Jin Penunggu Cincin
#part 2
#by: R.D.Lestari.
Resti menatap jam di dinding. Pukul sembilan malam, tapi suaminya belum juga pulang. Rasa kantuk begitu menyergap.
Entah kenapa, ia takut untuk masuk kedalam kamar, padahal rasa kantuknya begitu menyiksa.
Resti memilih untuk berbaring di sofa ruang tamunya seraya menunggu suaminya pulang.
Tak menunggu lama, suara dengkuran Resti mulai terdengar teratur, menandakan wanita muda itu sudah tertidur.
Tanpa ia sadari, sesosok pemuda berpakaian kerajaan kini sedang menatapnya dengan penuh cinta.
Dialah Abiseka Bagaskara, Jin penunggu cincin bermata biru yang beberapa kali menye*tuh tubuh Resti.
Jin tampan berusia ratusan tahun itu menatap wanita yang sudah menarik hatinya.
Meski selama ini ia sudah banyak menemui banyak wanita, tapi baru kali ini ia merasakan getaran aneh di hatinya.
Jin punya hati? apakah bisa berdebar seperti manusia?
Jelas bisa. Karena Jin bisa merubah wujud seperti apapun, dan saat ia merubah diri menjadi manusia, dia bisa melakukan hubungan dan bisa menghasilkan keturunan.
Begitupun yang dilakukan Abiseka. Ia meng-kasarkan tubuhnya menjadi seperti manusia, meski memerlukan energi yang tak sedikit.
Klek!
Ia mematikan lampu dan m*nyentuh tubuh Resti dalam kegelapan. Wanita itu sempat bergerak, tapi kembali nyenyak.
Abiseka dengan sayang mengangkat wanita idamannya itu masuk ke dalam kamar.
D*rahnya berdesir saat melihat di dalam kegelapan pah* putih saat daster Resti tersibak.
Ia pun mengingat kembali beberapa hari sebelumnya ia begitu dimanjakan dengan permainan wanita berkulit sawo matang itu.
Ia lalu duduk di pinggir ranjang dan dalam kegelapan mata elangnya menatap jelas kecantikan Resti.
Baru saja tangannya akan menyentuh pipi Resti, suara deru motor terdengar jelas di teras rumah.
Abiseka mendengus kesal dan hilang dalam sekejap.
Tok-tok-tok!
"Sayang! Sayang!" suara Wildan terdengar lantang memanggil istrinya yang tertidur lelap.
Resti menggeliat. Mendengar suara suaminya yang baru saja pulang. Wanita itu mengerjap dan bergerak cepat.
Namun, ia tertegun saat melihat sekelilingnya gelap dan merasakan kakinya menggantung di bibir ranjang.
"Aku ... di kamar? bukankah tadi di ruang tamu?" desisnya.
"Sayang ... Sayang!" panggilan kembali terdengar.
"Ya Abang," sahut Resti tak kalah kencang.
Tergopoh-gopoh Resti berjalan di tengah kegelapan, hampir saja kakinya tersandung sudut lemari jika saja Abiseka tak tangkas menariknya.
Tubuh Resti terhuyung, tapi ia mampu menyeimbangkan tubuh. Sebelum ia keluar kamar, tangannya menyusuri dinding dan mencari sakelar.
Klek!
Sekejap ruangan menjadi terang benderang. Sempat memperhatikan sekitar. Rasa penasaran begitu menyeruak dalam batinnya.
Namun, ia tersadar saat suara Wildan kembali memanggilnya.
"Abang ...," lirih Resti saat wajahnya menyembul dari balik pintu dan melihat suaminya yang cemberut.
"Lama banget, Dek. Abang nungguin dari tadi," protes Wildan saat Resti menyingkir dan ia masuk ke dalam rumah .
KAMU SEDANG MEMBACA
JIN PENUNGGU CINCIN
WerewolfSebuah Cincin bermata biru yang merupakan warisan dari Pakde suamiku membuat rumah tanggaku hancur. Mampukah aku lepas dari makhluk penunggu cincin yang memberikanku nikmat dan kepuasan?