part 68

3.7K 305 24
                                    


Jin Penunggu Cincin

#part 34

#R.D.Lestari.

Dita bangun dalam keadaan tubuh yang sudah lemas. Ia merasakan sesuatu yang bergerak pada perutnya. Seperti ada sesuatu yang berpindah tempat dan menyebabkan rasa nyeri hingga wanita itu tanpa sadar meringis.

Perlahan, Ia membuka mata. Tangan nya bergerak di atas kasur springbed yang dilapisi badcover, mencari keberadaan Wildan, tapi tak Ia temukan.

Mata itu mengerjap. Menyesuaikan cahaya lampu yang langsung mengenai retinanya, silau hingga membuat Dita kesusahan untuk membuka mata secara normal.

"Bang ... Bang Wildan...," panggilnya pelan. Seperti tak punya tenaga untuk berteriak. Tubuhnya teramat lemas hingga susah untuk bergerak.

Tak ada sahutan. Susah payah Dita beringsut ke bibir ranjang dan...

Brughht!

Tubuhnya jatuh ke lantai begitu saja. Bokongnya jatuh lebih dulu yang membuat wanita itu menjerit seketika.

"Aaaawww, Bang Wildan!" kali ini teriakannya cukup kencang.

Dita meringkuk menahan sakit. Kedua tangannya berada di perutnya yang terasa ngilu, pedih dan sakit seperti diperas isinya.

Terdengar bunyi derap langkah kaki yang bersahutan mendekat. Benar saja, tak lama wajah Wildan terlihat diambang pintu.

"Dita! Kamu kenapa?" laki-laki bertubuh besar tinggi itu berlari kecil kearah Dita dan berusaha mengangkatnya.

Ia kemudian meletakkan Dita diatas kasur empuknya.

Dita memiringkan tubuhnya menahan sakit yang teramat sangat pada perutnya. Ia pun merasakan ada yang keluar dari daerah kewanitaannya. Cairan itu merembes dikedua pahanya.

"Ya, ampun, Dit. Darah? kamu berdarah?" Wildan berpura-pura terkejut. Padahal Ia tau jika ini ulah Ratu Nagini. Ini pasti proses runtuhnya bayi dalam perut Dita, yang akan jadi tumbal kekayaan Wildan.

Menahan sakit, Dita mengangkat kepalanya dan tangannya mencolek cairan yang mengalir di pahanya.

Ia memperhatikan seksama cairan kental berwarna merah kehitaman itu dan mengendus baunya. Anyir. Ya, itu memang darah.

"Bang, cepat panggil dokter, Bang. Aku tak mau terjadi apa-apa dengan anak kita," raungnya.

Wildan yang berpura-pura khawatir itu mengangguk dan langsung menghubungi dokter langganannya.

"Iya, Dit, sabar ya. Dokter dalam perjalanan. Sebentar lagi sampai," ujarnya berusaha menenangkan Dita.

Sudah terbiasa menghadapi hal ini, Wildan seolah acuh saat buah hatinya menjadi tumbal untuk iblis yang Ia sembah. Tak ada keraguan, sedih ataupun sesal.

Karena uang, Wildan menjelma jadi sosok yang tak punya hati, meski itu darah dagingnya sendiri.

'Biarlah tak punya anak, yang penting Aku banyak uang,' batinnya saat itu.

Demi memuluskan aksinya, Ia berakting jadi suami yang baik, di mana Ia dengan sabar menjaga Dita yang kesakitan.

Sedang Dita, tangisnya tak kunjung surut. Ia takut kehilangan buah hatinya karena itu akan membuat Wildan meninggalkan dirinya.

Anak itu adalah anak yang ditunggu Wildan, pikirnya, karena Wildan sudah begitu lama menikah dan belum juga di karuniai momongan.

Ia tak tahu bahwa sebenarnya Wildan berlaku baik itu karena ingin menumbalkan anak yang berada dalam kandungannya.

JIN PENUNGGU CINCINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang