Iqbaal meringis. “Kenapa harus jam 7?” dumel
Iqbaal dalam hati. Cafe biasa? Iqbaal menepuk
dahinya, teringat jika ia pun berjanji pada
(Namakamu) pada jam yang sama, dan..
ditempat yang sama pula.
Kali ini Iqbaal memejamkan matanya, berfikir apa
yang harus ia lakukan. Ia telah mengajak
(Namakamu) lebih dulu, dan tidak mungkin dia
akan membatalkannya, karna kali ini ia sangat
ingin dinner bersama gadis itu. adiba? Tuhan,
gadis itu adalah sosok putri yang selalu Iqbaal
inginkan. Sejak Aldi putus dengan Adiba sekita
sebelas hari yang lalu, gadis itu kini lebih
condong mendekati Iqbaal. Tapi Iqbaal sekarang
lebih nyaman bersama (Namakamu), kenapa?
Bukankah impian Iqbaal memiliki Adiba seutuhnya
akan segera terwujudkan? Dan mengapa ia
menyia-nyiakan ini hanya untuk (Namakamu)?
Mantan musuhnya yang beberapa hari ini sedang
dekat dengannya?
**
Kini Iqbaal dan (Namakamu) sedang menyusuri
koridor menuju tempat yang sudah Iqbaal
persiapkan sebelumnya. Iqbaal masih terus
terdiam, terkagum dengan apa yang ia lihat kali
ini. (Namakamu), gadis itu terlihat sangat cantik,
tak pantas untuk menjadi seorang perempuan,
lebih pantas diberikan gelar ‘bidadari’ padanya.
Kini Iqbaal sangat bangga dapat berjalan
berdampingan dengan gadis itu, sesekali ia dapat
merasakan beberapa penglihatan orang-orang
dicafe itu menatap kearahnya. Namun bukan
memperhatikannya, melainkan terus berdecak
kagum melihat kecantikan alam yang tersorot
dalam ukiran wajah (Namakamu).
Gadis itu mengenakan dress yang dibelikan Iqbaal
untuknya, dengan rambut panjang curly dibiarkan
terurai tanpa harus digulung asal dan dimasukan
kedalam sela-sela snapback yang biasa
(Namakamu) gunakan. Polesan bedak tabur yang
sangat tipis, lapisan lipgloss yang kini menghiasi
bibir tipis (Namakamu), blush on merah muda
yang hanya dipoles asal itu sanggup membuat
hati Iqbaal akan meleleh. Kenapa ia baru sadar
bahwa selama ini ada gadis cantik layaknya peri
didekatnya, namun dengan bodohnya ia hanya
terus mengharapkan cinta Adiba. Malam ini..
(Namakamu) jelas lebih terlihat cantik dari Adiba,
KAMU SEDANG MEMBACA
Crowded
Romance“harus yaa trutnya begitu-an!” seseorang pria yang tengah berkumpul mengelilingi salah satu meja kelasnya bersama para sahabatnya tengah memprotes apa yang dipinta kedua sahabatnya yang masih asik tertawa renyah ini. “apa susahnya sih, Baal? Ini tuh...