Part 13

20.1K 542 44
                                    


Jin Penunggu Cincin

#Part 7

#R.D.Lestari.

"Pangeran...!"

"Kau manusia! jangan berani-berani merebut suami kami!" sentak wanita berambut emas.

Aku termangu mendengar ucapannya dan mengalihkan pandanganku pada lelaki yang kini menggendongku.

"Su--suami?"

Terdiam. Raden Mas Abiseka tak mengeluarkan suara apa pun. Kulihat jakunnya naik turun seolah ada ketakutan yang ia sembunyikan.

"Turunkan Aku!" perintahku. Ia menurut. Meski sedikit limbung, Aku berusaha berdiri diatas kakiku sendiri. Berusaha tegar menyembunyikan pedih di dalam hati.

"Raden Mas Abiseka! meskipun kau berniat menambah selir, setidaknya Raden harus memilih dari kaum kita sendiri. Dia manusia, Raden," wanita berambut merah mendekat dan mengelus lengan kekarnya.

"Aku tak ingin menjadikannya selir, Aku ingin menjadikannya permaisuri," dengan tegas, Ia mengucap itu. Membuat hatiku bertambah pilu.

"Apa!? permaisuri? bukankah sudah ada Raden Dewi Sekarwangi? ia akan sangat marah jika posisinya di ganti dengan wanita ini, Pangeran," wanita berambut emas dengan bola mata berkilap itu perlahan mendekat.

Tinggallah Aku yang menggeser tubuh, menatap kesal Abi yang diapit dua wanita seksi sekaligus.

'Sial*n memang, mau di dunia Jin, mau di dunia manusia, yang goodlooking biasanya istrinya banyak!'

Tiba-tiba teringat Bang Wildan. Beruntung Dia tak begitu tampan dan juga berduit, jadi posisiku masih terbilang aman.

"Hah, sudahlah. Kalau ini mimpi, lekas bangunkan Aku! biar kamu bisa bermesraan dengan para selir-selirmu,"

Lagi, kulihat Abiseka berusaha menjauh dari para istri-istri cantiknya yang seksi dan montok, mendekati Aku.

'Pasti ni ... pasti mau cepe-cepe atau grepe-grepe! dasar laki-laki mau itu jin, mau itu manusia, sama aja!' hatiku berbisik-bisik. Membuatku makin jengah melihatnya.

Entahlah, Aku jadi emosi melihatnya saat ini, tapi ... kalau dipikir-pikir ... Aku ini siapa? kenapa harus marah?

'Huh, seketika lupa jika sudah punya suami, dasar biawak betina!' batinku merutuki diri sendiri.

Tanpa sadar, kini Raden Mas Abiseka sudah berdiri amat dekat denganku. Ia menyentuh kepalaku, tangannya terasa dingin, hingga membuatku nyaman.

"Kamu terlalu banyak berpikir. Hari ini kamu pasti lelah. Pejamkan mata, Aku janji besok Aku akan hadir kembali dan suamimu akan kembali baik padamu,"

"Maaf, karena Kau tau siapa Aku sebenarnya, tapi ... Aku tak pernah berbohong, Aku sangat mencintaimu,"

Cup!

Satu kecupan di kening kurasakan begitu nyata, membuat mataku terpejam dan tubuhku rasa melayang. Begitu rileks hingga kurasakan ketenangan yang tiada tara.

***

Tersentak bangun saat bunyi jam weker berdering tepat di samping telingaku.

Tanganku menyisir ke samping. Kosong. Dimana Bang Wildan?

Mataku mengerjap berulang kali, kutoleh ke samping. Benar Bang Wildan tak ada. Pagi-pagi begini Dia ke mana?

Perlahan kuangkat tubuhku dan mengucek mata. Dengan kondisi masih mengantuk, kuraih jam weker dan mematikan deringnya yang menyakiti telinga.

Pandanganku mengedar kesegala arah. Tiba-tiba dilanda rasa kesal yang teramat sangat mengingat mimpi buruk yang membuat hatiku sakit karenanya.

"Sial*n memang! Aku ga mau mikirin kamu lagi,"

JIN PENUNGGU CINCINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang