Tak kuasa menahan puas akan kenyataan bahwa Lala masih mengingatnya, sebelah bibir kenyal Mosca mengembang. Wanita itu... Lalana Khumpai... wanita yang tak bisa menyembunyikan ketertarikannya barang bersikap acuh tak acuh. Wanita yang terasa akrab meski belum lama saling bersahutan. Wanita yang menghilang begitu saja seakan tak menimbang benefit dari sebuah hubungan pelik. Entah percaya diri kelewat tinggi atau memang tak bermotif, yang pasti karena hal itu pula Lala terkesan menawan meski patut diakui juga bahwa kala itu ketika matanya terbuka separuh dirinya kecewa. Mendapati ranjangnya kosong usai pergulatan panas yang mampu membuatnya tidur lelap setelah sekian lama... percaya atau tidak tidur nyenyak semakin langka terjadi saat dirinya mengemban peran orangtuanya yang telah tiada. Dan di saat itu, di saat yang kebetulan sekali ia bisa bersantai, ia berharap ketika matahari tiba akan ada pelukan hangat yang menyambut sebagai pembuka hari. Mengucapkan selamat siang atau basa basi apalah lalu berujung ke pergulatan berikutnya atau makan di restoran hotel. Nyatanya, jangankan menghayal, sepucuk surat ucapan selamat tinggal pun tak ada. Kalau ditanya apakah sampai disana rasa kecewanya? Tentu saja tidak. Biasanya, ketika Hara membocorkan pengumuman terkait lagu baru K2O, yang selalu ia perhatikan adalah Hara. Namun karena pengalaman malam itu... seberusaha apapun ia memfokuskan diri pada Hara, matanya akan selalu menangkap wanita Thailand itu. Mengulang kaset rusak yang entah mengapa kekeh tak mau di hapus. Dan walaupun ia berinisiatif mencari duluan, menilai dari akhiran yang payah pertemuan mereka... dapat disimpulkan bahwa Lala tak ingin dicari.
Tanpa sadar dari tadi Mosca masih mengetuk layar tablet. Sibuk dengan isi kepalanya mulai mengutuk daftar pekerjaan yang kemungkinan besar pertemuan begini akan terjadi meski tak menyangka juga akan secepat ini.
"Kalian saling kenal?"
Pertanyaan Hara menghentikan ketukan, tak mungkin Mosca menjawab mereka saling kenal pasti akan berujung pertanyaan berikutnya dimana mereka kenalan. Mosca mencermati penampilan Lala. Lebih natural ketimbang Billie Eilish gadungan. Rambut hitam seleher masih dengan poni rata andalan menutup alis, pada bagian bawah tepatnya bagian dalam di cat putih butek masih ada campuran warna kuning. Hari ini wanita itu mengenakan kontak lens bersemburat abu abu bercampur kebiruan tanpa bantuan sepuhan rias. Memperjelas lipatan pada matanya yang bulat, begitu pula hidungnya yang juga bulat. Dan bentuk wajahnya yang bulat begitu pula tulang pipi yang tengah mengembang bulat akibat bibir mungil disana melengkung kebawah menahan canggung. "Tidak, aku bertanya karena dari tadi diperhatikan." Mosca mengalihkan pandangan kepada Hara lantaran tergelitik hendak tertawa. Untuk seukuran idol yang pernah melakukan cinta satu malam lalu menghilang... wajah Lala terlalu polos. Usia wanita itu bahkan dipertanyakan apakah sudah tergolong legal atau dibawah usia. "Kalian baru mau latihan?"
Hara mencermati pakaian mereka. T-shirt panjang kebesaran dan celana training. "Nope..." Paham dari mana pertanyaan itu bersumber.
Helaan nafas pelan Lala tertangkap Mosca basah. Ia bertanya mengapa wanita itu dari tadi memperhatikan dirinya masih memasang ekspresi serius. Tak berharap banyak senyum manis di sana memudar karena takut, malah lebih berharap mendapat balasan tebar pesona. Akan tetapi jawaban Lala sama sekali tak menghibur. Belum pernah melihat keberadaan dirinya di kantor? Sungguh elakan yang bagus. Mengundang campur tangan lain karena kini wanita yang dikenal sebagai Miso nimbrung membela Lala. Meyakinkan mereka semua bahwa rasa penasaran Lala memang besar, dari mata Mosca bisa dilihat Lala lega ada yang rela menjadi bemper.
"Kau tidak terlihat seperti orang Korea, tetapi penguasaan bahasa mu fasih, berapa lama kau tinggal disini?" Eva bertanya tiba tiba menggunakan bahasa campuran antara Korea dan Inggris, memajukan dadanya yang sekal menekan bibir meja dan raut wajahnya... emmm... terlalu ekspresif... untuk Mosca.
Mosca melirik ke samping bawah mencoba mengingat berapa lama dirinya tinggal di negara ginseng tersebut. Namun Hara lebih cepat menghitung menjawab pertanyaan tersebut. Tujuh tahun sejak masuk kuliah... waktu betulan cepat berlalu seperti yang dikatakan orang tua. Rasanya seperti baru kemarin ia terbang, melihat lihat lihat gedung kampus dan kurikulum, bolak balik perpustakaan dan kantor. "Kau lucu." Mosca menampakkan senyum lembut mendukung bahasa tubuh yang ramah. "Bisa bertanya terang terangan begitu kepada orang tak dikenal. Apa kau berusaha?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Adorable Bottom CEO [Mature]
Romance*Note : Buku ke 14 O Yen [search : mencret9x] Moscana Dahlqvist, di tengah mimpi buruknya memerangi insomnia tak berkesudahan. Secara tidak sengaja bertemu seorang idol ternama yang berujung kencan satu malam. Lalana Khumpai, bisa jadi adalah penawa...