ix. mereka tidak akan pernah tahu.

322 38 0
                                    

:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

:

  Kabar sudah di dengar oleh angkatan atas karna kasus ini yang diminta untuk di tutup rapat dengan seenaknya Jakas memberi tahu berita ini di grup gabungan, sungguh picik itu yang Mada pikir.
 
  di dalam markas, anak-anak Juandra juga dua perwakilan angkatan atas hadir dan kini duduk melingkar dengan memusatkan Jendra juga Gamada di tengah nya, ada Juna dan juga Deka yang menjadi perwakilan nya kini.

   "untuk lo Jendra, panglima Juandra apa lo udah sadar atas kesalahan Lo?" Tanya Juan dengan tangan yang menyilang di dadanya menatap Jendra dingin.

    "semua orang berhak untuk jatuh cinta, tapi menurut kalian kami tidak kan? kalau begitu gua Gamada yang akan meminta maaf atas kesalahan yang disebut sebagai jatuh cinta itu" ucap Mada dengan menatap satu persatu, tidak akan Mada biarkan mereka merundung Jendra menyudutkan lelaki itu hanya dengan kesalahan kedua nya yang ; jatuh cinta.

   Mereka kan ngga pernah tau sedalam apa luka yang terpatri di antara kedua adam ini sebelum nya, mereka kan ngga pernah tau tangis, bengis, juga sakit yang dilalui dan sebajingan apa alur dunia yang membawa mereka berdua terombang-ambing oleh nestapa asa — mereka ngga akan pernah tahu.

   Maka dengan segala kerendahan diri yang Mada punya ia akan berucap maaf dengan beribu simpuh dan memudarkan rasa angkuh, kalau itu bisa ia lakukan maka akan ia lakukan.

   Mada tahu kalau Jendra diam bukan nya ia tidak berani melawan atau pengecut bersembunyi dibalik Mada namun pria itu hanya berusaha menahan emosi nya untuk tidak menyakiti anak Juandra karna rasa sakit ia di hari ini yang penyebab nya adalah Juandra tidak bisa mengurangi rasa sayang nya untuk Juandra ; karna Juandra adalah rumah terbaik yang ia punya selain Mada. Karna lewat nya— Juandra membuat dunia terasa lengkap.

   Kalau di ingat dalam sebuah kilas balik, Jendra masih ingat lima tahun lalu bagaimana ia dibawa oleh sepupunya, Deka. diperkenalkan lah ia kedalam sebuah perkumpulan yang sudah terkenal nama nya di tanah Pasundan ; Juandra itu yang mereka bilang, di saat dunia Jendra sedang sepi di saat itu juga rengkuhan dari Juandra datang bertemu dengan orang-orang baru ia menjadi satu anak yang menjadi kebanggaan panglima nya dulu; Tendra yang tiga tahun kemudian membuat Jendra menjadi panglima Juandra.

   Tidak akan pernah lupa bagaimana saat Jendra pertama kali jatuh dari motor dan mendapat luka di dengkul yang sangat dalam, ada sebuah tangan lancang yang terulur menyambut nya membawa ia merangkak dengan tertatih tanpa perkenalan terlebih dahulu Jendra sudah berteriak bajingan pada seseorang yang membuat ia meringis karna mengobati luka nya, dengan ringan nya tangan penuh goresan nya itu terulur dengan kalimat yang terucap sebagai perkenalan pertama adalah ;

   "nama gue Mada sedikit bajingan tapi sama rata ko sama baik nya"

   Mengenal senior yang satu itu, Jendra jadi sedikit penasaran dengan seorang pria jenaka yang ceroboh nya minta ampun, buat telor ceplok aja toping nya garam yang asin nya setengah mati tapi pria itu dengan cengiran nya tetap melahap telor itu hingga habis, mubazir katanya.

   Pertemuan mereka terus berlangsung juga interaksi yang sering nya bertengkar karna kecerobohan Mada atau sikap tengil Jendra, pernah ada satu saat Jendra yang sedang mengambil wudhu tiba-tiba saja Mada mengikuti nya di sebelah nya saat sudah selesai mengambil wudhu Jendra bertanya pada Mada "mau sholat masing-masing atau berjamaah?"

