaut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🗒️; coba dengarkan lagu nadin amizah bertaut.


:

   batang nikotin berfilter dengan perasa apel itu dilepas lalu kemudian di injak dan jadi puntung kemudian di ambil lah lalu di lempar kepada kardus air mineral bekas di ujung sana, telapak tangan yang masih menyisakan tembakau yang sudah terbakar hingga jadi abu itu sedikit menempel pada Mada membuat pria itu berjalan sembari menepuk telapak nya pada jaket denim nya hingga debu abu-abu itu hilang.

   "Jendra" panggil Mada lalu duduk di hamparan rumput di belakang gereja dekat kampus itu bersama Jendra.

   "panggil gua yang mulia Jendra, baru gua bakal jawab"

   Mada pun terkekeh, mengigat bagaimana kata itu diucapkan oleh dirinya di Minggu lalu. "gue pikir-pikir lagi seribu kali"

   "pertimbangkan sih kata gue, tugas negara yang penting ini" ucap Jendra sehari memantik api untuk batang nikotin nya yang baru saja dikeluarkan dari bungkus persegi.

   Mada mengaguk "jadi tugas negara yang sangat penting itu adalah memangil lo yang mulia Jendra kalau gitu negaranya gua banting'

    "jangan riya dengan otot lo yang kekar Mada sampe mau membanting negara yang gua pimpin"

    "negara apa yang lo pimpin? Konoha?"

    "republik perserikatan Jendra, lo rakyat gue yang pertama kalau manggil gua yang mulia akan gua angkat lo jadi rakyat istimewa" ucap Jendra.

    Mada geleng-geleng kepala sendiri, pemikiran Jendra kalau di ambang kalut selalu saja seperti itu berada pada luar nalar, Mada tahu Jendra gelisah maka dari itu kini ia menemani pria itu untuk merajut gelisah nya bersama.

   "cape ngga memimpin negara perserikatan Jendra itu?" tanya Mada dengan lembut.

   Jendra menarik nafas nya sesak, kemudian di hisap lah batang nikotin itu di hembuskan lah dengan berat ke udara "cape" lirih nya.

   Mada paham, tadi Jendra di sudutkan habis-habisan oleh anak Juandra emosi nya di pendam sedemikian rupa hanya ada rahang yang mengeras juga netra yang tajam tapi Jendra urung untuk menyerang anak Juandra karna sampai kapanpun ia tidak bisa.

    Di serang dengan ribuan opini tajam juga prakata menusuk dan juga hal-hal kelam lainnya apa kah Juandra lupa dengan dedikasi Jendra selama ini? itu yang membuat Mada selalu ambil barisan terdepan untuk menjadi tameng Jendra karna Mada tahu Jendra akan selalu lemah kalau membahas perihal Juandra— bahkan kalau Jendra yang harus mengalah demi Juandra semuanya akan pria itu relakan, Mada paham betul.

   Tadi pertemuan dengan perwakilan dua alumni itu Juan juga Deka memiliki akhir yang cukup membuat luka tergores ngilu tentang mereka— Jendra dan juga Mada yang tak sama sekali di anggap layak sebagai manusia padahal mereka hanya jatuh cinta namun rasa itu di anggap begitu dosa dan tabu oleh mereka— Juandra. Maka itu akhir dari pertemuan tadi adalah ketua Juandra yang sebelumnya akan turun tangan membereskan ini, yang tandanya keduanya harus menghadapi Minggu depan dengan celotehan sadis dari mereka yang membuat hari miris.

   Mada merengkuh Jendra dengan peluk nya, di bawah senabstala yang sudah gulita di belakang gereja tua kedua nya di saksikan angin perihal rasa ingin untuk bahagia namun ditebas dengan opini mengiring dari mereka yang bersabda bagai tuhan yang maha benar.

   Mada akan membawa Jendra untuk bertaruh dengan mereka yang menyebabkan biru disini ada Mada yang akan memberi peluk terbaik untuk membasuh debu patah hati, jiwa Jendra tidak sekuat raga nya maka dari itu Mada berucap "setidaknya jangan terus-terusan bersikap seolah kuat"

   mendengar itu Jendra yang merebah pada dada bidang Putra Argantara tersenyum miris hisapan nikotin itu ia akhiri dengan membuang puntung yang sudah mati karna di jepit jari itu "benar ahahaha menyedihkan, gua lemah bukan Gamada?" ucap nya melas.

   Telapak tangan Jendra itu Mada ambil, dilihat nya banyak guratan bekas luka dan juga di jemari nya ada  debu abu-abu dari tembakau yang dibakar di usap lah perlahan jemari itu hingga terlihat sebuah kemerahan karena jari telunjuk dan ibu jari itu dipakai untuk mematikan api dari batangan nikotin "lantas kenapa harus merasa merendah hanya sebuah deklarasi atas perasaan juga hati yang lemah?"

   "menurut gua, lemas sangat menjijikan mad"

   Mada pun diam lalu mengambil hansaplast disaku denim lusuh nya itu, lalu di balutkan perban luka kecil itu kepada jari Jendra hanya ada satu maka yang dipilih yang paling merah yaitu telunjuk.

    Selesai membalut luka di kedua jari Jendra itu Mada menatapnya dengan sungguh "Lemah hanya sebuah predikat atas asa manusia yang tertumpuk jadi nestapa itu takaran kesanggupan manusia ntah predikat si kuat atau si lemah keduanya membuat seimbang. Kalau semua orang menunjukkan sisi kuat nya melulu maka sisi lemah itu harus di redam? egois sekali. tidak sayang sama perasaan sendiri?, mengecap diri lemah sesekali itu tandanya berusaha mengerti perasaan sendiri lo ngga harus selalu kuat, karna lo hidup dimana manusia punya rasa yang ga melulu harus sempurna penuh dengan kekuatan juga bahagia"

   Jendra merasa hening, meresap seluruh kata Mada tanpa bergeming hanya tubuh nya saja yang diselimuti angin dingin malam ini, mungkin benar kata Putra Argantara bahwa menunjukkan sisi lemah tidak melulu menjijikan itu adalah salah satu cara menghargai perasaan sebagai manusia.

   Maka dari itu, malam ini Jendra akan mengakui dirinya lemah dengan lantang kepada dia yang dicaci oleh mereka yang membenci dan malam ini ia akan menunjukkan sisi ini kembali kepada Mada yang sudah paham betul tentang dirinya.

   Angin dingin tidak cocok untuk Jendra yang hanya memakai kaos, maka perlahan Mada membuka jaket denim lusuh yang ia gunakan itu untuk Jendra yang sedang merenung menyuarakan lelah nya yang terkurung.

   "Mada, hari ini dan hari selanjutnya tolong kuatkan gua karena gua terlalu lemah" permainan Putra Andigala itu mendapat senyum simpul dari Gamada.

   Gamada tidak punya hal yang layak untuk diberi sebagai penggambaran jatuh hatinya untuk Jendra namun ia punya jaket lusuh yang akan membungkus dingin nya angin malam untuk menghangatkan Jendra, ia punya prakata sederhana untuk sedikit meredakan luka Jendra yang membiru ia juga punya peluk hangat untuk membuat panglima Juandra itu merasa aman juga nyaman dalam lelah nya dunia yang bajingan.

   Mada tidak punya hal yang layak, tapi semua hal yang ia punya akan ia berikan untuk Jendra seorang.

JUANDRA

[✓] JUANDRA | MarkNoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang