JIN PENUNGGU CINCIN
#Part 1
#by: R.D.Lestari.
Jin Penunggu Cincin
***
####novel####
Bab 1: Godaan.Suara des ahan dari mulutku sendiri membuat diri ini muak. Aku ingin menolak, tapi sial! tubuhku berkata sebaliknya.
Huja man demi huja man yang dilayangkan membuatku meng gelepar menahan rasa yang selama ini tak pernah kurasakan.
Ya, makhluk yang harusnya kuhindari kini begitu kunanti. Berjuang seperti apa pun pesonanya membuatku bertekuk lutut.
Dialah Jin penunggu cincin milik suamiku. Jin ca bul yang membuat rumah tanggaku di ujung tanduk!
***
Sore itu Bang Wildan pulang kerumah dengan senyum yang terkembang. Menciumi pipiku dengan mesranya dan membawa seporsi martabak kari kesukaanku.
Hal yang jarang sekali ia lakukan untukku. Membuat perasaanku tak enak.
"Sayang, cakep, ga?"
Ia tiba-tiba menunjukkan cincin bermata biru yang memang amat indah.
"Emh, beli di mana? pasti mahal," ketusku. Ya, akhirnya aku tau maksudnya membeli martabak. Ternyata untuk menyogokku.
"Ini, di kasih Pakde. Kata Pakde gara-gara cincin ini, istrinya berulang kali minta cerai. Suruh milih cincin tau istri, ya , Pakde pilih istrinya ,"
"Owh, kalau ga beli, mah, ga masalah. Ni kok tumben beliin jajan?" selidikku.
"Eh, itu, tadi tiba-tiba ada yang nelpon. Kasih tip karena seneng motornya sekarang enak di pake,"
"Abang kira cincin ini bawa keberuntungan untuk Abang," wajah suamiku menjadi sumringah.
"Ah, takhayul aja, Bang. Dah, lah. Adek mau mandi, gerah," ujarku sembari membawa bungkusan martabak masuk ke dalam.
"Yang wangi, ya, Dek. Abang mau minta," teriaknya.
Aku terkekeh, tumben sekali Bang Wildan minta sore-sore begini. Mumpung belum punya anak, ya, apa salahnya.
Aku begitu bersemangat. Semua sudut ditubuh ku gosok supaya bersih. Mencuci rambut berulang kali biar wangi.
Dengan menggunakan handuk berwarna pink aku berlari menuju kamar tidur. Berniat menggoda suamiku yang pasti menunggu.
"Taraaa! aku sudah man ...di ...,"
Aku tercekat. Mataku mengedar ke segala sudut ruangan. Kosong. Bang Wildan tak ada di tempat.
Dengan rasa kecewa aku masuk ke dalam kamar dan memakai pakaian dalam juga daster.
Kakiku melangkah gontai mencari ke semua sudut rumah, tak ada seorang pun. Hanya aku sendiri.
Merasa emosi aku meraih ponsel dan jariku mulai menggeser layar. Beberapa aplikasi menggulir dan berhenti di aplikasi hijau.
["Ya, Sayang? maaf Abang tiba-tiba dapat panggilan. Oh, iya. Cincin Abang taruh di kamar, takut ditawar kawan,"]
["Hufft, padahal Adek dah siap di eksekusi loh, Bang,"] rajukku.
["Ya, maaf, Sayang. Tunda dulu, ya, entar malam pas Abang pulang, Abang minta,"]
["Ya, udah."]
Aku menutup telpon dengan kesal. Entah kenapa keinginan itu begitu menggebu. Sudah seminggu ini Bang Wildan tak memberiku jatah. Ia selalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai montir keliling.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIN PENUNGGU CINCIN
Hombres LoboSebuah Cincin bermata biru yang merupakan warisan dari Pakde suamiku membuat rumah tanggaku hancur. Mampukah aku lepas dari makhluk penunggu cincin yang memberikanku nikmat dan kepuasan?