Chapter V

150 8 0
                                    

Sudah tiga hari Mosca menghabiskan waktunya lebih banyak terkapar, bangun cuma untuk menerima pelayanan ekstra dibuatkan makanan serba enak yang tak lain adalah pertukaran dari aktivitas bergulat. Menandai setiap tempat yang bisa di tandai bukan cuma dalam ruangan bersekat, tetapi juga di taman pribadi dan jangan lupa ide di dalam kolam. Sungguh entah sudah yang keberapa kali Mosca memegangi lehernya yang serak dan masih saja di tarik ke dalam pertempuran memabukkan. Mesti tidak dalam bentuk paksaan, respon tubuhnya selalu saja menerima dengan tangan terbuka sekalipun sudah diperintahkan untuk menolak. Membuat Mosca ingin lompat ke jurang setiap kali tulang punggung dan pinggangnya bergemeletuk memprotes sebagai bayaran, tapi bisa apa dirinya? Ia lebih suka mati dalam senang ketimbang hidup merana. Ditambah lagi mendengar pengakuan akan dirinya yang dijadikan bayangan alat pemuas kebutuhan primitif, mencicipi sisi liar sosok yang terkenal anak baik baik di hadapan media, kalau dirinya mati ditengah berhubungan pun ia rela. Berlebihan? Coba bayangkan saja makan es krim paling enak yang pernah dibuat oleh Gordon Ramsay lalu setelahnya makan es krim pabrikan tidak ternama yang komposisinya saja dipertanyakan. Seperti itu rasanya, seperti sebuah berkah diberi kesempatan mencicipi es krim terenak lagi.

Masih berlindung di balik selimut Mosca keluar mengenakan jubah tidur pergi ke dapur setengah tidur hendak membasahi tenggorokannya. Mengacuhkan Lala yang tetap bertenaga sempat sempatnya main game entah game apa karakter yang dimainkan wanita itu berbicara kepada para hewan penghuni disana. Mosca membuka keran membasuh muka, baru selesai mengambil air dari kulkas tahu tahu Lala sudah mematikan tv dan konsol berdiri di belakang Mosca. Menyibak tirai yang menutupi leher penuh bekas isapan, menjulurkan lidah menyentuh bekas termerah lalu menghirup tengkuk disana dalam sampai sampai udara yang ditarik mirip suara udara dihisap mesin penyedot debu. Dihembus pelan hingga Mosca menutup mulut menahan desahan yang terselip keluar begitu saja, seringai Lala semakin lebar. Tentulah wanita itu memanfaatkan titik sensitif tersebut sebagai awal dari ronde kesekian mereka.

"Jangan bilang aku sedang berhadapan dengan anak telat puber." Ucap Mosca serak sama sekali tidak memblokir kedua tangan Lala yang dari tadi merayap menyentuh setiap tempat di tubuhnya sana sini penuh gairah.

"Aku tak bisa berhenti, dan aku tak mau berhenti."

"Selalu ada hari esok."

"Hari esok kita bisa jadi terpisah sekian minggu. Kau tahu maksudku." Lala mengusap sebelah pipi Mosca dengan punggung tangannya lembut. Mendaratkan kecupan di pipi sebelahnya lalu satu lagi di bibir usai wanita itu menghabiskan isi gelas. "Dingin." Tetap tidak membuatnya berhenti malah melumat lebih dalam menautkan lidahnya. Mengunci ruang gerak lawan mainnya mencengkram ujung pinggiran meja set dapur, ia merasa mendominasi.

"Bagaimana kalau gantian aku yang diatas? Tidakkah membosankan selalu mendominasi?"

"Prft! Kata siapa?" Lala menjelaskan celana dalam favoritnya yang bisa menampung dua alat vital buatan bisa bergetar yang dari kemarin ia gunakan. Sedikit terkejut pemiliknya sendiri tidak tahu ada benda tersebut namun itu tidak penting pikirnya. Darahnya sudah mengalir deras mengaburkan akal sehat, sekujur tubuhnya terasa hangat dan kedua tangannya tak kunjung puas ingin meraba lebih setiap kali melihat air wajah lengah wanita di hadapannya. "Ku harap kedepannya kau lebih terbuka seperti ini. Aku menyukainya." Ia melanjutkan apa yang telah di mulai. Mengangkat sebelah paha Mosca menggesek bagian disana dengan pahanya, tetapi Mosca menahan memberi jeda memilih tempat empuk sebagai medan. Dan Lala tersenyum mengiyakan, memilih sofa sebagai tempat sasaran, begitu ruang gerak dibuka Mosca meloloskan diri pergi ke lorong utama. Menjentikkan jemarinya merayu, menghilang saat Lala berkacak pinggang memalingkan wajah sejenak. Tahu tahu Lala didorong sampai terbaring di atas ranjang saat tiba di kamar utama. "Tidak baik menyerang dari belakang nona CEO seksi."

"Terima kasih?" Mosca duduk di perut Lala mencengkram kedua pergelangan wanita dibawahnya. Puas bobot tubuhnya masih sanggup membekukan mesin penunggang berjalannya meski ternyata tidak bertahan lama karena Lala entah menggunakan teknik apa bisa menggulingkannya kesamping dengan mudah dan keadaan berbalik gantian Lala yang menduduki perutnya. Sama sekali tidak goyah sekalipun Mosca berusaha membalikkan keadaan. Akhirnya Mosca menangkup wajah Lala mendekat. "Usaha mu patut di apresiasi, sekarang biarkan aku yang melayani. Pretty please?" Awalnya Mosca mengira Lala akan kekeh dengan jiwa kompetitifnya, alih alih malah menyerah tanpa perlawanan terlebih dahulu. Membuat Mosca menahan tawa meski sempat disamarkan oleh kecupan yang dilayangkan ke dahi wanita yang kini rebahan disampingnya, ia menghirup aroma Lala dalam.

Adorable Bottom CEO [Mature]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang