🗒️ ; Coba dengarkan lagu semesta redup - Swain Mahissa agar lebih masuk feel nya.
:
"Hari ini kita sukses jadi pemeran utama, besok peran apalagi yang kita jalani ya Jen?"
Lagi-lagi di belakang gereja tua, dengan beralaskan rumput liar itu Jendra dan Mada merebah.
"lama-lama direkrut jadi pawer renjer lah gua?"
"warna biru ya jen"
"Pink mad, biar maskulin" keduanya terkekeh lantas terdiam sejenak.
Untuk segala hal yang hampir berlalu sejauh ini, ada jiwa-jiwa nelangsa yang sebenernya rapuh tapi dipaksa untuk berdiri tegak tanpa ada celah untuk mengeluh.
Kalau dunia memberi semua afeksi perihal sakit hati, maka jalan keluar nya hanya satu ; menghadapi nya dengan sepenuh hati.
Menjadi manusia, dengan berbagai ragam sifat juga bentuk dan menjadikan nya sebagai karya dengan bentuk yang tidak pernah serupa karna di dunia ini yang sempurna hampir mustahil kecuali Tuhan,
tapi mengapa? manusia mengadili sepihak bagai tuhan yang maha benar?, Mada dan jendra tak tahu jawaban yang pasti, hanya saja ada pertanyaan sehabis sunyi.
Mada bertanya "Jen, apa kita berhenti sampai sini aja?"
Mendapat pertanyaan yang sebelum nya tidak pernah terpikirkan untuk Jendra, dia menoleh pada Mada "apanya? lo dan gue? sudah sejauh ini mau berhenti?"
Mada terdiam, ia merasa gelisah dan menatap Jendra lekat, netra keduanya bertemu tanpa sekat untuk memisah. Mada menghela "tapi lo akhirnya tetap harus memilih kan?"
"dan memilih jalan untuk berhenti berjuang sama lo? itu mustahil"
Mada tertawa kecut, dengan air wajah seperti terbawa kalut "tiga tahun, udah berjuang sejauh ini masa mau berhenti karna di tentang mereka yang ngga mengerti"
Jendra paham, Mada hanya ingin mendapat kepastian perihal rasanya.
Jendra juga paham kalau Juandra sangat penting maka dari itu Mada mempersiapkan pertanyaan itu dari sekarang takut nanti saat Jendra menentukan pilihan nya Mada sudah siap hati untuk sakit.
Kalau ada sebuah pilihan, maka harus ada hal berharga yang dikorbankan dan seorang Gamada Argantara jauh lebih dari sebuah kalimat 'berharga'
"Jendra, gua akan selalu bersama lo bagaimana pun keputusan lo" ucap Mada dengan sungguh, dan dari situ Jendra hanya terdiam bisu merasakan telapak tangan kasar itu mengegam rahang nya yang tegas.
Lalu Mada pun melanjutkan ucapan nya "Jendra, kalau keputusan lo tentang merelakan kita ini akan jadi pilihan nya, maka jangan takut untuk patah hati membayangkan gua bersama wanita cantik karna lo—" Mada terdiam, menahan tangis nya agar tidak keluar karena ia tahu Jendra pun butuh kekuatan, kalau dirinya menangis jadi apa mereka? dengan suara yang mulai merendah untuk menahan getar, Mada pun sedikit memajukan wajah nya "—karna lo akan gua jadikan perjalanan terakhir dengan rasa cinta yang ngga akan pernah usai sampai akhir meskipun kita sudah. gua pastikan ini, lo akan jadi yang terakhir dan abadi bersama takdir"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] JUANDRA | MarkNo
Teen Fictiona markno lokal au ; warn bxb content. "mereka bilang, kisah kita tak pantas untuk di pantaskan" © lokarasi, 2O22