    Mada pun terdiam kemudian mengeleng "masing-masing aja" saat sudah sampai di depan masjid hanya Jendra yang menghentikan langkahnya namun Mada tetap berjalan di teriaki lah pria yang semakin berjalan maju.

   "mau kemana?"

   "mau kebaktian di Gereja" itu katanya tanpa membalikan tubuh nya.

   Jendra yang mendengar itu pun netra nya membulat kaget "terus tadi ngapain wudhu" tanya nya,

   Mada pun akhirnya berbalik menatap Jendra "gua cuman ngikutin lo, gua kira cuci muka?" satu jawaban yang paling Mada ingat saat itu,

   "tolol"  itu kata Jendra yang kemudian masuk masjid, ntah batal wudhu nya yang jelas Jendra saat itu berwudhu kembali katanya.

   Interaksi yang sering dengan minim nya emosi yang mudah tersulut— Mada dan Jendra yang selalu berselisih tanpa menemui celah untuk bisa berdiskusi secara damai tampan otot, namun ada satu masa dimana obrolan malam itu dengan sebatang nikotin juga keluh dalam kesah yang membatin pertanyaan Jendra juga jawaban dari Gamada.

   sederhana nya sebuah pertanyaan perihal adil dari semesta, begini katanya "lantas mengapa kalau semesta adil masih ada manusia yang bahagia dan tidak? adil mana yang dimaksud jika semua tidak sama rata?"

    Pertanyaan dari Jendra yang sedang kalut dalam resapan emosi itu dapat Mada jawab dengan sederhana "karna jawaban nya, ga memang semesta ngga adil tapi dia memberi pilihan pada kita terlepas dari bahagia atau tidak itu kita yang perjuangan. jadi bukan karna semesta kita bahagia atau tidak tapi karna kita sendiri yang menentukan nya" setelah pertanyaan itu di jawab oleh Mada maka Jendra mulai mendalami makna dari setiap kata yang di ucapkan oleh Mada namun hingga hari-hari selanjutnya di saat ia mencoba mencari tak ia temukan apa yang ia cari.

   Namun pada suatu sore, lagi-lagi obrolan mereka di temani oleh sebatang nikotin pembicaraan panjang itu merembet pada pertanyaan Mada

    "Jendra mau bahagia?"

    Pertanyaan itu mendapatkan respon bingung dari Jendra sore itu.

    "titipin hati lo ke gue, gua buatkan semesta raya yang bahagia untuk panglima Juandra yang banyak luka juga duka ini"

   seperti mendapat tantangan maka perlahan Jendra coba untuk setuju atas tawaran bahagia yang diberi oleh Mada dan menutup matanya seolah buta dengan aturan dari jatuh cinta yang sejatinya hanya dicipta untuk adam dan hawa bukan kedua adam, itu kata mereka yang paham atas norma dan ketetapan. menjalankan kisah menuju kasih dengan beralaskan rasa penasaran akan bahagia yang dicari akhirnya debaran yang tidak sopan itu muncul itu memberi Jendra kekuatan untuk menumpuk satu ruang bahagia bersama Mada, keduanya tak paham apa yang mereka jalankan tapi yang mereka paham adalah rona asmara yang orang sebut jatuh cinta ini sudah berjalan bahkan hingga kini, apa yang dilalui adalah hal yang tidak mudah untuk dilalui untuk merasakan senyum dalam jerit pun seringkali mereka lalui dengan kedua nya yang berusaha merengkuh luka yang belum mengering satu sama lain— perdebatan masih sering terjadi, tapi rasa sayang nya jauh lebih dalam dan itu semua alami di dalam dunia yang bajingan mereka saling memeluk untuk membuat semesta nya terasa ringan.

   Mereka yang kini menatap dengan tabu tidak akan pernah tahu bagaimana keduanya membasuh dan mencari penawar atas luka juga duka yang diramu dalam skenario nya dan untuk mengubah itu mereka mencari adil nya sendiri untuk bahagia dengan semesta raya nya sendiri, namun mereka berkata dengan lantang bahwa keduanya — Gamada juga Jendra tidak lebih dari pengagu.

   ah, tapi kan mereka tidak akan pernah tahu penilaian mereka hanya berbatas pada dosa juga tabu.

JUANDRA

[✓] JUANDRA | MarkNoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang