11 Bulan Kemudian....
Drap....drap....drap....
Lexo berlari terbirit-birit di koridor Rumah Sakit. Ia di kabari adiknya kalau sang istri akan segera melahirkan. Bayangkan, pria yang sebentar lagi menjadi seorang Ayah ini sampai keluar di tengah-tengah rapatnya demi Aramaya serta anak-anaknya saja.
"Hah....hah....hah"
Ia melonggarkan dasinya sedikit. Terpampang bulir-bulir keringat bercucuran di keningnya.
"Nii-San," Aleria bangkit dari kursi tunggu di depan ruang persalinan saat melihat kakaknya datang dengan berlari. Walau sangat di langgar, tapi akal sehatnya memanggap itu wajar.
Saking paniknya, ia sampai lupa kalau bisa berteleportasi dan malah memilih datang dengan berkendara.
"Bagaimana keadaan Aramaya?" Tanya Lexo dengan napas yang terengah-engah sembari melepas jasnya. Setelahnya ia menggulung lengan panjang kemeja agar leluasa bergerak.
"Kata dokter, Nee-San masih pembukaan 8. Tapi aku sempat di todong pertanyaan. Aramaya-Nee mau melahirkan secara normal atau secar? Soalnya bayinya kembar. Kalaupun melahirkan secara normal, itu akan menguras banyak tenaga untuk sang Ibu. Tapi Nee-San tetap kekeuh ingin melahirkannya secara normal," jawab gadis bersurai abu ini. Tangannya menerima jas milik Lexo, saat pria itu menitipkannya.
Otak calon ayah ini di paksa berputar. Ia bisa saja mengurangi rasa sakit saat proses persalinan istrinya. Tapi untuk kelancaran dan jaminan berhasil....Doveri tengah ini tak tahu.
"Aku sudah mengabari Aniki, keluarga Nee-San, dan juga Harura kalau Nee-San sebentar lagi melahirkan," lanjut sang adik memberi tahu.
Lexo mengangguk. Komisaris dari Doveri Corp itu mengucap terima kasih telah membawa sang istri ke Rumah Sakit dengan cepat dan mengabari anggota keluarga yang lainnya. Kalau hanya sendiri, mungkin saja dirinya tak sanggup.
"Apa aku boleh masuk untuk menemani Aramaya?" Tatapan mata dari mantan murid Araya ini terlihat khawatir.
Bagaimana tidak. Orang yang sangat di cintainya sedang berjuang diantara hidup dan mati. Bahkan dengan hal ini, sama saja sedang mempertaruhkan nyawa demi kehidupan yang baru.
"Boleh. Nanti Nii-San bilang saja kalau kau adalah suami dari pasien. Pasti akan di izinkan masuk. Tolong jaga Nee-San. Aku akan membantu doa dari sini. Semoga Kami-Sama mengabulkannya," Aleria mendorong punggung Lexo agar bergegas masuk ke dalam ruangan.
Sakit serta rintihan saat mengejan sangatlah luar biasa ngilunya. Dia yang kelak akan menjadi calon Ibu di masa depan saja merasakan sakit, apa lagi kini mengalaminya langsung.
Aramaya butuh dukungan dari suaminya. Tanpa basa-basi lagi, Lexo masuk tanpa tahu permisi.
Tak lama berselang, Rion, Harura, serta keluarga Kumori datang. Mereka berbondong-bondong menghujaminya pertanyaan.
"Aleria, bagaimana keadaan Aramaya?" Akane bertanya. Cucuran air mata membasahi pipinya. Ia tahu, melahirkan merupakan proses paling sulit bagi para wanita. Kalau tidak berjuang, sang buah hati tak bisa terlahir kedunia. Kalaupun berjuang, nyawapun yang menjadi taruhannya.
"Bibi tenang saja, Nee-San sedang di tangani oleh dokter. Kita berdoa saja pada Kami-Sama, agar prosesnya lancar," si bungsu Doveri menuntun nyonya Kumori untuk duduk di kursi.
Pikiran kalut, waswas, deg-degan menghantui pikiran Ibu paruh baya yang sebentar lagi akan menjadi seorang nenek.
"Dimana Lexo? Apa kamu sudah mengabarinya, Aleria?" Akira menepuk pundak adik Rion ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keajaiban Cinta
Fiksi RemajaKoguso. Monster yang sudah tersegel beberapa ratus tahun lamanya, kini terlepas dari kristal Tsugumi Yang Agung. Segel itu tidak sengaja dilepas oleh Exolus. Karena telah melakukan hal yang mengancam Kerajaan Maksovo. Raja Europa mengutuk putranya i...