Jin Penunggu Cincin
#part 6
#by: R.D.Lestari.
"Ada apa Wildan? apa ada sesuatu pada istrimu?" seseorang berkulit hitam berumur sekitar lima puluh tahunan menatap Wildan yang saat itu duduk menyandar seraya menghela napas dalam.
Asap rokok mengepul di udara seiring hembusan napasnya yang terasa berat.
"Entahlah, Pakde, Wildan merasa bersalah sama Resti. Apalagi kalau sampai Resti hamil anak Jin, gimana?"
Lelaki paruh baya itu tertawa renyah. "Kau tak perlu merasa bersalah. Jin itu tampan, sangat tampan. Ia lihai membuat wanita keenakan. Kau tanya sendiri Budemu. Ia sama sekali tak menyesal sudah kujadikan tumbal,"
Tak lama seorang wanita berumur sekitar empat puluh tahunan datang dengan membawa kopi panas untuk Wildan.
"Opo toh, Pak? kok sebut-sebut Ibu?" wanita berdada besar dan berpantat bahenol dengan gincu merah itu tersenyum centil ke arah Wildan.
"Ini, Bu. Wildan katanya kasihan sama Resti, di jadiin tumbal untuk cincin biru itu," adu suaminya.
"Ha-ha-ha, benarkah? harusnya Resti yang bersyukur, tuh Jin gantengnya puolll. Sayang dia sudah ga mau mengabdi karena katanya ga cinta dan terpaksa ngelayani Bude. Ya, Bude kesel. Makanya tak kasih kamu,"
"Padahal, tu cincin susah banget dapetinnya. Bude harus bersemedi di gua selama berhari-hari, sebelum ketemu Pakde itu. Makanya Pakdemu itu ga pernah cemburu sama tu Jin. Soalnya gara-gara dia, Tante kaya raya,"
Wildan terhenyak mendengar penuturan Bude. Ia menelaah setiap kata yang keluar dari mulut Bude, seperti menghipnotis.
Laki-laki bod*h yang menutupi dirinya dengan berpura-pura rajin beribadah itu nampak sangat antusias mendengar setiap kata dari pemilik bibir merah itu.
"Tanpa bekerja, tanpa harus capek-capek, ga minta tumbal nyawa, cuma ngasih enak-enak, uang kumpul, nikmat mana lagi yang kau cari, Wildan?"
Pakde tiba-tiba berdiri dan merangkul istrinya dengan sayang. "Kau lihat Bude, dia sehat-sehat, 'kan? ga ada kurang satu apa-pun. Meskipun tu Jin sudah memilih Tuan yang baru,"
"Jadi, Bude ga ada masalah apa-apa? dan perjanjian dengan Jin itu gimana?" Wildan masih penasaran.
"Ya, selama dia masih mau mengabdi sama kita, ya, uang kita lancar, tapi kalau dia dah ga doyan, ya dia minta di cariin Tuan baru,"
"Dengan begitu kita putus perjanjian sama Dia. Kalau kita ga mau, ya siap-siap balik kere deh,"
"Oh, jadi itu sebabnya Pakde nawari Aku? karena itu Jin udah ga mau sama Bude?" dengan polosnya pria berambut tebal itu bertanya.
Wanita bergincu merah itu menghela napas kesal. "Dari awal Dia itu ga mau, tapi karena kasihan sama Bude, ya, akhirnya mau,"
"Sialan memang. Milih-milih Dia. Dasar Jin ga tau diri," cerocosnya kesal.
"Hei-hei. Jangan begitu, Bu. Lumayan tiga tahun Dia nyariin kita duit sampai bisa punya mobil dan rumah mewah,"
Ya, Pakde Wildan adalah suami keempat dari Sri, janda kaya raya yang suka gonta-ganti pria.
Ia yang awalnya cuma punya warung nasi pinggir jalan seharga lima ribuan, kini jadi saudagar dengan banyak rumah makan dengan banyak cabang.
"Ogah-ogahan tapi bertahan tiga tahun ya, Bude?"
"Iya, soalnya yang Bude cariin pengganti itu istrinya jelek dan tua-tua, jinnya ogah,"
Wildan tertawa ngakak. Berarti semua memang faktor keberuntungan. Untung Dia punya istri cantik dan bertubuh bagus, selain Ia bisa menikmati, Ia juga bisa menggunakannya untuk dapat uang lebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIN PENUNGGU CINCIN
Manusia SerigalaSebuah Cincin bermata biru yang merupakan warisan dari Pakde suamiku membuat rumah tanggaku hancur. Mampukah aku lepas dari makhluk penunggu cincin yang memberikanku nikmat dan kepuasan?