Aura yang kuat dan terasa anggun. Tatapan yang berkarisma namun sendu, termapang jelas di diri Athisa.
Kedua pemuda dengan surai abu itu merasakan hal yang berbeda. Dan apa tadi ucapan gadis itu? Senang bertemu dengan mereka? Seperti baru pertama kali melihat kedua sosok itu saja berada di sini.
"Sedang apa kau di sini? Apa kau ingin cari gara-gara dengan kami?" Tanya sang bungsu dengan sedikit suara yang terdengar nyolot.
Athisa tersenyum maklum. Sifat Atasia perlahan menurun padanya. Tenang, dan berpikir jernih. Sepertinya kedua hal itu dibutuhkannya sekarang.
"Tidak, justru sepertinya kalianlah yang sedang mencariku. Ah, lebih tepatnya kita saling mencari dan membutuhkan antara satu dengan yang lain saat ini. Kalian butuh aku, dan aku butuh kalian"
Kedua pemuda ini mengerenyitkan alis mereka hingga hampir bersentuhan. Bingung. Apa gadis ini tahu rencana mereka kemarin malam? Padahal Rion belum bilang apa-apa pada gadis ini. Aneh, tapi ini terjadi di depan mereka. Seperti ada suatu takdir yang menarik mereka untuk bertemu.
Gadis ini mendekat ke arah mereka. Ia berlutut dan kepalanya tertunduk seperti orang yang ingin mengakui suatu kesalahan atau semacamnya.
"Lexo, Rion...Gomen ne"
Sebuah cicitan kecil dari bibir ranum itu sontak membuat mereka terkejut. "Apa...maksudmu?"
Gumaman Lexo sontak berhasil membuat kepala dengan surai indigo itu terangkat kembali.
"Kejadian waktu itu...bermula dariku. Araya yang tiada dan semua hal yang menimpamu...semua salahku. Andai waktu itu aku bisa bertahan demi keluargaku. Andai waktu itu aku bisa mengalahkan dia...semuanya tidak seperti ini. Maafkan aku Lexo. Maafkan aku Rion. Maafkan aku," tangis Athisa pecah saat itu juga.
Lexo memikirkan semua penuturan gadis ini. Ia mengingat semua kesalahan yang mungkin berurusan dengannya. Apa? Dan kapan? Dirinya tak tahu pasti. Tapi semua hasil pemikirannya mengerucut pada satu titik yang sama, yaitu Atasia Tsugura. Bila itu benar maka...
Rion membelakan matanya. Dirinya seperti bisa melihat 2 sosok samar yang sama tengah bersujud di depannya. Setelahnya ia melihat sang adik yang ada di sampingnya. Putra bungsu Doveri ini menggelutukan giginya. Sepertinya dia marah. Apakah yang dipikirkannya sama dengan sang adik?
Lexo jongkok di depan gadis ini. Semeraut rasa amarah tengah mengendalikan dirinya. Apakah emosinya akan meluap?
"Kau...hanya bilang maaf setelah semua itu terjadi padaku? Kau hanya bersujud seperti ini? HEY DEWI. JIKA KAU SUDAH MEMBERIKAN INGATANMU PADA GADIS INI, HARUSNYA KAU TAK USAH MENYURUHNYA MENEMUI DIRIKU. AKU SUDAH MUAK UNTUK MENERIMA PERMINTAAN MAAF," napas pemuda ini memburu. Ia meremat lengan atas gadis yang tengah sujud di depannya. Menatap nyalang akan manik indah itu dengan penuh amarah.
"INGAT DEWI!! KALAU BUKAN KARENAMU DULU, MUNGKIN RUMAH SERTA TANAH KELAHIRANKU TIDAK HANGUS DAN MUSNAH. KALAU BUKAN KARENA SUAMIMU DULU, MUNGKIN AKU TAK AKAN KEHILANGAN ORANG YANG KU SAYANGI SEPERTI INI. KALAU BUKAN KARENAMU...GURUKU TIDAK AKAN MATI DAN MENINGGALKANKU"
Sruk
Plak
"LEXO"
Satu tamparan keras mendarat di pipi Lexo. Kakaknya menatap adiknya dengan pandangan yang tak mengerti.
"Tenangkan dirimu. Dia tak salah, tapi...masa lalu dialah yang salah. Gadis ini hanyalah jiwa baru yang menanggung masalah di masa lalu. Kau mencak-mencak padanya pun tak akan pernah bisa mengubah semua masalah yang telah terjadi"
"Bukankah kau ingin menerima dan memafkan masa lalu serta memulai semuanya dari awal, Otouto? Apakah perkataanku waktu itu kurang kau pahami? Apakah perkataan Aramaya-San tak bisa mengubah sudut pandangmu? Kita semua tahu kalau Araya-Sensei tidak pernah mau semua ini terjadi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Keajaiban Cinta
Teen FictionKoguso. Monster yang sudah tersegel beberapa ratus tahun lamanya, kini terlepas dari kristal Tsugumi Yang Agung. Segel itu tidak sengaja dilepas oleh Exolus. Karena telah melakukan hal yang mengancam Kerajaan Maksovo. Raja Europa mengutuk putranya i...