12. 𝐩𝐞𝐬𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐚𝐧, 𝐉𝐞𝐟𝐟𝐫𝐞𝐲

62 12 83
                                    

|
|
|
|
|
♥︎
|
|
|
|
|
♡︎
|
|
|
|
|
♥︎
|
|
|
|
|
♡︎
|
|
|
|
|
꧁ 𝑹𝒆𝒕𝒊𝒔𝒍𝒂𝒚𝒂 ꧂


×÷×

Mungkin semuanya telah usai.

Mungkin semuanya berakhir sampai disini.

berakhir dengan tanda tanya besar dan gejolak rasa sakit yang bukan main di dalam lubuk hati yang terdalam.

Tak ada yang lebih pedih daripada kehilangan orang terkasih, yang dimana kehadirannya bersarang kuat dalam kehidupan beberapa orang di luar sana, seolah segalanya bukan apa-apa tanpa sesosok nya.

Kini semuanya berakhir, benar-benar berakhir.

Diri dengan genangan masalah yang tak ada habisnya, kini mulai di peluk bumi dengan erat.

Memilih untuk berhenti dan beristirahat, takdir memberinya waktu untuk beristirahat setelah semua rasa sakit yang di rasakannya.

Sendirian, tak ada yang menemani, lalu semua itu masih menyisakan rasa pedih yang teramat sakit.

Kini hanya ada bayang-bayang akan kehadirannya semasa ia masih ada, bayangan yang terus terlihat jelas seolah nyata. Lantas atma yang lemah mulai goyah akan kenyataan, pandangan akan bayang-bayang dan kenyataan seolah pudar tak terlihat.

Di lantai yang dingin, Jeffrey terduduk lemas, seolah nyawanya akan keluar. Tak ada cahaya dalam sorot matanya, begitu redup dan kosong, seolah tak ada kehidupan di dalam sana.

Mulutnya terkatup rapat, matanya menatap lurus ke arah pintu, suara berisik dan tangis di luar sana sukses membuat Jeffery sakit kepala, rasanya akan pecah.

Ia tengah membuat fondasi, terus berteriak di dalam sanubari, agar bisa kuat dan bertahan, namun malah berakhir ia yang menyesali waktu.

Mengapa dahulu, ia tak bisa sering menghabiskan waktu dengan Hanna.

Mengapa dahulu, ia tak memberi perhatian lebih banyak.

Dan mengapa dahulu, ia tak sering mengucapkan, bahwa ia begitu mencitai Hanna.

"H-hanna...." lirihnya, lalu ia mulai menelungkupkan kepalanya.

Rasanya begitu berat ketika ia menarik napas, lalu ketika berhembus-- malah semakin menyakitkan.

Kini ia tak akan pernah lagi melihat senyumannya.

Ia tak akan lagi mendengar ocehan Hanna yang kerap kali mengingatkan Jeffrey agar terus berjuang dalam studi S2 nya.

Semuanya usai, Hanna berpamitan dengan cara yang cukup menyakitkan.

Di sisi lain, Hendery tengah menghilang. Setelah kejadian ia yang tak bisa mengendalikan diri di ruang jenazah, malamnya Hendery pergi tanpa sepengetahuan yang lain.

Entah kemana, entah untuk apa, Hendery tiba-tiba pergi menghilang bagai di telan bumi.

Semuanya kelabakan, semuanya kacau, semuanya tengah berduka. karena terlalu berat melihat Hanna yang waktunya telah usai, garis takdirnya telah berakhir, dan dirinya yang berakhir di lahap masa.

"Jeff, keluar yu? Makan dulu nak, kamu belum pulih, kamu masih harus perhatiin diri kamu," ibu Jeffrey yang tengah membujuk Jeffrey di balik pintu kamarnya,  tubuhnya lemas karena hal yang di takutkannya kini terjadi.

Pukul 11 malam tadi, Jeffery sadarkan diri, tubuhnya masih belum pulih dengan sempurna, bahkan seharusnya Jeffery tak boleh pulang dan harus melakukan operasi lagi untuk proses penyembuhannya, namun ia menolak keras.

Retislaya || 𝐇𝐞𝐧𝐝𝐞𝐫𝐲 𝐖𝐚𝐲𝐕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang