{7} Senyum Kebahagiaan

5 2 0
                                    

Setelah acara mengesedih tadi pagi, gadis Sakara ini buru-buru mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah.

"Apa masih sembab?" Tanyanya sembari melihat bayangannya sendiri yang terpantul dicermin.

Tangannya menepuk-nepuk pelan pipinya yang gempal, untuk menghilangkan setiap bekas-bekas jejak sehabis menangis.

Memang matanya sedikit sembab, tapi ini lebih baik dari pada sebelumnya. Mata dan hidung yang memerah, karena gejala menangis yang telalu lama telah hilang.

Kulit wajah yang memerah-pun, juga sudah berganti dengan putihnya kecantikan alami seperti sedia kala.

Seutas senyum mengembang dibibir ranumnya. Menciptakan kesan indah disetiap tampak dirinya, yang mungkin dapat memikat hati para kaum adam.

Selesai dengan kegiatan merias diri, kini langkahnya menuju keluar kamar. Menuruni setiap anak tangga secara hati-hati, agar menghindari kecelakaan kecil yang mungkin mengakibatkan kecacatan.

Exolus yang melihat Athisa telah sampai dilantai satu-pun, langsung menghampirinya. Dia cukup terpana pada gadis itu yang mengenakan setelan seragam perempuan. Cantik, namun juga terkesan imut.

"Ka-kau sudah mau berangkat?" Tanya Pangeran Tsugura itu dengan pengucapan yang sedikit terbata.

"Hm, aku sudah mau berangkat. Oh iya, Exolus. Kemungkinan aku akan kembali saat jam makan siang. Kau tidak apa-apa, kan sedirian dirumah?" Athisa mengangguk. Dia memberikan pertanyaan kembali, sebagai pendamping dari jawabannya untuk sang pemuda tampan ini.

"Aku tak apa-apa sendirian dirumah. Tapi..."

"Tapi apa?"

"Aku ingin menjemputmu saat pulang dari akademi"

"Eh, memang kau tau tempat akademiku berada dimana?"

"Tidak, tapi aku akan tahu dimana kau berada melalui kalung ini," kepala Exolus menggeleng. Namun tangannya mengarah pada kalung yang tengah tergantung dileher Athisa.

"Wah, seperti alat pelacak saja," gurau Athisa yang kenyataannya dia takjub.

"Anggap saja seperti itu, nona," ucap Exolus dengan rasa hormat.

Athisa melangkahkan kaki menuju genkan untuk mengenakan sepatunya. Memasangkan sepatu, disetiap kaki jenjangnya.

"Aku berangkat dulu Exolus. Sampai ketemu nanti di jam makan siang. Ittekimasu," serunya sembari membuka pintu.

Tinggal selangkah lagi dia keluar dari pembatas pintu ini. Tapi tiba-tiba tangannya dicegat oleh Exolus. Tangannya ditarik, hingga mengakibatkan punggungnya menyentuh dada bidang berbalut kemeja biru milik sang pemuda yang berada dibelakangnya.

Cup

Kecupan singkat Exolus berikan pada pipi gempal milik Athisa. Walaupun singkat, tapi hal itu berkesan sekali untuk sang gadis.

"Itu kecupan penyemangat untukmu yang akan belajar di akademi. Sampai nanti, Athisa," bisiknya pada telinga gadis berusia 18 tahun ini.

"O-oh, Arigotou. Ano, Jaa na," Athisa langsung ngibrit keluar dari rumahnya. Ia lakukan semua itu, agar Exolus tak mendengarkan suara detak jantungnya yang menggila.

"Astaga, bisa-bisanya disaat seperti ini, jantungku tidak bisa diajak kompromi. Merasakan hembusan nafasnya yang hangat saja, membuatku merasakan getaran aneh didalam hatiku. Dasar makhluk tampan sialan," gerutunya sembari berlari menuju sekolah.

Langkahnya semakin dipacu cepat, saat gerbang sekolah sudah terlihat jelas didepan matanya. Senyum bahagia terbit dibibirnya.

Namun kehadirannya dengan nafas yang terengah-engah, membuat semua orang memandangnya aneh.

Keajaiban CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang